Oleh Farid Abdurrahman (Santri Pesantren Media)
Manusia adalah mahluk sosial. Sejak dilahirkan, manusia akan selalu mempuyai kecendrungan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Hal ini dikarenakan manusia tidak dapat hidup sendiri. Ia akan senantiasa membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Misalnya, jika seseorang ingin makan nasi, maka dia tidak akan mampu memenuhi keinginannya itu sendirian. Dia akan senantiasa membutuhkan bantuan petani sang penanam padi, pembuat panci, pedagang yang menjual minyak tanah, dan lain sebagainya. Bahkan untuk tersenyum saja manusia membutuhkan orang lain. Orang lain tentu akan menilai kita gila jika kita sudah mulai senyum-senyum sendiri.
Seiring dengan berjalannya waktu, teknologi semakin berkembang. Perkembangan teknologi ini mempengaruhi cara manusia melakukan komunikasi. Jika dahulu orang hanya berkomunikasi menggunakan lisan dengan orang terdekat saja, maka di jaman modern ini di mana teknologi sudah sedemikian maju, manusia sudah dapat berkomunikasi secara langsung meskipun dipisahkan oleh jarak yang sangat jauh.
Salah satu teknologi yang memudahkan bersosialisasi adalah situs jejaring sosial. Ada banyak situs jejaring sosial. Yang paling popular saat ini adalah Facebook dan Twitter. Situs jejaring sosial menawarkan beragam fasilitas menarik yang memungkinkan penggunanya betah berlama-lama. Bahkan ada juga yang keranjingan sehingga hampir sebagian besar waktunya dihabiskan hanya untuk mengutak-atik akunnya di situs jejaring sosial dan melupakan kegiatan lain yang labih penting.
Selain dipandang menyia-nyiakan waktu, situs jejaring sosial juga seringkali memberikan kerugian bagi penggunanya. Berdasarkan berbagai pemberitaan di media massa, banyak para pengguna situs ini yang menjadi korban kejahatan. Banyak di antara mereka yang ditipu, diganggu privasinya, atau bahkan diculik. Banyak pula kasus remaja gadis yang kabur dengan pemuda yang baru dikenalnya melalui situs jejaring sosial.
Bagi sebagian orang, kondisi ini menjadikan mereka anti situs jejaring sosial. Mereka lebih tertarik berinteraksi di dunia nyata daripada berkecimpung di dunia maya yang penuh dengan kepalsuan dan ancaman keamanan. Namun, ada juga yang meskipun melihat fakta merugikan situs jejaring sosial, mereka tetap menggunakan media ini. Mereka beranggapan masih banyak sisi positif yang bias digali dan dimanfaatkan. Misalnnya, untuk meningkatkan penjualan produk, menambah relasi bisnis, mencari informasi atau pengetahuan, serta menyebarkan kebaikan.
Terlepas dari berbagai alasan pro dan kontra di atas, kita perlu tahu bahwa semua teknologi ibarat pedang bermata dua. Jadi, tidak hanya situs jejaring sosial saja yang bisa berdampak negatif bagi penggunanya, melainkan semua teknologi. Misalnya, telpon yang sejatinya memberikan manfaat menghilangkan rintangan jarak dalam berkomunikasi, bisa saja digunakan meneror orang lain, menipu, dan lain sebagainya. Sebuah komputer bisa digunakan untuk membantu meringankan pekerjaan namun juga bisa digunakan untuk menonton hal-hal porno, bermain game hingga lupa waktu, dan lain sebagainya.
Masalahnya terletak bukan pada teknologinya, melainkan pada penggunanya. Pengguna bisa menggunakannya untuk kebaikan dan juga keburukan. Jika kita merasa dengan memiliki teknologi tertentu kita tidak akan mampu membendung keinginan untuk menggunakannya dalam hal kebaikan, maka lebih baik kita tidak menggunakannya. Jika kita tahu akan menyia-nyiakan waktu jika mempunyai akun di situs jejaring sosial, maka lebih baik kita tutup akun itu. Namun jika kita yakin kita bisa mendapatkan dan juga bisa menyebarkan kebaikan dari mempunyai akun di situs jejaring sosial, maka jangan ditutup, gali dan sebarkan sebanyak-banyaknya manfaat dan kebaikan melalui media ini. (Farid Ab, famedo.blogspot.com)