Aku adalah anak pertama ayah dan ibuku. Aku adalah seorang kakak dari 4 orang adik-adikku. Bulan Februari kemarin, ibuku dikaruniai seorang bayi perempuan. Aku senang sekali. Kini, aku mempunyai teman bermain di rumah.
Umurku sudah 13 tahun. Aku sudah memiliki 4 adik. Jadi aku sudah lumayan berpengalaman menjaga adik-adikku.
Adikku yang pertama bernama Abdullah. Dia sudah berumur 11 tahun. Yang kedua bernama Taqiyuddin. Taqi berumur 8 tahun. Yang ketiga bernama Muhammad. Muhammad umurnya 3 tahun. Dan si kecil Maryam, baru berumur, jalan dua bulan. Jadi wajar saja apabila ayah dan ibuku akan menyuruhku dan adikku, Abdullah, untuk menjaga adik kami.
Namun, pada sebagian orang, memiliki banyak adik sepertiku adalah sebuah kesengsaraan. Kata mereka, adik itu merepotkan, adik itu nakal, adik itu lebih disayang. Menurutku, itu adalah hal yang wajar. Adik kita, kan, masih kecil. Jadi belum bisa mengerti. Mana yang benar, mana yang salah. Nah, tugas kita menjaga adik kita agar ia tidak salah fatal.
Aku sangat menyayangi keempat adikku. Walau terkadang ketiga adik laki-laki ku suka nakal. Aku hanya menggertaknya agar ia tidak nakal lagi. Tapi bagaimana pun, aku sangat menyayangi adik-adikku.
Pada saat liburan ke Bandung beberapa waktu yang lalu, aku bertemu dengan Pakde Iwan. Pakde Iwan adalah kakak sepupu ibuku. Beliau berkata,
“Fathimah ikut Pakde aja. Enak. Nggak usah jagain adik yang banyak.” Aku tertawa mendengarnya.
“Fathimah nggak menyesal punya adik banyak. Justru, Fathimah yang minta nambah adik lagi.” Itu jawabanku.
[Fathimah NJL, santriwati angkatan ke-2 jenjang SMP, Pesantren Media]
Catatan: tulisan ini sebagai tugas menulis di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media