Sebenarnya ini sudah ada penjelasannya pada menu FAQ di website Pesantren Media. Silakan bisa dicek. Hanya saja, banyak dari para orangtua calon santri yang tanya-tanya seputar Pesantren Media, khususnya ijazah saat kelulusan. Di awal sangat tertarik dengan alasan program unggulan kami, yakni Tahfidz al-Quran dan Keterampilan Bidang Media. Namun, ketika mengetahui bahwa di Pesantren Media menerapkan sistem Paket (B untuk SMP dan C untuk SMA) dalam kelulusannya kelak (ijazah), banyak orangtua calon santri langsung lemes. Melempem. Ada juga yang kurang percaya diri.
Alasannya hampir sama: khawatir dengan pendidikan lanjutan bagi anaknya. Terbukti banyak yang tak bertanya-tanya lagi. Sebagian ada yang jujur mengatakan bahwa mereka belum bisa menerima kenyataan jika nanti ijazah anaknya yang sekadar keseteraan. Maka, pernah dalam beberapa kali pendaftaran yang konsultasi bisa mencapai lebih dari dua puluh orangtua calon santri, namun yang mendaftarkan anaknya tak sampai 10 persen. Tapi, kami tetap fokus pada target visi dan misi dan senantiasa mengevaluasi untuk pencapaian jumlah santri yang sesuai kuota saat ini, maksimal 20 santri setiap tahun ajaran baru, misalnya dengan tetap menjaga kualitas pembelajaran dan fasilitas tempat.
Ya, di Pesantren Media memang menggunakan metode homeschooling. Punya kurikulum sendiri. Metode pembelajaran yang bisa saja tidak didapatkan di pesantren atau sekolah lain. Artinya, kami memang fokus pada visi dan misi yang sudah ditetapkan. Visi Pesantren Media adalah menyongsong masa depan peradaban Islam terdepan melalui media. Misi mencetak dai bidang media dan tenaga kreatif yang handal untuk mendukung dakwah melalui media. Maka, agar santri fokus sesuai target pada visi dan misi, kami memilih opsi memanfaatkan ujian keseteraan (Paket B dan Paket C) melalui kerjasama dengan penyelenggara PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).
Kami memang hanya menerima santri yang fokus mau belajar di Pesantren Media, khususnya belajar Tahfiz al-Quran dan keterampilan di bidang media. Santri yang saat ini sudah dan sedang belajar di pondok adalah mereka yang orangtuanya tak mempermasalahkan ijazah saat kelulusan. Sebab, masih bisa dipakai juga untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Memang ijazah diperlukan, tetapi pengetahuan (teori) dan keterampilan (praktek) yang diaplikasikan dalam kehidupan jauh lebih diperlukan. Maka, ijazah kesetaraan pun sebenarnya tak jadi soal, asal santri bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari dengan karya yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat. Jadi, tetap semangat, ya!
Salam,
@osolihin
Mudir Pesantren Media