Seorang gadis berumur 16 tahun bernama Cintya Ranti. Bersekolah di SMK Satu Nusa 1 Swasta Bandar Lampung. Aku 3 bersaudara. Yang pertama kakakku namanya Rendy Novaldo, yang kedua aku sendiri, dan yang ketiga adekku Bella Ayushinta. Dengan berbagai sifat yang berbeda-beda. Kakakku bersifat keras kepala, egois, berkehidupan mewah, dan apapun yang dimintanya harus dituruti. Sifatku sendiri penurut, cara kehidupanku lebih senang yang biasa-biasa saja seperti orang lain biasanya. Adekku bersifat manja, suka ngedumel kalau sesuatu yang dimintanya tidak dituruti, dan orangnya sangat susah kalau dinasehati. Yah, maklum masih kecil.
Oiya, kakakku melanjutkan sekolahnya di Universitas IBI Darmajaya Swasta. Kehidupan penghuni IBI Darmajaya sangatlah mewah, dan tercetak juga kuliah mahal. Kakakku suka kehidupan yang mewah karena teman-temannya semua juga berkehidupan mewah. Sebagian temannya menggunakan kendaraan bermobil. Yah, mulai dari merek Nissan Grand Livina, Toyota avanza, Toyota Yaris, begitu dengan kakakku sendiri menggunakan mobil Honda Jazz berplat RE 11 DY.
Ayahku bernama Santoso Prakoso. Beliau bekerja di perusahaan pabrik gula. Dan menempati jabatan Manager utama, sekaligus orang kepercayaan Direktur Utama perusahaan tersebut. Ayah biasanya berangkat jam 6.30 pulang jam 17.00. Ayah seorang pekerja keras dan sesosok Pahlawan untuk keluargaku.
Mama juga seorang Pegawai Negeri Sipil bagian BKP (Badan Ketahanan Pangan). Di kota Lampung Selatan, Kalianda. Mamalah yang berjasa. Bangun pagi, menyiapkan makanan, membangunkan kami semua untuk pergi ke sekolah, dan bekerja. Berangkat jam 6.30 pulang jam 17.00. Mama tidak kenal letih dalam bekerja. Pulang ataupun pergi mama selalu bersama ayah.
Bella Ayushinta. Dia bersekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negri Bandar Lampung. Sekarang duduk di kelas 3 sekolah dasar. Adikku yang ini nih, manja banget. Apapun keinginannya harus dituruti, inilah sifat buruknya yang susah dirubah. Sifatnya gak jauh beda dengan kakakku.
“Ma, minta uang dong.” kata kakakku dengan nada mengagetkan.
“Buat apa nak ?” mama bertanya santai.
“Biasa mah, Rendy mau jalan sama teman-teman.” berbicara kakak dengan berharap diberi uang sama mama.
“Kamu minta uang berapa ? Rp 150.000 aja ya ?” dengan nada lesu.
“Iyaudah mah”. Setelah menerima uang dari mama bergegas kakak langsung pamitan pergi.
“Ma kakak minta uang untuk apa lagi ? bukannya kemarin dia baru minta sama mama ?” aku bertanya-tanya bingung.
“Iya kakak kamu minta uang untuk jalan sama teman-temannya.” Mama menjawab panik.
“Tapi ma ? mama kan belum gajian, sedangkan ayah juga belum gajian ? bagaimana nanti bayar uang sekolah ? mama terlalu memanjakan kakak, mangkanya kakak begitu.” aku menjawab tegas.
“Sudahlah nak, kamu tau sifat kakakmu kan ? kakak kamu itu orangnya keras, apapun kemauannya harus di turuti, mama sudah susah mengubah sifat kakakmu.” mama menjawab sedih.
“Yasudahlah tya berangkat dulu yah ma, Assalammualaikum.”
“Iya, Wa’alaikumsalam.”
OoOoOo
Sampai di sekolah. Aku parkir sepeda motorku di parkiran sekolah. Datang seorang sahabatku bernama Nindya Putri. Dia memiliki sifat periang, lucu, dan dewasa.
“Assalammualaikum Cin ?” Nindya mengucap salam dengan nada gembira.
“Wa’alaikumsalam Nin.” Aku menjawab dengan nada lesu.
“Loh kamu kenapa ? ada masalah ya ?” Nindya penasaran.
“Iya Nin.” Aku menjawabnya dengan wajah cemberut.
“Loh, cerita dong kan ada aku. Jangan cemberut gitu ntar cantiknya ilang loh.” Nindya tersenyum sambil menggodaku.
“Ah, kmu ni masih aja deh bercandanya.” Aku tersenyum.
“Nah, gitu dong. Kan cantik kalau kamu tersenyum gitu, apalagi itu tuh lesung pipinya bikin gemes, hahaha..” Nindya menggoda sambil mencubit pipiku.
“Aw, sakit tau. Tuh kan merah, wah kamu nih.” Aku ketawa sambil menggelitiki perut Nindya.
“Aduh aduh, udah dong geli tau.” Nindya menjawab sambil tertawa kecil.
“Hahaha. Yaudah yuk kita masuk kelas, bentar lagi bel.” Aku mengajak Nindya.
