Beban pikiran yang cukup berat di kepalaku. Aku memikirkan akan semua cobaan yang kuhadapi. Aku tak pernah membayangankan Allah memberikan cobaan ini kepadaku. Untuk melewati rintangan yang kita hadapi harus dengan sabar. Cobaan yang kuhadapi saat ini adalah Pelajaran tahfidz yang membuatku merenung setiap hari. Hari ini Aku sedang muruja’ah setengah juz. Aku lebih suka menghafal Al-Qur’an dari pada muroja’ah setengah juz hingga satu juz. Muroja’ah sendiri lebih senang dari pada orang lain.
Seminggu yang lalu Aku sudah menghafal setengah juz, juz 29. Besoknya Aku memikirkan perkataan Ust Rahmat “Qois besok nyetor setengah juz ya!”kata Ust Rahmat sambil memandangku.
“Iya Ust!” dengan sedikit senyuman. Kata-kata itu masih saja menempel di kepalaku.
Hari yang menyenangkan pun tiba. Aku berlibur di suatu tempat yang lumayan jauh dari Bogor. liburan itu pertama kali bersama kawan-kawan Abiku. Aku menaiki bus yang sudah menunggu Aku dan teman-teman Abiku. Aku duduk di bangku ke dua dari depan. Aku duduk dengan nyaman menunggu bus itu berjalan. Lima menit Aku duduk di kursi yang empuk. Bus yangku naiki berjalan perlahan-perlahan menuju tempat yang dituju.
Di dalam perjalanan Aku berbicara di dalam hati “Aku berlibur ke pantai untuk menghilangkan beban pikiranku yang masih menempel, tapi apakah Aku bisa untuk melupakan sejenak tentang muroja’ah itu!” Aku berfikir itu sambil melihat pohon-pohon yang kulihat dari kaca bus sebelah kanan. mungkin Aku bisa melupakan muroja’ah itu walau satu hari saja.
Dengan beriringnya waktu dan kecepatan bus yang naiki. Akhirnya Aku telah sampai di penginapan yang sangat luas. Abiku mengeluarkan barang yang ada di bagasi bus. Hari itu adalah hari Jumat seorang muslim wajib melaksanakan sholat Jumat. Tapi Aula hotel itu berubah menjadi masjid yang berisi sejadah-sejadah yang berjejer rapih. Abiku menaruh barang-barang di sebelah Aula hotel itu. Aku mengambil Air wudhu yang sudah disediakan. Aku masuk ke dalam aula hotel itu dan mendengarkan khutbah yang di sampaikan seorang khotib dengan duduk nyaman.
Setelah beberapa menit kemudian Aku melaksanakan sholat Jumat berjamaah. Aku memasuki ruang makan yang sangat luas dengan makanan yang lezat. Aku mengambil makanan yang sudah disediakan dari tadi oleh panitia. Aku mengambil menu spesial di sana. Aku duduk di meja makan yang sudah disediakan. Tapi sebelum Aku makan Aku berfikir “Aku disini sedang makan enak, bagaimana saudaraku di sana, di Palestina!” Aku berhenti makan sejenak. Lalu Aku makan makanan itu dengan tidak nafsu.
Hari itu adalah hari yang sangat menggembirakan bagiku, kenapa? Karena Aku melihat sunset di tepi pantai dengan mata kepalaku sendiri “Subhanallah” itulah kata yang kuucap dari mulutku sambil memandang sunset di tepi pantai. Tapi pikiranku menuju ke muroja’ah setengah juz, itu membuatku tidak nyaman. Aku melihat semua orang yang sedang di tepi pantai dengan pandangan menuju sunset dengan wajah yang gembira. lain denganku yang tadinya bergembira saat melihat sunset, kini berubah menjadi cemberut.
Malamnya Aku curhat besama sahabat SDITku. Aku mencabut charger Hpku yang masih tersambung dengan aliran listrik.
“Faisal kau tahu sendirikan kalo di pantai itu tempat untuk menghilangkan sejenak pikiran yang ada di kepala kita? Tapi lain denganku saat Aku melihat sunset yang sangat indah di tepi pantai, bukan Aku bergembira malah Aku membencinya karena Aku kepikiran tentang muroja’ahku! Faisal bagaimana Aku bisa menghilangkan itu?” Aku mengungkapkan perasaan itu dengan panjang lebar. Beberapa menit kemudian Hpku bergetar. Lalu kuperiksa Apa yang membuat Hpku bergetar. Ternyata yang membuat Hpku bergetar adalah Sms dari sahabtku, Faisal. Aku membuka sms itu dengan tergesa-gesa karena Aku penasaran apa yang di balas dari sahabatku.
