Loading

Hari ini ku menerima laporan hasil belajar , sayangnya aku hanya mendapatkan peringkat 3 dan Akita mendapatkan peringkat 1. Akita adalah abangku,dia kembaranku yang terlahir lebih cepat 10 detik dariku. Maka kami berdua menyampaikan hasil belajar kepada mama.

“Akira .. kamu ini udah berapa kali mama bilang belajar,belajar dan belajar. Kenapa kamu gak bisa mengikuti permintaan mama, apa susahnya sih jadi juara dua? Contoh ini abangmu Akita , membanggakan mama dan papa. Sedang kamu ? apa yang sudah kamu lakukan untuk menyenangkan mama dan papa? Gak ada akira, sekali saja tidak pernah!”. Aku hanya terdiam dan menangis dalam hati mendengar perkataan mamaku sendiri.

“Sudahlah, Ma, Akira sudah berusaha semampunya mungkin dia belum beruntung aja” Akita membelaku. Mamaku hanya mengangguk mendengar anak kesayangannya berbicara . Aku pergi ke kamar dengan wajah tertunduk bersama Akita. Sesampainya di kamar aku menangis di balik selimut, sedangkan abangku duduk disampingku dan meminta maaf aku pun bangkit keluar dari selimut dan memeluknya lalu mengatakan,

“ Akita gak salah, Akira yang salah .. Maaf ya , makasih ya tadi udah membelaku .. Aku sayang Akita” mendengar hal itu Akita memelukku dengan tersenyum lalu mengatakan bahwa ia menyanyangiku juga.

Hari demi hari telah berlalu, mama semakin menjadi-jadi memarahiku entah apa salahku hingga mama tega seperti itu ,mama selalu saja dengan Akita. Tapi aku tidak peduli Akita selalu menolongku, jadi aku tidak pernah memperdulikan ocehan mamaku. Sekarang ini aku berbeda kelas dengan Akita,meski begitu aku hanya menjadi peringkat 2 di kelas karena hal itu mamaku membandingkan Aku dan Akita.

Di sekolah kami kedatangan murid baru mereka juga kembar Len dan Rin itulah nama mereka, saat pembagian kelas Len sekelas denganku sedangkan Rin sekelas dengan Akita.

Len sangat baik denganku , tapi entah mengapa kebaikannya tidaklah tulus. Aku mencoba mencari tau hal itu , dan tidak berhasil. Aku mendapatkan banyak ilmu bersama dengannya akan tetapi aku menjadi jarang bersama Akita. Terkadang aku melamun memikirkan Akita,Len memang baik padaku, tapi kebaikan Len terasa berbeda bagiku. Mungkin hal itu karena aku baru saja mengenalnya, aku hanya merasa bingung saja kenapa dia harus mendekatiku padahal banyak cewek yang lebih cantik dariku dan ia juga memiliki banyak fans cewek. Semua laki-laki iri pada Len kecuali Akita, Akita lebih ganteng dari Len, itu pasti karena dia abangku.

Hari demi hari aku jalani bersama Len hingga muncul gossip bahwa  kami berpacaran, semenjak itu Akita menjauhiku dan belakangan hari ini aku mengetahui bahwa ia dekat dengan Rin. Mengetahui itu hatiku terasa sangat sakit, aku tidak tau kenapa tapi air mataku tidak bisa berhenti menangis. Len bertanya-tanya kenapa aku menangis,len takut bahwa ia telah menyakitiku. Dengan perasaan yang campur aduk dan tanpa berfikir jernih aku bertanya padanya,

“apakah len menyayangiku ? Apa kamu mau selalu bersamaku? Tidak meninggalkanku?”

len menjawab dengan tersenyum “kamu benar-benar tidak tau?” aku hanya menggangguk ia melanjutkan bicaranya “jika aku tidak menyayangimu kenapa aku harus selalu bersamamu?”

lalu aku menyela “maksudnya apa?” ia menggelengkan kepala lalu kembali berbicara,

“aku menyayangimu Akira dan aku mencintaimu,aku tidak akan pernah meninggalkanmu” mendengar hal itu aku merasa senang.

aku berkata dalam hati “akhirnya aku memiliki budak yang bisa kusuruh apapun.. hahaha..”

