Hari Selasa (3/7/2018) di timeline media sosial (termasuk di grup WhatsaApp keluarga) dipenuhi status kebahagiaan dari para orangtua, guru, kerabat, dan tentu saja siswa yang lulus SBMPTN. Bersyukur karena mendapatkan apa yang diinginkan. Saya mengucapkan, selamat bagi yang lulus dan nantinya bisa belajar di PTN idaman dan insya Allah itu yang terbaik dari Allah Ta’ala bagi kalian. Nah, bagi yang gagal alias tidak berhasil, jangan bersedih hati dan jangan berputus asa. Insya Allah itu juga yang terbaik dari Allah. Semua kehendak Allah Ta’ala.
Manusia hanya bisa merencanakan dan melakukan ikhtiar. Perkara hasil, serahkan kepada Allah Ta’ala. Capaian hasil itu indikatornya kuantitas. Dinilai dengan angka atau sesuatu yang kita bisa lihat dan dapatkan. Dalam kasus ini, berarti bagi yang lulus SBMPTN, karena memang nilainya sesuai dengan standar yang ditentukan. Sementara untuk proses, indikatornya adalah kualitas. Seberapa besar usaha yang sudah kita upayakan, seberapa kuat semangat dalam menjalani proses tersebut yang bisa kita kobarkan. Jika sudah sangat maksimal dan optimal usaha yang kita lakukan namun hasilnya belum memuaskan, berarti jalan terbaik kita memang bukan seperti yang kita inginkan. Allah Ta’ala menginginkan kebaikan yang lain bagi kita. Insya Allah.
Itu sebabnya, bagi para santri dan pelajar lainnya yang belum berhasil di SBMPTN, jangan bersedih hati. Berpikirlah dengan spektrum yang lebih luas. Jangan berpikir sempit. Seolah ketika gagal, kehidupan akan berhenti. Ketika tidak mendapatkan PTN idaman, langsung yang ada di pikirkan adalah rasa malu, kecewa, merasa diri tak berarti. Jangan. Kita tidak tahu kan, apa yang akan terjadi setelahnya? Berbaik sangkalah kepada Allah. Bisa jadi, seandainya lulus SBMPTN, jalan yang akan kamu tempuh itu terjal dan sulit. Maka, gagalnya kamu, karena Allah Ta’ala memberikan kebaikan buat kamu di tempat lain. Bukan di situ jalannya. Yakin deh. Terbaik menurut kita belum tentu terbaik menurut Allah Ta’ala. Tetapi yang Allah tetapkan untuk kita, pasti yang terbaik menurut Allah dan akan berdampak kebaikan tersebut bagi kita. Maka, tetaplah bersyukur.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS al-Baqarah [2]: 216)
Tetap semangat, tetap berharap kebaikan kepada Allah Ta’ala. Oya, yang terpenting, jangan putus asa.
Salam,
@osolihin
Mudir Pesantren Media