“Qois, jangan terlalu dipikirin enjoy saja! Kalo ada waktu kosong ya lancarin! Aku juga bersekolah di pesantren menjadi santri. Aku banyak pengalaman seperti itu! Jadi Aku nikmatin saja! Kalo punya masalah jangan dipikirin terus nanti stress lebih baik langsung kerjain saja! ” kata Faisal, sahabatku terbaik. Setelah Aku membaca sms dari dia Aku termotivasi dengan kata-kata dia. Sehabis membaca sms dari sahabatku Aku bergegas menuju restaurant yang tidak jauh dari kamar hotelku. Dan di hari itu lah pikiran tentang muroja’ahku hilang karena malam itu sangat menggembirakan. Acara malam itu adalah makan malam, Stand up comedy, dan Doorprize. Acara yang membuatku bergembira adalah saat stand up comedy itulah yang membuat muroja’ahku hilang sejenak hingga besoknya.
Besoknya setelah sholat zuhur Aku dan yang lain pulang dengan selamat sampai tujuan.
Seminggu kemudian tepatnya hari Jumat, Aku mengambil Hpku lalu aku curhat lagi kepada sahabatku, Faisal.
“Faisal Aku gagal, gagal muroja’ah setengah juz, padahal cuman setengah juz, kenapa?” AKu bertanya dengan mengeluarkan air mata yang mengalir ke pipiku. Aku menunggu jawaban dari dia, AKu penasaran apa yang dia balas kepadaku. Beberapa menit kemudian Hpku bergetar.
“Qois, Selalu ada hari baru untuk Kamu mencoba, bila kemarin gagal, maka buktikan Kamu bisa di hari ini! Dan jangan pernah menyerah dalam melakukan sesuatu!” kata Faisal.
Aku membaca semua sms dari sahabatku, Faisal. Aku termotivasi untuk berubah, walau butuh proses yang sulit. Aku yakin, dari setiap usaha manusia yang ada di dunia ini untuk mengejar cita-citanya pasti ada rintangan-rintangan yang sulit untuk menuju kesuksesan. Butuh usaha, waktu dan segalanya. Hanya orang-orang yang optimis kepada mimpi dan cita-citanya sajalah yang dapat menggampai walau setinggi langit.
Aku berusaha untuk meninggalkan semua keburukan yang pernah menghantuiku selama ini. Aku akan selalu membuang jauh-jauh rasa benciku kepada pelajaran tahfidz dan menumbuhkan rasa ikhlas dan bangga. Aku berusaha agar semua impiku dan cita-citaku dapat tercapai di sekolah ini. Sekolah yang akan membawaku kepada ajaran Nabi Muhammad SAW. ilmu-ilmu Islam dan Medianya yang kudapat di sini, di Pesantren media. Akan bermanfaat bagi saya dan umat muslim. [Muhammad Qois Abdul Qowiy, santri Pesantren MEDIA, kelas 1 SMP]
Tetap semangat Qois, rintangan bukan untuk direnungi dan dipikirkan tapi untuk dihadapi. 😀 Sedikit saran tips dari saya kalau sudah banyak tugas dan murojaah juga lagi banyak-banyaknya, maka saya akan coba ‘mode robot’. Apa itu? Jadi seperti kita membuat diri kita seperti robot, mengerjakan segala sesuatu tanpa memikirkan perasaan yang sedang kita rasakan atau mood yang mempengaruhi kita. Kalau udah masuk ‘mode robot’ ini, maka kamu berusaha aja supaya nggak menggubris apa pun kecuali kamu berfokus pada apa yang kamu ingin selesaikan. Untuk saya, cara ini seringkali berhasil kok. Semangat ya!
Terus semangat, Is. Cara terbaik menyelesaikan masalah adalah Menghadapinya
Tetap semangat menjalani hidup, karena hidup di dunia ini harus dengan bersusah payah. Apabila ingin sukses maka akan melewati rintangan hidup
Terima kasih semua..!