Kemarin adalah bisa dibilang hari yang spesial untuk para ibu di seluruh dunia. Ya, “Hari Ibu”. Hampir seluruh umat manusia mengucapkan “Selamat Hari Ibu” pada hari itu.
Tanggal 22 Desember 2013, ditetapkan sebagai hari bersejarah bagi para ibu, yang dianggap hari yang dikhususkan untuk menghargai jasa para ibu di dunia yang telah melahirkan anak-anaknya dan mendidik sebagai guru pertama dalam hidup manusia.
Sebagai muslim, tidak seharusnya kita ikut merayakan Hari Besar kaum/agama lain. Baik dalam rangka menghormati atau apapun modus lain yang mencoba memboleh-bolehkan. Jangankan merayakannya, mengucapkan “Selamat” saja tidak diperkenankan. Karena dalam Islam saja hanya Idul Fitri dan Idul Adha saja yang boleh dirayakan.
Dalam hadits Rasulullah bersabda : “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan kaum mereka” (HR. Abu Dawud)
Nah, Dalam Islam diajarkan agar menyayangi orang tua, terutama ibu pada setiap hari, tidak hanya pada Hari Ibu saja. Mengucapkan “sayang” pada orang tua bisa menambah kecintaan kita kepada mereka dan mereka pasti akan senang, serta menghargai setiap apa yang diberikan oleh Sang Pencipta. Karena jika kita patuh kepada orang tua karena Allah, maka cinta kita kepada Allah akan semakin besar.
Berikut, saya membuat puisi ini untuk ibu. Puisi ini dibuat bukan untuk memperingati Hari Ibu, tapi wujud cinta dan kasih saya terhadap ibu. Mengobati rasa rindu yang terbendung lewat puisi ini, bisa juga untuk mengasah kemampuan penulis pemula.
Tidak juga lupa, saya mengingatkan kepada anda untuk tidak hanya mencintai dan mengayangi ibu, ayah kita juga ikut berperan dalam hidup. Kalau ada syair “Surga ada di telapak kaki ibu”. Bahkan, jika anda mengetahuinya, ayah itu mampu mengantarkan anaknya ke surga yang lebih tinggi tingkatannya.
Rindu
Oleh : Zahrotun Nissa
Dari kesunyian yang memeluk erat
Dalam dinginnya malam
Yang terang oleh sinar sang dewi malam
Terpancar elok sinarnya
Di balik pepohonan yang berdiri kokoh mengiringi
Kerdip cahya bintang di langit
Begitu menyayat hati kecil ini
Ke dalam atmosfer rindu yang membelenggu dada
Rasa hati tak sanggup lagi menahan rasa ini
Ingin ku luapkan semua pada sosok bijak
Nan lembut dan penuh keelokkan paras muslimah
Yang membalut raga perkasa
Akan ku kemanakan rasa perih yang sudah kutahan selama ini?
Bertemu pun tak sanggup, rasa membayangkannya saja
Membuat tangis membasahi pipiku
Bunda … Ku rindukan sosok lembutmu
Yang selalu ada di sisi
[Zahrotun Nissa, santriwati kelas 1 SMA Angkatan ke-3]