Tiba-tiba semua pandanganku kabur dan semua menjadi gelap seketika,aku bertanya-tanya apa yang terjadi? Ketika membuka mata aku melihat  langit biru yang cerah dan aku sedang berada dalam posisi tidur di pangkuan Len. Aku segera berlonjak dan pergi meninggalkan len, sebelum sempat pergi tanganku ditahannya. Kutepis tangannya yang memegangku dan berkata “Jangan terlalu dekat denganku atau kau akan celaka!” dengan tatapan sedingin es kumenatapnya. Len kaget. Mukanya menyiratkan kebingungan,tapi aku yang lebih bingung tentang keadaan ini hanya saja aku menutupinya dengan sempurna. Belum sempat Len bertanya aku telah meninggalkannya dengan cepat.

Aku segera menuju ke kelas Akita, aku ingin menceritakan hal-hal aneh yang terjadi padaku. Saat ku tiba disana kulihat Akita sedang tertawa gembira bersama Rin, tiba-tiba kepalaku terasa sakit dan pandanganku kembali gelap.

“Akira.. apa yang terjadi, hei.. bangun” ucap Akita saat menemukan pingsan , ia segera membawa Akira ke UKS. Saat membuka mata aku melihat Akita disampingku betapa senangnya hatiku,

“Akira.. kamu sudah sadar ? apa yang terjadi ?”Akita menyiratkan ungkapan kekhawatirannya.

“aku gak apa-apa kok akita, hanya sedikit pusing aja .. jangan khawatir” jawabku yang sepertinya meringankan rasa khawatirnya. Tiba-tiba Rin datang dan memegang pundak Akita dengan mesra, lalu menatapku dan berkata,

“Akira kamu udah tidak apa-apa kan? aku mau pinjam abangmu sebentar ya?”

Akita pun pergi bersama Rin meninggalkanku, hatiku kembali terasa sakit akan tetapi belum sempat kuingin menangis Len datang menemuiku. Ku urungkan niatku untuk menangis melihat Len datang menghampiriku. Aku memasang wajah super dingin melihatnya, mencurahkan kekesalanku padanya yang aku sendiripun tidak tau apa penyebabnya. Len tersenyum walau kuperlakukan seperti itu, ia berkata dengan sangat lembut padaku. Hatiku pun luluh melihat perlakuannya padaku, aku bingung kenapa dia bisa baik padaku tidak seperti adiknya.

Setiap hari aku bersama len menghabiskan waktu di depan laptop, ia mengajariku cara menghacker hal-hal yang kecil, awalnya laptop orang lain yang kami hacker dan berlanjut sampai kamera cctv. Lalu Akita dan Rin sibuk mengurus kerusuhan yang kami buat dan organisasi bodoh yang bernama OSIS. Hari demi hari Akita dan Rin menjadi sangat dekat begitu pula Aku dan Len tetapi hatiku masih saja merasakan sakit.

Untuk memendam perasaan ini setiap sepulang sekolah aku menuju gereja untuk mendapatkan ketenangan hati. Akan tetapi hal itu menjadi percuma belakangan ini, perasaanku berkecambuk,tidak kuasa ku menahannya. Sesuatu yang berada dalam diriku, sesuatu yang kelam dan kejam mulai muncul. Aku tidak tau apa itu, tidak pernah ku merasa seperti ini sebelumnya, apakah itu? apa akan ada hal buruk yang akan datang?. Pikiran seperti itu mulai menghantuiku aku sudah berusaha menahannya sekuat tenaga, tapi apalah dayaku. Kebencian mulai menyelimutiku dan akhirnya menguasaiku dalam waktu yang singkat. Mungkin dalam sehari aku bisa menjadi diriku hanya beberapa jam saja. Hingga suatu hari terjadilah peristiwa yang sangat mencekamku …

Bersambung …….

 [Ela Fajarwati Putri, santriwati kelas 1 jenjang SMA, Pesantren Media]

By Siti Muhaira

Santriwati Pesantren Media, angkatan kedua jenjang SMA. Blog : http://santrilucu.wordpress.com/ Twitter : @az_muhaira email : iraazzahra28@ymail.com Facebook : Muhaira az-Zahra. Lahir di Bogor pada bulan Muharram.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *