Hari Raya Idul Fitri tahun ini jatuh pada hari Rabu, 8 Agustus 2013. Walaupun sudah enam hari yang lalu, suasana Lebaran masih terasa. Berkumpul bersama keluarga dengan menyantap menu khas Lebaran seperti ketupat, opor ayam dan rendang masih berlangsung di kediaman penulis. Juga berbagai jenis kue basah dan kering ikut melengkapi. Sama dengan Lebaran sebelumnya. Kue ketapang, nastar, kacang goreng, pangsit, wajit dan keripik sudah tidak asing lagi di keluarga penulis. Bahkan spesial untuk tahun ini keluarga penulis sengaja membuat manisan buah pala yang rasanya manis asam-asam gimana gitu. Hehe. Ya, walaupun sudah tidak asing lagi, namun semua jenis makanan dan kue tadi selalu dinanti dan dirindukan loh. Terutama bagi penulis sendiri. Hehe.
Diajak silahturahmi ke rumah Ustadz Abdurrahman
Pergi silahturahmi mengunjungi keluarga dan teman tak pernah dilupakan penulis. Hari pertama Lebaran setelah sholat Id, penulis terbiasa keliling dan bersalaman dengan tetangga. Rasa syukur dan haru penulis rasakan. Rasa senang bertambah setelah Senin, 12 Agustus 2013 kemarin, Teh Yuni alias guru Halaqoh penulis, mengajak untuk silahturahmi ke rumah Ustadz Abdurrahman Al Baghdadi. Wah, baru mendengar ajakannya saja penulis sudah senang luar biasa. Hehe.
Soalnya beliau bukan orang sembarangan loh. Guru Besar dan Ahli Tafsir Al-Qur’an dan Hadist dari Yordania. Penulis bersama santri Pesantren Media rutin mendatangi pengajian yang beliau isi setiap hari Sabtu di Masjid Nurul ‘Ilmi.
Selain penulis, santri Pesantren Media yang tidak mudik juga diajak. Ada Holifah, Fathimah, Kak Farid dan Abdullah Musa Leboe si santri kalong. Ohya, tak ketinggalan Om Dedy, guru vocal dan musik di Pesantren juga ikut.
Perjalanan pun dimulai
Hari Rabu, 14 Agustus 2013 adalah hari yang dijanjikan Teh Yuni. Dari rumah, penulis berangkat jam 07.30 WIB. Penulis sengaja berangkat jam segitu dikarenakan Bogor lagi macet. Sebenarnya tidak semua daerah di Bogor macet. Tepatnya sih jalan yang biasa penulis lalui. Hehe. Ohya, sebelumnya kami janjian di Pesantren sekaligus silahturahmi dengan keluarga Ummi Lathifah. Rencananya kami berangkat ke rumah Ustadz Abdurrahman jam 09.00 WIB dengan naik mobil Proton milik keluarga Ummi.
Di perjalanan, penulis hampir satu jam. Lama juga, ya? Biasanya dengan naik motor hanya butuh setengah jam saja. Tapi karena naik angkutan umum, penulis harus sabar menunggu sambil menikmati keadaan Pasar Bogor yang ramai.
Mampir ke Pesantren Media
Alhamdulillah, jam 08.50 WIB penulis sampai di Pesantren. Yeah! Silahturahmi dengan keluarga Ummi Lathifah. Ada Ummi, Fathimah, Abdullah, Taqi, Muhammad dan si imut Maryam. Juga tak ketinggalan Teh Qoyah. Ternyata Teh Yuni dan Holifah belum datang, euy!
Senang rasanya bisa bertemu dengan keluarga Ummi Lathifah. Terutama si kecil Maryam yang bertambah berat, lucu, dan gemuk. Rasanya pengen nyubit pipinya tapi nanti nangis. Tidak jadi deh. Hehe.
Beberapa menit kemudian, Holifah datang dan disusul oleh Teh Yuni. Penulis sempat kaget saat Holifah bilang berangkatnya tidak jadi naik mobil. Alternatifnya, Holifah membawa sepeda motor. Tapi setelah dikonfirmasi ke Teh Yuni, katanya naik mobil. Masalahnya Om Dedy yang jadi supirnya belum datang. Di sisi lain, Ustadz Abdurrahman memberikan waktu satu jam untuk silahturahmi. Dari jam 10.00 WIB-11.00 WIB.
Tancap gas ke tempat tujuan
Namun, akhirnya Om Dedy dan Kak Farid segera datang. Alhamdulillah, kami jadi naik mobil. Sekitar jam 09.15 WIB kami berangkat. Fathimah dan Abdullah mewakili Ummi Lathifah. Ohya, di perjalanan kami menjemput Teh Fitri. Sama seperti kami, Teh Fitri adalah murid Ustadz Abdurrahman sekaligus teman Teh Yuni. So, di dalam mobil ada Om Dedy, Kak Farid, Teh Yuni, Teh Fitri, Holifah, Fathimah, Abdullah dan pastinya penulis. Hehe.
Selama di perjalanan, canda dan tawa dari Abdullah membuat suasana di dalam mobil ramai. Kalau kata penulis mah, nggak garing. Hehe. Ditambah dengan nonton film kartun sambil mencicipi pizza mini dari Teh Yuni yang rasanya pedas asin. Ohya, penulis sempat heran plus senyum-senyum sendiri melihat Teh Yuni yang tidak bisa lama-lama memegang Hp saat di perjalanan. Katanya, bisa mual.
Suasana sempat sunyi karena Abdullah yang duduk di kursi belakang mobil pasrah terbaring. Dia merasa mual. Biasa, marat alias mabuk darat. Hehe. Tak disangka, Fathimah juga ikut merasa mual.
Suka duka saat mencari alamat rumah Ustadz Abdurrahman
Kami juga sempat bingung loh saat mencari alamat rumah Ustadz Abdurrahman. Beliau hanya mengabarkan lewat SMS. Suasana makin tak karuan saat Teh Yuni menerima SMS dan telepon dari Ustadz Abdurrahman yang memberitahu jalan mana yang harus kami lalui. Karena takut mual, Teh Yuni memberikan Hpnya dan meminta Kak Farid untuk mengangkat teleponnya. Gelak tawa pun melengkapi.
Karena tidak disurvei sebelumnya, jadinya kami bingung tujuh keliling. Hehe. Di Jl. Pemda sebelum perempatan kami harus menemukan Komplek Surya Peraja Permai di sebelah kiri. Ohya, ada Teh Wuri dan Teh Fauziah juga loh. Mereka naik sepeda motor. Kecuali Om Dedy, penulis dan yang lain memfokuskan melihat ke arah kiri jalan. Namun, kami kaget saat Teh Yuni bilang bahwa ia melihat tulisan Surya Peraja ada di sebelah kanan jalan. Tanpa pikir-pikir lagi, kami memutuskan untuk pergi ke sana.
Baru masuk ke Komplek itu saja, kami sudah dibingungkan dengan rumah dan belokan yang harus kami lewati. Kami menyusuri belokan demi belokan. Betapa terkejutnya saat mengetahui bahwa kami berada di Blok F. Sedangkan rumah Ustadz Abdurrahman ada di Blok Alll. Waduuh, berarti masih jauh lagi. Jalan demi jalan kami lewati. Namun, Blok A tak kunjung kami temukan. Sementara jam sudah menunjuk ke angka 10.15 WIB. Semakin jauh kami masuk ke dalam Komplek. Kami sempat merasa aneh saat melewati kebun, pohon bambu dan rumah-rumah seperti yang ada di kampung. Kemudian kami putuskan untuk bertanya kepada orang sekitar. Ternyata kami memang berada di kampung dan sudah keluar dari Komplek. Terpaksa kami harus putar balik.
Rasa bingung semakin menjadi-jadi. Setelah menghubungi Ustadz Abdurrahman, ternyata kami salah masuk Komplek. Harusnya sama dengan rencana awal. Masuk ke Komplek Surya Peraja Permai sebelah kiri bukan kanan. Wah, kami telah terkecoh.
Namun, akhirnya kami bisa menemukan Komplek Surya Peraja Permai. Alhamdulillah. Ustadz Oleh beserta istri dan anak-anak menyusul kami di belakang. Mereka naik sepeda motor. Ternyata Komplek yang kami cari memang di sebelah kiri. Surya Peraja ternyata ada dua. Hehe. Eits.. belum selesai. Kami masih harus mencari Blok A dan melewati belokan. Tapi belokan yang mana, ya? Penulis dan yang lain bingung lagi nih. Tapi tenang, pos satpam ada di sebelah mobil kami. Tanya situ aja deh!
Kejutan saat di perjalanan
Lagi-lagi kami kaget. Tahu kenapa? Ternyata pos satpamnya kosong alias Pak Satpamnya tidak ada. Waduh. Penulis jadi ingat lagunya Ayu Ting-Ting nih. Di mana, di mana, di mana? Hehe. Setelah dicari-cari ternyata Pak Satpamnya sedang membeli bakso. Gubraaakk!!
Setelah mendapatkan info dari Pak Satpam kami tancap gas lagi. Melewati turunan dan belokan. Tapi kok belum juga sampai, ya? Walaah.. ternyata salah lagi. Aduh Pak Satpam kok menyesatkan, ya? Kami salah jalan lagi nih. Akhirnya, Teh Yuni meminta Ustadz Oleh dan Teh Wuri saja yang mencari jalan. Abisnya kalau mobil kan susah dan sayang bahan bakarnya. Udah gitu ukurannya kan lebih gede dari sepeda motor. Dari tadi putar balik terus. Hehe. Wahh… Om Dedy juga tambah kesal nih. Sabar, ya, Om! Akhirnya rombongan di mobil memutuskan untuk menunggu sampai Ustadz Oleh dan Teh Wuri menemukan jalan yang tepat.
Duduk di dalam mobil sambil melihat Pak Satpam yang sedang makan bakso. Jadi laper. Abdullah sampai meminta kakaknya, Fathimah untuk mengeluarkan uang yang dititipkan kepadanya. Uangnya berjumlah RP. 2000. Katanya sih mau beli Mack D. Emang cukup, ya? Hehe.
Beberapa menit kemudian. Alhamdulillah, Ustadz Oleh dan Teh Wuri datang. Mudah-mudahan mereka sudah tahu jalannya. Rombongan kini siap melanjutkan perjalanan. Tapi rombongan di mobil sempat kebingungan lagi. Di perjalanan kami ketinggalan oleh Teh Wuri dan Ustadz Oleh. Kak Farid memutuskan bertanya kepada anak kecil yang kebetulan lewat untuk yang terakhir kalinya. Sayangnya, anak itu tidak tahu. Untungnya, Ustadz Oleh datang memandu kami.
Akhirnya, rumah Ustadz Abdurrahman ditemukan
Alhamdulillah. Lega. Akhirnya kami sampai di depan rumah Ustadz Abdurrahman. Penulis jadi ingat lagunya Dora the Explorer nih. Berhasil! Berhasil! Berhasil! Hore! Hehe.
Ustadz Abdurrahman berdiri menyambut kedatangan kami di teras luar rumahnya. Namun ada yang berbeda dengan penampilan beliau. Biasanya jika di pengajian beliau memakai gamis putih atau sarung. Tapi kali ini beliau memakai celana panjang. Penulis jadi pangling. Hehe. Setelah dipersilahkan, kami mengikuti beliau masuk ke dalam rumahnya.
Sama seperti ucapan beliau. Rumahnya memang tidak besar dan luas. Namun cukup untuk kami duduk lesehan. Ustadz Abdurrahman menjamu kami dengan kue yang telah tersedia di atas meja. Ada pangsit, kacang, coklat dan lain-lain. Yang membuat penulis kaget adalah saat beliau memberikan kami minum. Beliau memilih berjalan dan memberikan secara langsung one by one kepada kami tanpa diestafet. Kata beliau, cara itu lebih bagus.
Suasana di dalam rumah beliau
Beliau menemani kami dengan berbagi ilmu dan cerita. Canda dan tawa turut melengkapi. Terutama saat melihat tingkah Abdullah yang lucu. Beberapa kali ia mengambil kue. Ya, maklum dari tadi dia kelaparan dan tidak jadi membeli Mack D. Hehe. Penulis dan akhwat yang lain mencicipi kacang. Ternyata kacangnya enak, gurih dan tidak berminyak. Kata Teh Fauziah cara mengolahnya tidak digoreng tetapi dioven.
Di rumah Ustadz Abdurrahman banyak sekali buku. Buku-buku itu simpan di dalam lemari yang besar. Kurang lebih ada empat lemari yang penulis hitung. Kata beliau, di rumahnya memang banyak terdapat buku bahkan sampai ke dapur. Wiihh… penulis kagum. Penulis lihat, semua bukunya berbahasa Arab. Teh Yuni sempat mengambil satu buku dan melihat isinya. Wah… Arab gundul. Teh Fitri dan penulis senyum-senyum saat melihat Teh Yuni yang mencoba membaca buku itu. Hehe.
Suasana semakin nyaman dan akrab walaupun tanpa kehadiran istri Ustadz Abdurrahman. Beliau bercerita tentang jin yang dikutuk menjadi unta. Ciri-ciri unta yang berasal dari jin adalah matanya berwarna merah. Sama seperti jin. Tidak hanya itu, manusia juga ada yang dikutuk menjadi babi.
Lagi-lagi Abdullah bertingkah lucu
Penulis tidak sepenuhnya menyimak cerita dari Ustadz Abdurrahman. Hal ini dikarenakan tingkah lucu Abdullah yang terlihat sibuk dengan makanannya. Ditambah ekspresi datar Toriq, anaknya Ustadz Oleh yang memperhatikan Abdullah. Penulis dan akhwat yang lain tertawa melihatnya. Sementara Teh Yuni mencuri-curi kesempatan untuk memotret Ustadz Abdurrahman dan yang lain.
Pulang ke Pesantren
Siang itu terasa menyenangkan. Tak terasa hampir jam 11 siang. Sebenarnya kami masih betah tapi berhubung waktunya habis, jadi kami harus pulang. Beliau berdo’a semoga tahun depan bisa berkumpul lagi. Amiin.
Ucapan salam kami haturkan kepada beliau. Alhamdulillah. senang rasanya. Bagi penulis, bisa silahturahmi ke rumah Ustadz Abdurrahman bagaikan mimpi. Mimpi yang singkat. Bersilahturahmi selama satu jam baru pertama kali penulis alami. Wow… Ini akan menjadi pengalaman berharga. Sayangnya penulis tidak sempat untuk berfoto. Hehe. But, it’s not problem! [Siti Muhaira, santri angkatan ke-2, jenjang SMA, Pesantren Media]
Catatan: tulisan ini sebagai tugas menulis feature di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media
*gambar dari sini
KOMENTAR: Tulisan Siti Muhaira sudah mulai kaya dengan detil informasi dan menyampaikan dengan bahasa yang mudah, mengalir lancar. Namun ada beberapa salah ketik dan ejaan. Terus berlatih agar lebih bagus lagi.
O. Solihin
Instruktur Kelas Menulis Kreatif
By : Siti Muhaira