Jum`at, 26 Juli 2013
Siapa pun yang pernah memiliki sahabat, pasti ia akan merindukannya. Sama halnya sepertiku. Aku memiliki seorang sahabat kecil. Ia sangat mirip denganku. Orang-orang mengira kami adalah saudara.
Sahabatku ini bernama Husnia. Nama lengkapnya Husnia Nurul Izzati. Nama yang rupawan untuk seorang gadis yang juga rupawan. Ia tak sekedar cantik wajahnya. Husnia juga memiliki akhlak yang indah. Husnia adalah gadis yang pintar. Namun, ia sangat pendiam dan pemalu. Sehingga, banyak orang yang senang berteman dengannya.
Ketika aku dan Husnia bersekolah di sekolah yang sama, yaitu SDIT Insantama, kami sangat dekat. Rumah kami pun bertetangga. Aku sudah menganggapnya sebagai saudara yang siap berbagi apa pun. Kami selalu bersama. Aku sangat senang dengannya.
Namun kini, kami berpisah. Aku bersekolah di Pesantren milik almarhum ayahku, Ustadz Umar Abdullah. Sedangkan Husnia, melanjutkan bersekolah di SMPIT Insantama Boarding School. Aku dan Husnia hanya bertemu saat liburan saja.
Beberapa hari yang lalu, Husnia sudah memulai liburannya. Aku senang sekali. Aku ingin sekali segera mengajaknya berkumpul kembali. Hanya, aku dan Husnia masih malu-malu untuk berbicara. Hihi.., aku merasa aneh dengan sikapku terhadap Husnia yang tiba-tiba ini.
Akhirnya pada hari ini, aku memulai sms pertamaku kepada Husnia. Aku mengajaknya untuk bermain bersama. Dengan segera, ia menanggapi permintaanku. Tentu aku sangat merasa senang.
Aku yang baru saja menonton film Madagascar 3 bersama adik-adikku, bermaksud mengemasi peralatan netbookku. Rencananya, aku akan membawa netbookku ke rumah Husnia. Namun saat aku tengah mengemasinya, Umi memberi tahuku bahwa Husnia telah tiba. Yaa.. Akhirnya kami main bersama di rumahku.
Awalnya, aku dan Husnia bermain bersama si cantik Maryam. Maryam tertawa-tawa begitu aku dan Husnia bermain Ciluk-Baa. Husnia terlihat senang sekali.
Kamudian, ia menanyakan kepadaku perihal film yang telah aku buat. Tapi aku malu untuk memperlihatkannya. Akhirnya, aku mengusulkan agar ia menonton film kakak kelasku yang berjudul Alone. Ia menanggapi. Katanya, ia juga ingin melihat juara satunya film Pesantren Media.
Setelah menonton film-film Pesantren Media, Husnia mengajakku untuk melihat-lihat film-film yang aku punya di netbook. Ketika ia melihat film Wedding Dress, ia bertanya,
“Wedding Dress itu baju pengantin, kan?” aku mengangguk. “Maksudnya?” ia bertanya lagi. Aku tersenyum,
“Mau nonton?” Husnia berbinar.
“Mau, mau..”
Aku mengajak Husnia ke Perpustakaan. Aku mengajaknya menonton di Perpustakaan, supaya kami bisa menonton dengan tenang. Maksudnya, adik-adikku, kan, suka berkomentar kalau sedang menonton.
“Oh.. Film Korea..” kata Husnia begitu film di putar. Aku tertawa.
“Pertama kali ana nonton ini, ana nangis, lho.” aku mengawali film. Husnia menonton dengan tenang.
Di sela-sela film, Husnia sering menangis. Aku tersenyum. Aku sudah tidak menangis lagi. Karena aku sudah sering menonton film ini. Ketika aku melihatnya menangis, ia selalu tertawa.
“Hehe.. maaf, ya, Fat.” Katanya. Haha.. Kalau dia menangis saat menonton film ini, aku merasa wajar. Film ini memang film sedih. Film Wedding Dress ini menceritakan tentang Ibu dan Anak. Kalau yang menonton punya hati dan mengerti maksud film ini, wajarnya ia akan menangis. Aku bisa memaklumi.
Hari ini, aku merasa sangat senang. Karena, aku bisa merasakan kebahagiaan bersama sahabat baik seperti ketika SD dulu. Alhamdulillah.. [Fathimah NJL, santri angkatan ke-1, jenjang SMP, Pesantren Media]
Catatan: tulisan ini sebagai tugas menulis feature di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media
KOMENTAR: Tulisan yang ringan dan sederhana. Namun, karena dikemas dengan menarik melalui pilihan kata dan cara bertutur, tulisan ini terasa segar. Terus menulis dan tetap semangat menambah wawasan.
O. Solihin
Instruktur Kelas Menulis Kreatif