Loading

Hari Senin tanggal 6 Agustus 2012  adalah hari yang kunanti-nanti. Akhirnya hari itu datang juga. Aku dan para santri Pesantren Media akan pulang kampung. Barang-barang yang akan aku bawa sudah kusiapkan tadi malam. Aku berencana akan pulang jam 8 pagi naik angkot bersama Teh Novi. Namun Ustadz Umar meminta kami pulang jam 7 bersama Neng Ilham. Kami mendapat tumpangan gratis di mobil beliau. Asyik!

Jam 7 pagi, aku, Neng Ilham, dan Teh Novi sudah siap. Barang-barang sudah kami masukkan ke dalam mobil. Sebelum berangkat kami pamitan kepada santri lain. Sedih rasanya berpisah dengan mereka. Ucapan doa dan lambaian tangan turut mengantarkan kami pulang. Kami pun berangkat. Bismillahirrahmaanirrahiim.

Rute perjalanan yang pertama adalah mengantar Ummi Latifah ke Gedung Baru. Di pinggir jalan aku melihat para santri Khoiru Ummah sedang berjalan sambil membawa parsel. Parselnya sama dengan yang ada di Pesantren Media. Melihat parsel itu aku jadi teringat waktu semalam. Semalam aku bersama santri Pesantren Media sibuk membuat parsel. Kami membuatnya dengan penuh canda dan tawa meskipun sampai larut malam.

Setelah sampai di Gedung Baru Ummi Latifah turun. Kemudian kami melanjutkan perjalanan menuju Terminal Bis Baranangsiang untuk mengantar Neng Ilham. Bagiku perjalanan menuju ke sana lumayan jauh. Di perjalanan aku melihat banyak kendaraan, pasar, dan lainnya. Meskipun baru jam 8 pagi, tetapi udaranya panas dan berpolusi. Sebenarnya membuat aku tidak nyaman.

Alhamdulillah,sampai juga di Terminal. Lalu ustadz Umar memarkirkan mobilnya di dekat toko Al-Amin. Tempat kakakku bekerja. Kami pun turun dari mobil. Karena barang bawaan Neng Ilham cukup banyak jadi aku dan Teh Novi membantunya.

Masya Allah! Berat sekali! Bagaimana Neng Ilham membawa ini semua ke Banten? Tanyaku dalam hati.

Bis yang akan dinaiki Neng Ilham letaknya cukup jauh dari toko Al-Amin. Aku kasihan melihat Teh Novi yang keberatan membawa tas yang besar. Namun dengan penuh semangat akhirnya kami sampai di bis Arimbi. Bis yang akan di naiki Neng Ilham.

Setelah pamitan, aku dan Teh Novi kembali ke mobil untuk melanjutkan perjalanan menuju BTM (Bogor Trade Mall). Dari dalam mobil aku melihat Balai Kota dan Kebun Raya Bogor lengkap dengan rusanya yang menjadi daya tarik. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di BTM. Kemudian aku bersama Teh Novi turun dari mobil dan menurunkan barang bawaan kami. Setelah menurunkan barang, tak lupa kami pamit kepada ustadz Umar dan Fatimah yang sejak tadi duduk bersama adek Muhammad.

Sambil menunggu angkot di seberang BTM, aku dan Teh Novi mengamati keadaan sekitar.

“Mmm… tak banyak yang berubah.”

Tak lama kemudian angkot dengan nomor 04 datang. Itu adalah angkot jurusan ke rumahku. Teh Novi menyarankan agar aku pulang lebih dulu. Ini  berarti aku harus berpisah dengan Teh Novi karena angkot kami berbeda. Sebenarnya aku tak tega  meninggalkannya sendiri. Tetapi aku ikuti saran darinya. Setelah pamitan akupun naik ke dalam angkot.

Di dalam angkot aku mendengar percakapan antara penumpang lain dan pak sopir. Intinya mereka merasa kecewa dan marah atas kinerja pemerintah dalam mengatasi masalah korupsi dan kepada aparat keamanan yang tidak adil. Mereka bahkan mengkritik  tokoh Indonesia seperti Pak SBY. Rasa kesal karena korupsi tak kunjung usai melainkan semakin merajalela. Aku mengerti mengapa mereka seperti itu karena aku juga merasakannya. Ingin sekali menjerit dan meluapkan semua rasa kesal kepada mereka. Tapi apa daya kami hanyalah rakyat kecil.

“Andai saja mereka mau mendengar suara kami. Dan andaikan negeri ini menggunakan sistem dalam Islam, tentu hal seperti ini mungkin tak akan terjadi.”  Batinku.

Namun inilah yang harus kami hadapi. Tetap semangat dan beristiqomah. Semoga Allah mengabulkan doa kami. Amiin.

Di sepanjang perjalanan menuju rumahku di Dekeng Atas, aku teringat waktu aku masih SMP. Seperti di tempat itu. Di sana aku bersama teman-temanku sering makan mi ayam atau bakso. Ya,makanan favorit kami. Jika memakan mi ayam di sana lidah kami terasa terbakar karena rasa pedasnya. Dengan pangsit basahnya yang gurih dan kuah  yang panas.

“nyam-nyam..”

Astagfirullah… Aku baru ingat kalau aku ini sedang puasa.

Gang rumahku sudah kelihatan. Sebentar lagi aku turun. Bismillah. Aku turun dari angkot dengan membawa tas yang cukup berat. Setelah membayar ongkos kemudian aku mulai berjalan menuju rumahku tercinta.

Alhamdulillah. Akhirnya aku sampai di rumah dengan selamat. [Siti Muhaira, Santriwati Pesantren Media, Kelas 1 SMA]

Catatan: tulisan ini adalah sebagai tugas menulis catatan perjalanan/diary di Kelas Menulis Kreatif Pesantren Media

By Administrator

Pesantren MEDIA [Menyongsong Masa Depan Peradaban Islam Terdepan Melalui Media] Kp Tajur RT 05/04, Desa Pamegarsari, Kec. Parung, Kab. Bogor 16330 | Email: info@pesantrenmedia.com | Twitter @PesantrenMEDIA | IG @PesantrenMedia | Channel Youtube https://youtube.com/user/pesantrenmedia

2 thoughts on “Akhir dari Sebuah Penantian”

Tinggalkan Balasan ke muhaira Al gharam As-syaghaf Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *