Ustadz Umar Abdullah

Loading

Wawancara Eksklusif

Ustadz Ir. Umar Abdullah: Berdakwah Melalui Media

Para pendengar radio di berbagai pelosok Indonesia tentu sudah semakin familiar dengan nama Media Islam Net. Setiap hari, di berbagai radio ini, disiarkan program acara hasil produksi Media Islam Net. Hal ini tentunya mengundang rasa penasaran pendengar. Kira-kira siapa dan apa sebenarnya Media Islam Net ini.

Pada kesempatan wawancara eksklusif kali ini, saya berkesempatan menemui Ustadz Ir. Umar Abdullah, pimpinan Media Islam Net, dan menanyakan beberapa hal terkait dengan lembaga ini. Berikut petikan wawancaranya.

Media Islam Net ini jenis lembaga apa?
Media Islam Net adalah sebuah rumah produksi (production house).

Kapan didirikan dan bagaimana sejarahnya?
Media Islam Net didirikan sekitar 61 bulan yang lalu. Kita saat ini berada di tahun 2012, berarti Media Islam Net sudah berdiri sejak 5 tahun yang lalu, bertepatan dengan pertama kali terbitnya Majalah Udara Voice of Islam.

Mengapa memilih nama ‘Media Islam Net’ sebagai nama lembaga ini?
Nama Media Islam Net dipilih karena ingin menyatukan atau membuat jaringan para da’i yang berdakwah di bidang media. Orang-orang yang ada di dalamnya memiliki kemampuan yang berbeda-beda , misalnya, kemampuan audio, penulis, desain grafis, internet, dan lain sebagainya. Semuanya disatukan membentuk sebuah jaringan dakwah yang eksis setidaknya di Indonesia. Nama Media Islam Net sendiri berarti jaringan media Islam.

Apa visi dan misinya?
Visi atau pandangannya ya? Pada dasarnya masyarakat Indonesia mudah menerima informasi, apapun itu, baik-itu informasi yang baik ataupun yang buruk. Itu yang pertama. Yang kedua, masyarakat Indonesia itu suka atau mudah menerima informasi yang disampaikan dengan santai, lucu dan ringan. Jadi tidak berat dan kasar. Mungkin ini berbeda dengan gaya penyampian di Timur Tengah yang cenderung kasar dan berat. Itu tadi visinya ya.

Sedangkan misinya adalah, harus ada upaya untuk menyampaikan risalah Islam kepada seluruh warga Indonesia baik itu muslim maupun non-muslim dengan cara yang renyah dikunyah dan mudah ditelan. Meskipun membahas persoalan yang genting tapi dikemas ringan dan bahkan lucu. Jadi tidak membuat orang mengernyitkan dahi dan bertanya, ini apa ya? Jadi gayanya tidak rumit dan menyenangkan.

Apa saja produk barang atau jasa yang pernah dibuat oleh Media Islam Net?
Yang pertama dan paling popular hingga saat ini adalah Majalah Udara Voice of Islam.

Yang kedua, Tabloid Mini Jejak. Tabloid ini ada kerana ada seorang donator yang membiayainya. Tablod ini hanya bertahan sampai empat episode atau kurang lebih hanya satu bulan karena donator yang menyokongnya tidak aktif lagi.

Selanjutnya website mediaislamnet.com. Awalnya website ini nebeng di gaulislam.com. Sejak saat itu popularitas gaulislam.com meroket. Mediaislamnet.com resmi berdiri sendiri pada Desember 2010.

Yang keempat, program sastra dan dakwah. Program ini terbit 8 episode.

Yang kelima, pembuatan lagu-lagu Islami. Lagu-lagu Islam ini dibuat bekerjasama dengan seorang seniman dan juga instruktur music dan vocal, Dedy Arif.

Apakah ada keinginan untuk meluaskan cakupan pasar, misalnya ke mancanegara?
Ada. Yaitu melaui media internet. Karena kalau menggunakan pola yang sama dengan yang di dalam negeri yaitu dikirim lewat pos, biayanya akan sangat mahal. Selain biaya, masalah lainnya ada pada faktor bahasa dan perijinan. Oleh karena itu, untuk wilayah mancanegara saya lebih mentargetkan produk kami digunakan secara personal. Misalnya, diunduh dan didengarkan oleh para TKI dan orang Indonesia yang berada di sana.

Pernah juga, suatu ketika ada orang asli Malaysia dan Australia berkunjung ke sini. Mereka pulang kembali kenegaranya dengan membawa CD VOI. Namun, saya kurang yakin, apakah CD itu diberikan kepada radio-adio yang ada di negara mereka. Kemungkinan besar, mereka cenderunng memberikannya kepada komunitas WNI yang ada di sana.

Apa yang biasanya dilakukan Media Islam Net untuk menjaga kualitas produk dan jasa yang dihasilkan?
Yang pertama, selalu merefresh atau kembali kepada visi dan misi yang saya sebutkan tadi. Jika visi dan misi awal dilupakan, maka biasanya arah dari sebuah lembaga akan menyimpang.

Yang kedua adalah selalu sadari bahwa dakwah berbeda dengan bisnis. Jadi, jangan berharap keuntungan dari dakwah. Bahkan, kita harus rela berkorban. Jika sudah demikian, dakwah akan senantiasa lurus jalannya.

Secara konsep, lembaga harus senantiasa mengikuti perkembangan kondisi dan permasalahan yang ada di masyarakat dan memberikan opini dan solusi Islam-nya. Saya tidak terlalu ambil pusing dengan orang-orang yang marah karena terjadi perbedaan pandangan. Yang penting kita harus senantiasa benar-benar menyuarakan Islam yang sesungguhnya.

Terakhir adalah masalah SDM. SDM di sini sangat sedikit dari orang radio. Kebanyakan mereka adalah mahasiswa dan pekerja. Jadi mereka tidak bisa bekerja secara full time di sini. Dan mereka tidak digaji, murni untuk berdakwah. Jadi, mereka hanya meluangkan waktu, disamping mencari nafkah. Saya berharap suatu saat nanti lembaga ini bisa lebih professional dengan memberi mereka nafkah sehingga mereka dapat berada di sini, full dan fokus untuk berdakwah.

Bagaimana respon masyarakat atas keberadaan Media Islam Net?
Secara umum responnya positif. Meskipun ada juga yang marah dan tidak terima tapi jumlahnya lebih sedikit. Dan bagi saya, orang yang marah-marah itu hal yang biasa. Itu hanya sebuah kerikil kecil yang mesti ada dalam perjalanan dakwah. Kita mungkin belum merasakan bagaimana ditimpuk orang seperti apa yang dialami Rasul.

Apa harapan atau target ke depannya?
Harapan yang pertama, Media Islam Net Ingin mengumpulkan kembali para kru yang tercerai berai. Sebelumnya para kru ini tercerai berai, mereka pergi karena ada konflik terkait harakah. Saya menyayangkan hal ini. Setiap orang yang berdakwah harus murni membela Islam, bukan membela harakah. Jika hanya membela harakah, jika harakahnya hancur, maka hancurlah semuanya.

Harapan selanjutnya adalah bisa lebih professional, dalam artian bisa memberikan  para kru nafkah sehingga mereka dapat bekerja penuh, fokus menjalankan dakwah di Media Islam Net.

Selanjutnya saya ingin menguatkan posisi Media Islam Net di internet. Jadi, saya mempunyai keinginan menjadikan mediaislamnet.com sebagai sebuah portal yang menjadi rujukan bagi masyarakat luas. Semua yang dibutuhkan masyarakat ada di situ.

Saya juga menginginkan Media Islam Net mempunyai perwakilan di seluruh kota dan kabupaten di Indonesia. Setiap daerah ada semacam reporternya. Dalam kata lain, saya ingin membangun sebuah kantor berita yang mempunyai keunggulan di dalam kejujurannya menyampaikan fakta.

Apa suka duka yang ditemui selama memimpin Media Islam Net?
Duka di dalam dakwah itu bisa dikatakan tidak ada. Meskipun kadang saya menjalankan tugas dalam keadaan sakit, meringis-meringis, tapi ada semacam kepuasan di sana. Puas karena bisa menyampaikan kebanaran Islam ke masyarakat.

Tapi ada beberapa hal yang sedikit membuat saya sedih. Yang pertama berkaitan dengan berkurangnya personel, terutama yang akhwat. Biasanya kalau yang akhwat, jika sudah menikah, akan diboyong oleh suaminya. Biasanya ke tempat yang jauh di luar kota. Kalau yang ikhwan biasanya terkait dengan pekerjaan. Dan sampai saat ini saya belum bisa merancang sistem bagaimana caranya agar para kru yang sudah berada jauh ini bisa tetap terhubung dan mengembangkan dakwah bersama Media Islam Net di daerah masing-masing.

Yang kedua yang membuat saya sedih adalah terkait dengan fitnah. Fitnah ini sempat membuat saya marah besar. Jadi ceritanya, produk Majalah Udara VOI pernah diisukan tidak terbit lagi karena defisitnya anggaran. Untung para radio rekanan tidak langsung mempercayai isu ini. Mereka melapor kepada saya dan menanyakan apakah VOI benar-benar tidak terbit lagi. Saya langsung katakana dengan tegas, tidak. Dan meskipun defisit anggaran benar-benar terjadi sekalipun, kami akan tetap beroprasi dengan memanfaatkan media internet. Jadi, radio-radio rekanan dapat mengunduhnya langsung di website kami.

Yang membuat hati saya miris sebenarnya adalah oang yang menfitnah adalah orang yang ‘katanya’ mendakwahkan Islam. Jadi dia berusaha merebut pangsa pasar VOI. Jika radio-radio rekanan menganggap VOI telah mati, produk dia yang akan menggantikannya. Setelah saya hubungi, dia merasa tidak bersalah. Sungguh sebuah persaingan yang tidak sehat. Jika memang ingin bersaing, bersainglah secara sehat.

Jika fitnah ini berasal dari orang-orang liberal mungkin sudah biasa bagi saya. Tapi ini berasal dari saudara sesama muslim. Jadi, tak selamanya orang yang mendakwahkan Islam itu mempunyai akhlak yang baik. Masih banyak yang akhlaknya masih setara dengan orang-orang yang tak kenal agama.

| Farid Ab | farid_ymail@yahoo.com | www.famedo.co.cc |

Catatan: Ini adalah hasil karya dari tugas wawancara  di Kelas Menulis Kreatif di Pesantren Media

By Administrator

Pesantren MEDIA [Menyongsong Masa Depan Peradaban Islam Terdepan Melalui Media] Kp Tajur RT 05/04, Desa Pamegarsari, Kec. Parung, Kab. Bogor 16330 | Email: info@pesantrenmedia.com | Twitter @PesantrenMEDIA | IG @PesantrenMedia | Channel Youtube https://youtube.com/user/pesantrenmedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *