Sudah sebulan lebih sejak ditetapkannya negeri ini sebagai wilayah yang terpapar Coronavirus (Covid-19). Sebagian besar sekolah sudah diliburkan. Namun, kami mengambil kebijakan untuk tidak memulangkan santri. Selain karena wilayah kami masih terkategori zona hijau alias aman dan jumlah santri yang tak terlalu banyak, juga dengan pertimbangan yang lebih maslahat lainnya, yakni tetap menjaga ritme kegiatan di pondok untuk mengawal santri dalam pelaksanaan hukum syara–yang hal itu tidak mudah dilakukan para orang tua ketika putra-putrinya di rumah–terutama santri-santri baru yang belum nempel ilmu yang didapat di pondok.
Meski demikian, proses pembelajaran sudah dikurangi banyak. Beberapa guru yang mengajar mapel tertentu, terutama yang tidak tinggal di pondok, sudah istirahat alias tidak mengajar demi kemaslahatan para guru dan keluarganya serta santri. Meminimalisir lalu-lintas keluar-masuk pondok. Harapannya bisa membantu meredakan penyebaran Coronavirus. Intinya, kami melakukan lockdown mandiri. Perizinan santri juga diperketat. Santri tidak boleh keluar pondok jika tak penting sama sekali. Jika ada keperluan belanja kebutuhan pribadi santri, kami yang membantu membelikan. Santri menitipkan daftar belanjaan dan tentu uangnya. Jadi, kami yang belanja.
Jika pun harus keluar karena keperluan mendesak seperti ke ATM, kami hanya izinkan maksimal 30 menit dan harus menggunakan masker. Ketika hendak shalat Jumat ke masjid kampung, tak jauh dari pondok, juga harus bawa sajadah sendiri. Beberapa tempat di pondok disediakan sabun dan air untuk cuci tangan. Semua kegiatan dilakukan di dalam pondok. Alhamdulillah, di pondok ada mushola sendiri yang tentunya digunakan lebih banyak oleh santri dan guru yang mukim di pondok untuk shalat berjamaah dan tilawah al-Quran serta dzikir pagi dan petang.
Kegiatan pengganti dari beberapa mapel yang gurunya tidak datang karena alasan yang sudah disebutkan tadi, maka kami ganti dengan memperbanyak kegiatan tilawah al-Quran dan pemberian materi akidah dan nafsiyah, juga Tahfidz al-Quran tetap berjalan. Dzikir pagi dan petang juga rutin dilaksanakan demi memohon pertolongan Allah Ta’ala. Alhamdulillah santri sudah terbiasa, bahkan sebelum ada wabah.
Dalam Kitab Riyadhus Shalihin karya Imam Nawawi, mengutip hadits berikut:
عَنْهُ أَنَّ أَبَا بَكْرٍ الصِّدِّيقَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مُرْنِي بِكَلمَاتٍ أَقُولُهُنَّ إِذَا أَصْبَحْتُ وإِذَا أَمْسَيتُ، قَالَ: قُلْ: “اللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَواتِ وَالأَرْضِ عَالِمَ الغَيْبِ وَالشَّهَادةِ، رَبَّ كُلِّ شَيءٍ وَمَلِيكَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِي وَشَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكهِ” قَالَ: “قُلْهَا إِذَا أَصْبحْتَ، وَإِذا أَمْسَيْتَ، وَإِذَا أَخَذْتَ مَضْجَعَكَ “رَوَاهُ أَبُوْ دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ وَقاَلَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhuberkata, “Wahai Rasulullah ajarkanlah kepadaku beberapa kalimat yang aku nantinya mengucapkannya ketika pagi dan petang. Beliau pun bersabda, ‘Ucapkanlah:
ALLOHUMMA FAATHIROS SAMAAWAATI WAL ARDH ‘AALIMAL GHOYBI WASY SYAHAADAH, ROBBA KULLI SYAI-IN WA MALIIKAH, ASYHADU ALLA ILAHA ILLA ANTA. A’UDZU BIKA MIN SYARRI NAFSII WA SYARRISY SYAYTHOONI WA SYIRKIHI.
“Ya Allah, wahai Rabb Pencipta langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, setan, dan balatentaranya (godaan untuk berbuat syirik kepada Allah).”
Ucapkanlah seperti itu ketika pagi dan petang, juga ketika akan beranjak tidur. (HR Abu Daud dan Tirmidzi)
Dari ‘Utsman bin ‘Affan radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ عَبْدٍ يَقُولُ فِي صَبَاحِ كُلِّ يَوْمٍ وَمَسَاءِ كُلِّ لَيْلَةٍ : بِسْمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ ، ثَلاثَ مَرَّاتٍ ، إِلاَّ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ
“Tidaklah seorang hamba mengucapkan setiap pagi dari setiap harinya dan setiap petang dari setiap malamnya kalimat: BISMILLAHILLADZI LAA YADHURRU MA’ASMIHI SYAI-UN FIL ARDHI WA LAA FIS SAMAA’ WA HUWAS SAMII’UL ‘ALIIM (dengan nama Allah Yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatu pun yang membahayakan di bumi dan tidak juga di langit, dan Dialah Yang Maha Mendegar lagi Maha Mengetahui) sebanyak tiga kali, maka tidak aka nada apa pun yang membahayakannya.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)
Kondisi seperti ini, apalagi di tengah wabah ini masih berserakan kabar hoax, maka tak mudah untuk bersikap. Namun, bagi seorang muslim, kami juga mengajarkan ini kepada para santri, untuk tetap bersabar. Tabah di tengah wabah. Tabah, atau kuat hati dalam menghadapi kondisi ini memang sangat diperlukan agar imun bertambah seiring dengan bertambahnya iman. Insya Allah.
Allah Ta’ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ , الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُواْ إِنَّا لِلّهِ وَإِنَّـا إِلَيْهِ رَاجِعونَ . أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (segala sesuatu milik Allah dan kembali kepada Allah). Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS al-Baqarah [2]: 155-157)
Semoga kita semua tetap bersabar dan tabah di tengah wabah ini. Perbanyak istighfar. Semoga Allah Ta’ala mengampuni dosa-dosa kita dan memudahkan segala urusan kita. Insya Allah.
Salam,
O. Solihin
Mudir Pesantren Media