Kriiiiiiiiiiiiiiiinngggg…
Bel berbunyi waktunya berbaris di depan kelas. Masuk kelas, berdoa, dan melakukan aktifitas pelajaran seperti biasanya.
Masuk Pak Andy dan saatnya mengajar pelajaran TINKOM (Tehnik Informatika dan Komunikasi).
“Selamat pagi anak-anak.” Sapa pak Andy.
“Selamat pagi pak.” Serentak satu kelas menjawab.
“Oke anak-anak, seperti yang bapak janjikan kemarin, sekarang kita ulangan ya. Keluarkan kertas satu lembar, kasih nama, kelas, hari dan tanggal.” Pak Andy memberi intruksi.
“Waduh pak.” Satu kelas kaget. Karna benar-benar lupa kalau hari ini ada ulangan.
“No 1, bagaimana cara cepat menebalkan tulisan ?” berkicau bapak Andy memberi pertanyaan.
Seling waktu beberapa menit memberi pertanyaan.
anak-anak pun menjawab semua pertanyaan. Beragam mimik wajah mereka, ada yang bingung, ada yang cepat mengerjakannya, dan ada yang nyontek karna tidak belajar.
“Semua dikumpulkan! Waktu sudah habis!” dengan nada tegas pak Andy bicara.
Kriiiiiiiiiiiinnnggg…
Waktunya istirahat. Semua teman-temanku mengajakku kekantin, tetapi untuk kali ini aku sedang tidak mood. Aku memikirkan bagaimana caranya merubah sifat kakakku dan kalau bisa sifat adikku juga berubah.
“Dooorrr..” Nindya menepuk pundakku dengan nada mengagetkan sehingga aku terkejut.
“Ih kamu ini Nin ngagetin aja” dengan wajah serius.
“Hahaha gapapa, udah bel tau. Masuk kelas yuk, melamun aja kamu ini.” Ajakan Nindya kepadaku.
“Oh iya, yuk!” dengan senyuman kecil aku mengiyakan ajakan Nindya.
OoOoOo
Kriiiiiingggg…
Pergantian pelajaran. Sesosok wanita menelusuri lorong jalan di depan kelas dan menuju ke kelas kami. Yapz, itu adalah guru BK (Bimbingan Konseling) memberitahu kepada kami bahwa Bu Maria hari ini tidak bisa mengajar karena ada urusan keluarga.
Dalam hati anak-anak berkata “Yeee!”
Akhirnya kelas pun rame, rebut, bercanda. Mereka semua tertawa sedangkan aku murung terdiam.
Setengah jam berlalu bel pun berbunyi.
Kriiiiiingg..
Waktunya pulang. Tak lama aku langsung ke parkiran saja tanpa menunda-nunda waktu.
Sampailah di rumah. Mama menyapaku.
“Assalammualaikum, nak ?” sapa mama
“Walaikumsalam, ma.” Jawabku singkat.
Langsung aku masuk kamar. Lalu mengerjakan tugas. Setengah jam, PR pun selesai. Aku keluar kamar, di ruang tengah berpapasan bersama kakakku.
“Dek, dari mana ?” Tanya kakakku sambil tersenyum.
“Dari kamar lah, kenapa emangnya ? mau kemana lagi kak, mau pergi main lagi ?” Tanyaku dengan wajah kaku.
“Iya dek, mau ke rumah kawan sebentar.” Jawab singkat kakakku.
“Coba berenti dulu kak main itu. Mama belum pulang, ayah belum pulang. Kalo kakak ninggalin rumah, berarti ninggalin aku sama bella di rumah sendirian dong. tolong kak, jangan bersifat egois seperti ini, pikirkan aku dan bella, gimana kalau misalkan ada maling, aku sama bella harus berbuat apa coba. Kakak tanggung jawab keluarga. Kalau seumpamanya ayah sudah tidak ada, yang wajib menjaga mama, aku, sama bella itu ya kakak, bukan orang lain.” Aku menjelaskan dengan tegas.
Kakakku terdiam sejenak, tanpa berkata sepatah katamu. Setelah suasana hening mulai surut. Kakak pun mulai mengeluarkan jawabannya.
“iya dek, maafin kakak ya. Selama ini kakak hanya memuaskan nafsu kakak sendiri, tanpa memikirkan kalian dapat memenuhi permintaan kakak atau tidak.” Dengan hangat kakak memeluk aku dan bella.
Seseorang dapat berubah apabila ada niat dan kemauan dari diri sendiri. Memang untuk berubah itu tidak mudah, tetapi kalau mempunyai tekad yang kuat untuk berubah, pasti dapat memperbaiki dirinya untuk menjadi yang lebih baik dari sebelumnya.
Dan orang tua merupakan pahlawan, apalagi seorang ibu membesarkan kita sampai sebesar ini. Ayah dan mama berusaha memenuhi kebutuhan anaknya, dan tidak mau melihat anaknya sengsara. Subhanallah betapa hebat dan berartinya orang tua. Jangan sampai kita menyia-nyiakan orangtua ketika sudah tua dan membutuhkan perawatan dari anaknya.
Bogor, 17 Mei 2013
[Rani Anjar Putri, santriwati angkatan ke-2, jenjang SMA, Pesantren Media]