Aku merasa hampa di dunia ini, entah apa keinginan Tuhan . Tapi aku tidak tahu untuk apa aku hidup, sedangkan aku sendiri dan hari-hariku tidak ada maknanya. Itulah yang ada di pikiranku sebelum aku mendapat hidayah dari Allah.
“Kenapa mama dan papa pergi ninggalin aku? Apa salahku? Aku kan sudah menjadi anak baik selama ini? Mama, papa cepat kembali.. !!!” aku berkata dalam hati.
Kesendirian, kesepian tidak ada yang bisa kulakukan hanya bisa terdiam melihat keadaan. Papa dan Mama pergi dengan meninggalkan banyak hutang, rumah dan perabotan yang di dalamnya disita Bank. Tinggallah diriku seorang diri, aku hidup dengan menumpang pada saudara-saudaraku. Aku pikir mereka baik saat di depanku mereka mengatakan bahwa mereka senang aku menjadi bagian dari mereka tapi di belakangku mereka tidak mau merawatku. Aku berpindah-pindah tempat tinggal. Dari saudara satu kesaudara yang lainnya. Aku sungguh kesepian tiada teman yang mau berteman denganku karna takut terbawa sial keluargaku. Entah pada siapa aku harus mengadu, aku hanya bisa beribadah pada Tuhan satu minggu sekali karena gereja jauh dari rumah saudaraku.
Terkadang perasaan muak tak bisa lagi aku tahan, aku mulai melampiaskan kemarahanku pada teman sekelas yang terlihat lemah. Semakin sering aku melakukannya, semakin sering pula waliku di panggil ke sekolah. Setelah itu aku dipindahkan lagi kerumah saudaraku yang lain, sebelum aku meninggalkan rumah saudaraku ini salahseorang anaknya mengatakan sangat bersyukur aku akan pergi karena aku sangat merepotkan dan memuakkan. Mendengar hal itu aku semakin muak dengan hidup ini.
Kenapa Tuhan begitu tak adil padaku? apa salahku sehingga aku harus mengalami hal ini?
Rumah waliku yang sekarang sedikit dekat dengan gereja, jadi aku merasa senang. Aku bisa setiap hari berdo’a pada Tuhan. Aku mulai menjadi anak yang baik dan seorang yang taat ibadah, aku mempelajari kitab injil yang dahulu diberikan oleh Mamaku sebagai hadiah ulang tahun. Lama kelamaan aku hapal isi kitab itu, karena hal itu aku dibelikan kitab injil yang baru oleh waliku yang sekarang. Betapa berterima kasihnya aku pada waliku itu, segera aku pelajari lagi kitab injil itu.
Akan tetapi suatu ketika aku menemukan keganjalan-keganjalan yang sangat menonjol. Kitab baru itu sangat berbeda dengan kitab yang kuhapal. Apa yang terjadi? Aku mulai kebingungan.Aku mencari tahu hal itu, dan mendapatkan jawabannya. Ternyata kitab injil ini setiap tahunnya selalu berubah,aku semakin bingung kitab mana yang harus kujadikan pedoman. Bertanya kesana kemari tapi tidak ada jawaban yang masuk akal. Bukankah kitab injil itu kitab Tuhan kenapa manusia yang memiliki banyak kekurangan seperti kita bisa seenaknya mengubahnya?
Saat seperti ini kesepian dan kesendirian aku merasa mencekikku. Aku menangis dalam kesendirian, aku berdo’a semoga ada seseorang yang memberitahuku. Dalam derasnya tangis, tak terasa aku mulai mengantuk dan akhirnya tertidur.
ooOoo
Aku memimpikan sesuatu yang mengerikan yaitu melihat orang tuaku menangis dalam kegelapan meminta tolong sambil menangis dan menjerit. Mereka juga meminta maaf dan ampun. Aku menangis dan tanpa sadar aku punterbangun dari tidurku terengah engah. Aku berdo’a semoga orang tuaku baik-baik saja. Bangun dari tidur waktu menunjukkan jam 3 malam, aku memutuskan untuk belajar. Saat belajar aku kembali tertidur.
“Enza.. bangun , kamu harus sekolahkan . ayo cepat ntar terlambat lo..” terdengar suara tante linda membangunkanku. Aku terkejut dengan cepat bersiap kesekolah.
Ini hari pertama ku bersekolah di sekolah umum, sebelumnya aku pindahan dari sekolah khusus kristen. Tante linda yang menjadi waliku sekarang tidak bisa membiayai sekolah ku di sekolah khusus kristen karena mahal. Tapi disekolahkan saja aku bersyukur.
Nah tibalah aku di gerbang sekolah. Segeraku menuju kelasku yang baru,tapi sayangnya aku sedikit terlambat. Guru mempersilahkan aku masuk kekelas dan menyuruhku untuk memperkenalkan diri.
“hai teman-teman semua.., kenalin namaku fiorenza elysia, kalian bisa memanggilku enza. Senang berkenalan dengan kalian semua, semoga kita bisa menjadi akrab kedepannya.”
Setelah itu aku di persilahkan duduk oleh guru di bangku yang kosong di belakang dekat jendela. Anehnya kursi yang kosong ada dua, tapi aku memilih duduk di dekat jendela,aku berharap ada teman yang akan duduk di sampingku.
ooOoo
Keesokan harinya ada seorang anak yang datang dan duduk tepat di sampingku, aku pun berkenal dengannya. Tidak membutuhkan waktu yang lama kami sudah menjadi dekat, aku merasa aku sudah tidak sendiri lagi dan rasa kesepian yang selama ini menghantuiku telah sirna. Padahal kami berbeda keyakinan tapi aku merasa berjodoh bertemu dengannya.
Ia bernama Ashilla Azzahra, taat beribadah dan sangat baik. Semakin lama ku bersamanya semakin yakinku untuk menjadikannya sahabatku. Akhirnya kami menjadi sahabat dan aku mulai terbuka dengannya, aku menceritakan keraguan tentang keyakinanku. Dan ia mengatakan akan membantuku mencari jawabannya, kami semakin dekat.
Saat kami mendiskusikan hal ini, aku semakin yakin agamaku adalah agama yang sesat. Aku inginsekali masuk keagama yang di anut ashilla, tapi aku bingung harus bagaimana,sedang hidupku menumpang pada saudara jika aku mengatakan ingin masuk islam pastilah aku akan di usir dari rumah. Aku bingung mengharapkan mendapat petunjuk dari tuhan, akhirnya aku mengatakan perkara ini pada ashilla.
Ashilla memberiku solusi untuk masuk islam secara sembunyi-sembunyi , aku pun melakukannya. Aku belajar islam mulai dari dasar dari ashilla, tapi ashilla mulai enggan mengajariku karena ilmunya yang masih sedikit. Maka ia mengajakku untuk menghadiri pengajian yang di isi oeh Mamanya. Semakin lama aku mulai mengerti islam dan menjadi yang lebih baik dari yang dulu. Akan tetapi aku semakin jarang berada di rumah. Tanteku mulai curiga apa yang aku lakukan, ia takut aku terjerumus dalam pergaulan yang salah dan bebas. Maka beliau mencari tahu hal tersebut.
Dan pada suatu hari aku mencoba mempraktekkan sholat di kamar. Aku lupa mengunci pintu kamar. saat aku sholat tiba-tiba terdengar bunyi suara pintu dibuka perlahan dan akhirnya terbanting. Aku mengacuhkan suara itu dan tetap khusyu’ sholat, Setelah sholat terlihatlah 2 orang sedang memandangku penuh kebencian.
Bersambung…
[Ella Fajar Wati Putri, santriwati Pesantren Media, jenjang SMP, angkatan ke-3]