Muhammad sore itu berjalan gontai dari Masjid Nurul Iman menuju rumahnya. Dengan digandeng kakaknya, Muhammad mulai menyenandungkan surat An-Nas hingga selesai. Dengan senang, ia berlari masuk ke rumah. Bocah kecil itu baru pulang dari Masjid seusai melaksanakan sholat Maghrib berjamaah di Masjid.
Nama lengkapnya Muhammad Mujahid Fisabilillah Leboe Barapadang. Ketika ia masih bayi, ia dipanggil Mujahid. Namun, sekarang ia dipanggil Muhammad. Sekarang, umur Muhammad memasuki empat tahun. Muhammad adalah anak keempat dari lima bersaudara. Kakak-kakaknya adalah para penghafal Al-Qur’an. Tak heran, bila kini ia juga berusaha menghafalkan kalam Allah tersebut.
Diusianya yang masih belia ini, Muhammad mendapatkan pendidikan langsung dari Ibunya. “Aku sekolah di PAUD Umi Lathifah.” Katanya. Umar Abdullah (Alm.) yang tidak lain adalah ayah Muhammad pernah menuturkan, “Muhammad adalah anak yang cerdas. Tidak perlu dibentak. Sekali ucap, ia akan mengerti.”
Sekarang ini, Muhammad telah menghafal tiga buah surat pendek dalam Juz ‘Amma. Yaitu, An-Nas, Al-Falaq, dan Al-Ikhlas. Muhammad mulai menghafal sejak ia masih bayi. Ayahnya meminta kakak-kakaknya membaca atau mengulang hafalan mereka di dekat Muhammad. Kini, Muhammad menghafal dengan cara mendengarkan Murottal dengan qori’ Muhammad Thaha. Ia mendengarkan dengan netbook ibunya, atau dengan handphone kakaknya.
Adik bungsu Muhammad yang masih berumur tujuh bulan juga ikut menghafal. “Ketika seorang bayi mendengarkan bacaan Al-Qur’an, memori bayi itu akan merekan bacaan Al-Qur’an itu. Otomatis ketika sudah besar nanti, bayi itu akan lebih mudah menghafal bacaan yang pernah ia dengar.” Jelas Umi Lathifah, ibu Muhammad.
“Aku baca surat An-Nas biar menang kalau lawan setan.” Katanya dengan muka lucu. Oh, iya. Muhammad juga pandai bernyanyi. Meski nyanyian yang nyanyikan terasa kacau balau liriknya, ia tetap percaya diri untuk bernyanyi.
“Kaulah ibuku.. Yang terima kasihku.. Untuk bisa pun.. Untuk menjadi bisa..” katanya acak. Ia tertawa senang. Ayah Muhammad adalah seorang pembuat lirik lagu. Kakak-kakaknya lah yang menyanyikan lagu karangan ayahnya. Tentunya, lagu-lagu yang diciptakan ayahnya adalah lagu Islami. Lagu terakhir yang diciptakan Ustadz Umar Abdullah adalah Mars Pesantren Media.
Setelah selesai diwawancara, Muhammad berkata, “Nanti kita wawancara lagi, yuk.”. Hihi.. Muhammad. Semoga Allah memberkahinya. Salah satu penjaga Qur’an muda.
[Fathimah NJL, santri angkatan ke-1, jenjang SMP, Pesantren Media]