Loading

Pada beberapa kesempatan, saya sering mengingatkan para santri, bahwa meskipun kita berhasil bersembunyi atau menyembunyikan diri dari pandangan manusia, tetapi tak akan pernah bisa sembunyi atau menyembunyikan diri dari pandangan Allah Ta’ala. Mustahil bisa kita lakukan.

Saya mencontohkan dengan fakta yang dekat dengan kehidupan para santri Pesantren Media. Ya, tentang pemanfaatan teknologi, khususnya terkait internet. Lebih spesifik lagi, media sosial. Kebetulan saya pernah menulis dua buku yang membahas tema ini. Judul pertama, “Gaul Tekno Tanpa Error”, diterbitkan tahun 2007. Kemudian buku yang kedua, “Sosmed Addict”, diterbitkan pada 2015. Ditujukan untuk pasar remaja. Dikemas dengan gaya bahasa remaja. Mengungkap fakta dan menilainya dari sudut pandangan Islam. Harapannya, mereka tahu, sadar, lalu berpikir. Semoga saja demikian.

Ya, di media sosial, kita bisa menjadi siapa saja, dengan nama apa saja yang kita inginkan. Maka, banyak remaja yang menyembunyikan jati dirinya di balik topeng nama samaran di akun Facebook, Twitter, dan terutama Instagram. Mengapa harus bersembunyi? Ada alasannya memang. Ada yang niatnya baik, ada juga yang niatnya buruk. Mereka yang niatnya baik, ingin menghindari riya’ (beramal karena ingin dipuji manusia). Isi postingannya baik dan bagus. Mengajak orang untuk melakukan kebaikan. Biasanya yang bersangkutan menggunakan akun dengan nama umum dan identik dengan dakwah atau sesuatu yang menginspirasi. Alhamdulillah jika demikian.

Namun bagaimana dengan yang niatnya buruk? Tentu saja patut kita sayangkan. Mereka bersembunyi di balik akun media sosial dengan nama samaran agar setiap postingannya yang isinya sekadar main-main, hiburan belaka tak ada manfaatnya, juga curhat seputar lawan jenis, dan sejenisnya itu tak diketahui temannya atau gurunya, atau orang tuanya. Mereka menyangka dan mungkin merass bisa bersembunyi dari mereka semua dan tidak diketahui. Namun, mereka lupa bahwa ada yang Maha Tahu. Ya, Allah Ta’ala Maha Melihat. Meski bersembunyi dari pandangan manusia dan ‘mengakali’ banyak manusia, tetapi tak akan bisa lepas dari pengawasan Allah Ta’ala.

Jelas, ini ada yang salah dengan akidahnya. Itu sebabnya, saya mengajak para santri agar memperbaiki akidahnya. Membaguskan akhlaknya. Jika akidah dan akhlaknya sudah kuat dan bagus, tak mungkin melakukan perbuatan yang demikian. Sia-sia. Allah Ta’ala tak bisa ditipu. Allah Maha Tahu apa yang tersembunyi di alam semesta ini.

Lalu, saya menekankan kepada para santri, bahwa jangan juga menjadi orang yang bermuka dua. Misalnya, dengan membuat dua akun Instagram. Akun pertama, dibuat untuk yang memposisikan diri berpenampilan baik, mengikuti dan diikuti akun teman, guru, orang tua. Isi postingannya baik-baik.

Akun kedua menggunakan nama samaran, adakalnya digembok alias tak semua orang bisa lihat dan jika akan follow harus meminta persetujuan. Akun yang dibuat ini hanya mengikuti dan diikuti oleh beberapa temannya saja, bisa jadi hanya teman satu gang yang tahu. Lalu, bebas posting apa saja sesuai kesenangan hawa nafsunya. Merasa aman bersembunyi karena tak diketahui teman yang aktivis rohis yang menurutnya reseh gara-gara sering ngingetin kepada kebaikan. Merasa nyantai saja karena tak diikuti akun guru dan akun orang tua. Wah, ini bahaya!

Ya, kita bisa saja bersembunyi atau menyembunyikan diri dari pandangan manusia. Namun sekali lagi, ingat, Allah Ta’ala Maha Melihat dan Maha Mengetahui apa yang kita perbuat.

Allah Ta’ala berfirman:

يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا

Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS an-Nisaa’ [4]: 108)

Sungguh amat mengherankan jika kita sangat mengenal Allah, tetapi kemudian bermaksiat kepada-Nya. Kita mengetahui kemurkaan Allah Ta’ala, tetapi kita menjatuhkan diri kepada kondisi dimana Allah amat murka kepada kita. Aneh bin ajaib.

Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, mengutip perkataan Qatadah, “Wahai anak Adam, demi Allah, ada saksi-saksi yang tidak diragukan di tubuhmu, maka waspadailah mereka. Takutlah kepada Allah dalam keadaan tersembunyi maupun nampak, karena sesungguhnya tidak ada yang tersembunyi dari-Nya. Bagi-Nya, kegelapan adalah cahaya, dan yang tersembunyi sama saja dengan yang nampak. Sehingga, barang siapa yang bisa meninggal dalam keadaan husnuzhan (berbaik sangka) kepada Allah, hendaklah ia melakukannya, dan tidak ada kekuatan kecuali dengan izin Allah”.

Pada suatu pertemuan di kelas, salah seorang santri saya minta membacakan surah Fushshilat ayat 20 berserta terjemahannya.

حَتَّىٰٓ إِذَا مَا جَآءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَٰرُهُمْ وَجُلُودُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan.”

Kemudian saya menambahkan pada tulisan ini, surah 22-23 dari surah Fushshilat tersebut:

مَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَٰكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ﴿٢٢﴾وَذَٰلِكُمْ ظَنُّكُمُ الَّذِي ظَنَنْتُمْ بِرَبِّكُمْ أَرْدَاكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Kalian sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulit kalian terhadap kalian, tetapi kalian mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kalian kerjakan. Dan yang demikian itu adalah prasangka kalian yang telah kalian sangka terhadap Rabb kalian, prasangka itu telah membinasakan kalian, maka jadilah kalian termasuk orang-orang yang merugi.”

Jadi intinya, bisa saja keburukan yang kita kerjakan tak terlihat oleh teman, guru, dan orang tua. Namun yakinlah bahwa Allah Ta’ala Maha Melihat apa yang kita kerjakan. Percuma saja, kan? Bersembunyi dari pandangan manusia, tetapi tidak sadar bahwa apa yang kita perbuat amat sangat diketahui oleh Allah Ta’ala. Waspadalah!

Salam,

O. Solihin

Mudir Pesantren Media

By osolihin

O. Solihin adalah Guru Mapel Menulis Dasar, Pengenalan Blog dan Website, Penulisan Skenario, serta Problem Anak Muda di Pesantren Media | Menulis beberapa buku remaja | Narasumber Program Voice of Islam | Blog pribadi: www.osolihin.net | Twitter: @osolihin | Instagram: @osolihin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *