“Anas ra berkata: ada seseorang duduk di sisi Nabi Saw. Mendadak ada seorang berjalan, maka orang itu berkata: ya Rasulullah saya kasih sungguh pada orang itu. Nabi bertanya: Apakah sudah kau beritahu padanya, bahwa kau kasih cinta padanya? Jawabnya: belum. Bersabda Nabi saw: beritahulah ia. Maka dikejarnya dan dikatakan padanya: sesungguhnya saya cinta kepadamu karena Allah. Jawabnya: semoga Allah kasih kepadamu, sebagaimana kau cinta kepadaku karena Allah”
(HR. Abu Daud)
Cinta, tak habisnya untuk membicarakan kata itu. Ketika membaca hadits ini atau mengingatnya kembali, membuat senyum-senyum sendiri ternyata ada juga di zaman rasulullah saw yang seperti ini. Bahkan rasul menyuruhnya untuk mengatakan rasa cintanya itu. Dalam hati, aku bertanya-tanya “bolehkah seorang perempuan juga mengatakan itu kepada laki-laki yang disukainya? Apakah tidak aneh?”
Lantas, ketika sudah mengatakan itu apa yang harus diperbuat? Setelah mengenal lebih jauh kepada Islam. Ternyata seperti itulah Islam mengaturnya. Sangat indah, manis dan tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, dengan tulisanpun bingung harus mengetik apa.
Islam memang unik, bukan hanya mengatur masalah ibadah saja tapi semua tentang aspek kehidupan termasuk masalah cinta. Bagaimana cara mengekspresikannya? Dengan sarana apa? Kalau belum siap untuk bertanggung jawab karena sudah mengungkapkan cinta, apa yang harus diperbuat?
Teringat sebuah syair tentang cinta yang mengatakan:
“Cinta adalah akad dan perjanjian. Cinta adalah airnya kehidupan bahkan dia adalah rahasia kehidupan…Cinta adalah kelezatan ruh bahkan ia adalah ruh kehidupan…
Dengan cinta menjadi terang semua kegelapan…akan cerah kehidupan..akan menari hati…dan akan bersih qolbu….
Dengan cinta semua kesalahan akan dimaafkan…
dengan cinta semua kelalaian akan diampunkan…
dengan cinta akan dibesarkan makna kebaikan…
Kalaulah bukan dengan cinta, maka tidak akan saling meliuk satu dahan dengan dahan yang lainnya…
Kalaulah bukan karena cinta tidak akan merunduk rusa betina kepada pejantannya, tidak akan menangis tanah yang kering terhadap awan yang hitam, dan bumi tidak akan tertawa terhadap bunga pada musim semi.
Ketika cinta hampa dalam kehidupan maka jiwa akan sempit dan terjadilah pertikaian dan perselisihan.
Ketika cinta telah hilang, maka akan layulah bunga, akan padamlah cahaya, akan pendeklah usia, akan kering danau di hutan belantara dan akan silih berganti datang penyakit dan sengsara.
Ketika cinta telah sirna, tatkala itulah lebah meninggalkan bunga, tatkala itu burung pipit meninggalkan sangkarnya, tatkala itu pula kutilang tidak hinggap lagi pada pucuk cemara.
Sekiranya lautan mempunyai pantai dan sekiranya sungai mempunyai muara, maka lautan cinta tidak berpantai dan sungai cinta tidak bermuara.
Bisa kita gambarkan arti cinta itu seperti syair itu, ia bisa menjadi penawar ketika keracunan, menjadi pelipur lara kala hati sedang kacau, menjadi penyemangat di saat semuanya lari dari kita, menjadi penghibur ketika semuanya berpaling dan bisa mengubah tangisan menjadi senyuman. Begitulah cinta.
Cinta mampu membuat seseorang tunduk dan patuh terhadap orang yang dicintainya. Membuat seseorang rela berkorban untuk orang yang dikasihinya. Karena cinta juga ummat manusia bisa saling mengasihi, menjaga dan saling menghormati.
Tadinya aku merasa hidupku sudah tak berarti lagi setelah ditinggal oleh orang yang sangat kucintai, namun suatu hari akhirnya aku tersadar hanya Allah yang setia menemani. Satu hal yang kutahu tak ada cinta yang lebih murni dan abadi selain cinta dari Allah.
~Jangan mencintai manusia melebihi cinta kita pada Allah~