(21/07/13) Tepatnya hari Minggu pukul 06.00 WIB sehabis sholat shubuh di Masjid Nurul Iman, aku bersiap – siap pulang kampung. Rasa hati tidak sabar untuk bertemu keluarga di rumah dan teman – teman SMP ku, yang sudah berjanji ingin berkumpul bersama saat aku pulang dari Bogor.
Mungkin baru kali ini aku merasakan serunya pulang kampung, kembali ke rumah yang selama 15 tahun aku tinggali. Kenapa baru pertama kali? Karena selama ini, baru kali ini aku merasakan tinggal jauh dari orang tua. ‘Aneh tapi nyata’, itulah yang aku rasakan sekarang.
Sebelum aku pergi, tak lupa aku berpamitan pada semua santri akhwat yang ada.
Pukul 06.30 WIB, aku pun segera menuruni tangga kamar santri akhwat. Kubawa tas ransel dan tas laptop yang sudah terisi penuh oleh baju dan laptop.
Kutunggu padhe [Om Dedy salah satu pembimbing / guru musik di Pesantren MEDIA] yang akan menemaniku pulang. Sekian lama aku menunggunya (kurang lebih 30menit) di perpustakaan, tapi tak muncul juga. Akhirnya aku memutuskan naik lagi ke kamar (daripada bengong sendirian gak jelas). Teh Mayla yang melihatku naik lagi ke kamar menanyaiku ‘kenapa balik lagi?’ sambil bercanda aku menjawab ‘gak jadi pulang teh, hehe bercanda’ dia hanya menjawab dengan senyuman. Lalu dia menyarankanku untuk mengirim sms pada padhe. Dan dengan heran aku membaca balasan smsnya, ternyata beliau ketiduran.
Tak lama Umi Lathifah memanggilku, karena padhe sudah datang. Segeralah aku turun tangga dan mengucapkan salam pada Umi Lathifah.
Berjalan keluar komplek Laladon Permai menunggu angkot. Cukup lama, sekitar 15 menit kami menuggu, namun angkot tak kunjung datang. Seperti orang hilang kami duduk – duduk di pinggir jalan.
Akhirnya ada angkot 08 melaju mendekati kami. Padhe langsung melintangkan tangan dan menanyakan supir angkot itu ‘Stasiun Bogor, Kang?’ supir itupun mengiyakan dan kami pun langsung masuk dan duduk sambil memangku bawaan kami.
Beberapa menit perjalanan akhirnya sampai di Stasiun Bogor. Dengan sigap padhe menyuruhku untuk cepat karena CommuterLINE yang akan dinaiki berangkat pukul 07.30 WIB, sedangkan kami sampai di Stasiun hanya kurang beberapa menit saja dari jadwal. Beruntung kereta belum berangkat, namun rasa tegang dan lelah sudah menyelimuti benak. Dengan berlari – lari kecil menuju gerbong kereta membuat kami sedikit terengah – engah. Kami pun duduk di sela – sela tempat duduk yang penuh sesak oleh penumpang dengan segala kondisi mereka.
Stasiun demi stasiun dilewati, Karena pemberhentian kami masih jauh, aku pun sempat tertidur beberapa kali.
Sampailah kami di Stasiun Gondangdia sekitar pukul 08.30 WIB. Padhe membangunkanku yang terlelap. Dengan sigap kubuka mataku, merapikan mukaku yang mungkin berantakan (kayak baju aja) dan memakai ransel yang kupeluk untuk menjaga tidurku.
Usai turun dari kereta kami berlari lagi mencari bajaj untuk sampai ke Stasiun berikutnya yaitu Gambir. Selagi Padhe menukarkan tiket, aku menunggu di pinggir tiang penyangga gedung stasiun yang begitu besar. Tak ada 3menit lamanya, beliau segera menyerahkan tiketnya pada petugas dan aku pun mengikutinya saja.
Ternyata, Kereta Cirex yang kami naiki berangkat pukul 11.00 WIB. Sambil menghela nafas, aku berkata ‘ohh’ saat padhe memberitahuku tentang keberangkatan kereta.
Kami pun menunggu di atas, ruang tunggu para penumpang kereta, yang masih jarang orang di sana. Sambil menunggu, padhe sempat bercerita pengalamannya selama di Bogor. Sampai – sampai beliau tau kapan saja waktu – waktu macet biasanya terjadi dan penuh sesaknya stasiun di hari libur, terutama libur Idul Fitri.
Karena bosan, beliau memutuskan untuk membeli koran dan memberikanku satu. Sejujurnya, aku jarang sekali membaca koran. Namun, untuk menghormati pemberiannya kubacalah koran itu walau dengan sedikit rasa malas.
Sekitar 1jam 30menit lamanya kami menunggu, melihat orang lalu lalang, ada ‘bule’, ada banyak orang dari berbagai daerah yang berbicara dengan bahasa daerah mereka masing – masing yang tak aku mengerti.
Pukul 10.50 WIB petugas mengumumkan kedatangan Kereta Cirex di jalur 4, lalu aku dan padhe pun berajak dari tempat duduk menuju tempat penaikkan penumpang. Sambil menunggu penumpang keluar kami duduk di kursi yang tersedia. Akhirnya kami pun masuk ke gerbong mencari tempat duduk kami, yaitu 3c dan 3d. Segera aku duduk, dan padhe pun menaikkan barang – barang kami ke bagasi.
Kereta pun berangkat pukul 11.05 WIB, terlambat 5menit dari jadwal. Mungkin karena ada keterlambatan kedatangan dari Tegal sendiri. Walau sedikit kecewa, tapi kami masih bersyukur tidak tertinggal.
Selama perjalanan kira – kira 5jam kami sempat tertidur dan terbangun beberapa kali, (maklum bulan puasa capek, ngantuk, wajar.)
Sampailah kami di Stasiun Kereta Tegal pukul 16.00 WIB. Turun dari kereta padhe menuju loket tiket dahulu, katanya untuk menukarkan tiketnya untuk berangkat lagi lusa.
Langsung kami berjalan keluar stasiun mencari becak untuk mengantar kami sampai rumah. Karena jarak rumahku dengan stasiun yang tak jauh jadi kami cukup naik becak.
Rasanya lega sekali bisa sampai di rumah dengan selamat. [Zahrotun Nissa, santri angkatan ke-3, jenjang SMA, Pesantren Media]
Catatan: tulisan ini sebagai tugas menulis feature di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media
KOMENTAR: Sebagai penulis pemula, Zahrotun Nissa sudah lumayan bisa menyampaikan pesan melalui tulisan. Walau masih banyak salah tulis ejaan dan salah ketik, namun tetap menarik untuk dibaca informasinya. Judulnya sudah bagus, namun pemaparan informasinya masih belum maksimal sehingga terkesan singkat dan kurang bisa memberikan hal baru bagi pembaca. Terus berlatih dan tetap semangat belajar!
O. Solihin
Instruktur Kelas Menulis Kreatif