Loading



16

Keberkahan Bulan Ramadhan

Aku sangat menikmati bulan puasa yang berkah ini. Entah mengapa rasanya tenang. Dan berita baiknya, aku berhasil mewujudkan rencana: menahan kenakalan selama ramadhan. Ya, ini tentunya dibantu oleh faktor dan kenyataan bahwa aku tak ada kawan yang hendak diajak berbuat ulah. Nah, ini yang ingin aku sampaikan atas maksudku barusan, bahwa bulan puasa adalah berkah. Walau kenyataan pahit melanda: aku tak lagi ada kawan, tapi tak apa. Obat itu memanglah pahit, namun manis pada akhirnya. Ya, beginilah aku, ditakdirkan oleh-Nya, ditinggal oleh Fatin dan Haikal di saat yang amatlah tepat. Sehingga aku bisa sempurna menjalankan misiku untuk menjadi anak yang baik.

Walau amat disayangkan, aku di sini sama sekali tak mampu merasakan shalat tarawih, sebagaimana yang biasa aku lakukan dulu di Kampung Indonesia, tatkala ramadhan tiba. Walau biasanya aku hanya ikut rakaat awalnya saja, lantas berlari keluar bermain-main lagi. Itu aku yang dulu. Kini, perasaanku penuh dengan ingin merasakan shalat tarawih. Sungguh kusesalkan menyia-nyiakannya tatkala ada kesempatan waktu itu. Sudahlah, penyesalan yang berlarut-larut tak akan menguntungkan apa-apa.

Keberkahan bulan ramadhan yang kedua, setelah rencanaku berhasil untuk menjadi anak baik adalah, akhirnya Mak e mendapatkan pekerjaan yang tak jauh dari Kampung Kasawari. Sungguh segala puji bagi-Nya, Tuhan semesta alam yang memberikan kabar baik yang tak terduga ini. Sekian lama bersabar, akhirnya kesabaran itu menampakkan dampak positifnya. Memang benar apa yang dikatakan oleh salah satu orang besar—Mario Teguh—bahwasannya, “Kesabaran adalah kekuatan untuk berlaku tenang dalam penantian. Dan orang yang menanti sesuatu yang bernilai, memiliki hak yang lebih baik dalam kesabaran.”

Berkah bulan ramadhan yang ketiga—walau aku tak terlalu bahagia dengan yang satu ini—Cak Har dan Kak Ayuk akan segera angkat kaki dari Kampung Kasawari. Sedikit curahan dari hatiku, Kawan. Terkadang, apa yang nampaknya menyedihkan bagi kita, itulah yang sesumgguhnya terbaik. Dan sesungguhnya Allah memberikan pilihan seperti itu bukan untuk membuat kita bersedih, melainkan bersyukur. Kenapa kusimpulkan demikian?

Mari merenung!

Sebenarnya, kalau kita telaah dengan menggunakan akal sehat kita dengan sungguh-sungguh, yang membuat kita bersedih sebenarnya adalah diri kita sendiri, bukan? Ya, padahal Allah telah  memutuskan sesuatu yang membuat kita bersedih padahal sebenarnya adalah yang bisa membuat kita merasa bahagia.

Memang rasa seperti itu normal, karena Allah tak akan memberitahukannya di awal, tetapi nanti, ada waktunya. Dan Allah, Maha Tahu bila waktu terbaiknya. Dan sungguh, ketika Allah memberitahu waktunya, tampaklah hikmah di balik pilihan yang menyedihkan itu. Dan sekali lagi, sungguh, hikmah itu akan membuat kita merasakan kebahagiaan. Namun kuingatkan—maafkan aku yang masih kecil namun sok tahu ini—kebahagiaan yang rahasia itu bisa kita rasakan asalkan kita menjalani pilihan yang menyedihkan tadi dengan rasa syukur dan keyakinan tanpa cacat bahwa Allah akan menyegerakan kebahagiaan itu.

Santai saja. Menunggu kebahagiaan itu tak akan terasa lama kalau kita memahami waktu hidup kita di dunia yang sementara ini, Kawan. Ah, sepertinya aku mengoceh terlalu banyak. Namun aku tegaskan itu benar adanya. Jangan tanyakan dari mana aku belajar ilmu kehidupan macam ini, kecuali akan kujawab bahwa itu semua dari Mak e. Mak e dari mana? Dari kehidupan yang diberikan oleh Allah padanya.

Baiklah, aku terlalu tidak mungkin mengatakan hal semacam ini ketika aku masih berumur lima tahun. Namun harus kau ketahui, aku beri bocoran, bahwa kini aku menulisnya di umur enam belas tahun. Kau adalah kawanku, jadi kau sudah seharusnya tahu akan keadaanku.

Jangan ada rahasia di antara kita.

Keberkahan ramadhan yang keempat adalah: Kak Ayuk memberiku hadiah berharga sekaligus kenangan berharga. Sesuatu yang sangat aku inginkan semenjak melihat Fatin pertama kali di teras rumahnya bermain mainan berwarna merah jambu yang menyegarkan: Mainan aksesoris dapur, dengan kata lain, permainan masak-masakan lengkap dengan boneka barbie sebagai kokinya yang memakai pakaian koki yang amat sangat pantasnya.

Sudah kubilang semenjak awal, dia memang menakutkan, tapi baik hati.

Keberkahan ramadhan yang kelima adalah: aku sedang menantikannya.



One thought on “KASAWARI : PART 16”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *