Loading

Santri Pesantren Media sudah terbiasa dengan tugas dan harus diupayakan dengan sungguh-sungguh untuk menyelesaikannya. Mungkin ada yang awalnya merasa berat melaksanakan tugas-tugas yang ‘melimpah’ tersebut. Namun, karena dipaksa akhirnya terbiasa. Tugasnya memang banyak, selain tugas dari setiap guru yang mengajar mapel tertentu, juga ada tugas khusus dari pondok. Setiap pekan secara rutin. Minimal tiga tugas. Santri sudah bersiap menerimanya saat agenda briefing mingguan. Tugasnya wajib untuk seluruh santri.

Meski Pesantren Media itu khusus untuk jenjang SMA, tetapi santri jenjang SMP mendapat jatah tugas yang sama sesuai kemampuan mereka, sekadar untuk merasakan suasana tekanan tugas dan berlatih jika suatu saat nanti mengerjakan tugas yang sama di sekolah lain atau melanjutkan ke jenjang SMA di Pesantren Media. Ya, karena santri jenjang SMP belum belajar teknik media di awal tahun belajar. Santri SMP baru belajar teknik media tertentu di kelas 8 dan 9, yakni: menulis, desain grafis, dan fotografi. Semuanya hanya pengenalan alias dasar. Berbeda dengan jenjang SMA, yang di tahun pertama pun sudah dijejali dengan beragam materi teknik media.

Kembali ke pembahasan tugas. Jadi, tugas yang diberikan pondok itu ada tiga jenis: tulisan, desain grafis, dan fotografi/videografi. Ini tugas rutin. Diselesaikan sesuai kemampuan mereka. Dikerjakan setiap pekan, di hari mereka menggunakan laptop: Rabu, Kamis, dan Jumat. Tugas harus selesai pada hari yang sudah ditentukan. Rabu untuk desain grafis, Kamis untuk tulisan, dan Jumat untuk fotografi/videografi. Jika ada yang terkendala sehingga tak selesai, maka tugas itu menjadi ‘utang’ yang harus dibayar segera di pekan berikutnya. Jika tidak diselesaikan juga, maka laptop akan ditahan sehingga tidak bisa digunakan di hari yang ditentukan untuk menggunakan laptop.

Tugas adalah bagian dari melatih untuk terus berkarya, sehingga harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Selain itu, berarti juga taat melaksanakan perintah dari guru. Perintah guru adalah bagian dari pelaksaanaan ketaatan, selama apa yang diperintahkan guru tidak menyelisihi perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya. Bahkan sebenarnya tugas-tugas rutin dari pondok itu dalam rangka syiar Islam. Menyampaikan dakwah, atau minimal menyampaikan hal umum namun bermanfaat bagi kemaslahatan umat.

Maka, para santri dimotivasi agar bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas, bukan saja semata melaksanakan perintah guru, tetapi juga sekaligus melatih kemampuan dalam berkarya. Meski mungkin tidak bagus karya yang dihasilkannya, tapi setidaknya dia sudah menyelesaikan tugas yang diamanahkan kepadanya sesuai kemampuannya.

Ada kaidah fiqhiyah terkait hal ini, yang mungkin agak mirip dengan kasus pemberian tugas di pondok:

مَنِ اجْتَهَدَ وَبَذَلَ مَا فِي وُسْعِهِ فَلاَ ضَمَانَ عَلَيْهِ وَكُتِبَ لَهُ تَمَامَ سَعْيِهِ   

Barangsiapa bersungguh-sungguh mengerahkan kemampuannya, maka tidak wajib mengganti dan dianggap mengerjakan amalan secara sempurna

Di antara dalil yang menjelaskannya ialah firman Allâh Subhanahu wa Ta’ala:

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allâh tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (QS al-Baqarah [2]: 286)

Penerapan kaidah ini misalnya dalam shalat. Seseorang yang tidak mampu ruku’ dan sujud secara sempurna ketika shalat, maka yang wajib baginya ialah mengerjakan ruku’ dan sujud sesuai kemampuannya. Sehingga ketika ruku’ hendaklah ia menundukkan punggungnya dalam keadaan berdiri sekedar kemampuannya. Demikian pula ketika sujud ia pun menundukkan punggungnya sesuai kemampuannya dalam keadaan duduk. Ia tidak dibebani melebihi kemampuannya, tidak pula ada kewajiban mengganti amalan tersebut, dan amalannya tersebut tidak berkurang nilainya.

Ada santri saat mengerjakan tugas tidak sempurna. Masih ada bagian yang kurang bagus dalam desain, atau kadang salah memotret, atau ketika menulis masih terkesan ngalor-ngidul karena kebingungan dengan pilihan kata. Tidak mengapa, selama itu berhasil diselesaikannya. Ketimbang ada yang sudah bagus hasilnya pada satu tugas, namun jarang menyelesaikan pada tugas-tugas berikutnya. Berati tidak sungguh-sungguh.

Mengerjakan tugas adalah bagian dari proses belajar untuk mendapatkan ilmu. Maka bersungguh-sungguhlah dalam mengerjakannya. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ

Semangatlah dalam hal yang bermanfaat untukmu, minta tolonglah pada Allah, dan jangan malas (patah semangat).” (HR Muslim no. 2664)

Imam Nawawi mengatakan tentang hadits di atas, “Bersemangatlah dalam melakukan ketaatan pada Allah, selalu berharaplah pada Allah dan carilah dengan meminta tolong pada-Nya. Jangan patah semangat, yaitu jangan malas dalam melakukan ketaatan dan jangan lemah dari mencari pertolongan.” (Syarh Shahih Muslim, 16: 194)

Seorang ulama salaf, al-Junaid rahimahullah mengatakan,

ما طلب أحد شيئا بجد وصدق إلا ناله فإن لم ينله كله ناله بعضه

“Tidaklah seseorang mencari sesuatu dengan sungguh-sungguh dan penuh kejujuran, melainkan ia akan meraihnya. Jika ia tidak seluruhnya, ia pasti meraih sebagiannya.”

Ayo, para santri, tetap semangat belajar sebagaimana sudah berikrar sebagai santri Pesantren Media, khususnya poin 8 dan 9: Mencintai ilmu dan semangat belajar; Berkarya untuk kemaslahatan umat.

Salam,

O. Solihin

Mudir Pesantren Media

By osolihin

O. Solihin adalah Guru Mapel Menulis Dasar, Pengenalan Blog dan Website, Penulisan Skenario, serta Problem Anak Muda di Pesantren Media | Menulis beberapa buku remaja | Narasumber Program Voice of Islam | Blog pribadi: www.osolihin.net | Twitter: @osolihin | Instagram: @osolihin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *