Loading

Santri Pesantren Media yang bertahan hingga sekarang, selain karena faktor niat yang kuat, juga jika diperhatikan adalah faktor “suka, paket banget”. Dalam hal apa? Menyukai belajar. Cinta ilmu. Jika tidak, rasanya memang agak sulit untuk bertahan. Di awal-awal bisa jadi sudah mental.

Itu sebabnya, ketika kemarin ada calon santri yang diantar ayahnya untuk melihat-lihat lokasi pondok, pertanyaan saya sederhana kepada calon santri tersebut: “Apakah menyukai bidang media: seperti menulis, fotografi, videografi dan sejenisnya?” Calon santri itu menjawab “iya” walau dengan nada yang belum meyakinkan. Maka, waktu itu saya tekankan bahwa niat yang kuat untuk belajar harus dibarengi dengan rasa suka terhadap bidang yang akan dipelajari. Harus mencintai ilmu. Jika tidak, saya khawatir akan sulit mengikuti di kemudian hari.

Setiap pesantren atau sekolah, mestinya memiliki visi dan misi yang bisa jadi berbeda satu sama lain. Itu sebabnya, mereka yang memilih belajar di pesantren atau sekolah tertentu seharusnya sudah punya alasan dan harapan. Jika sekadar ikut-ikutan, mungkin saja bisa tetap bertahan dengan pertimbangan tertentu tapi hatinya tidak di situ. Belajar seperlunya, mengerjakan tugas seadanya. Kurang maksimal. Tentu saja yang ideal itu adalah kita memiliki niat yang baik dan kuat serta menyukai bidang tersebut dengan gairah besar.

Santri Pesantren Media dimotivasi agar terus berkarya melalui bidang media yang disukai dan dikuasainya. Suatu saat nanti ketika lulus, jika pun mereka pada akhirnya bekerja dengan orang lain, tetap semangat berkarya harus menjadi prinsip. Intinya, bukan bekerja, tetapi berkarya. Ketika prinsip ini melekat dalam pikiran dan jiwa, maka di mana pun berada akan tetap berkarya. Berkarya untuk kemaslahatan umat. Jadi, niatkan untuk berkarya–dalam bahasa lain berdakwah–dengan bekal tsaqafah Islam yang sudah dipelajari dan teknik bidang media yang paling disukai dan dikuasai keterampilannya.

Perkara finansial? Jangan khawatir. Allah Ta’ala yang menjamin itu semua. Berkarya untuk akhirat, dunia akan mengikuti. Ketika seorang Muslim mengejar pahala demi kebahagiaan di akhirat, maka akan ditambah nikmat dunianya oleh Allah Ta’ala. Sebagaimana firman Allah Ta’ala berikut ini, “Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagia pun di akhirat.” (asy-Syura [42]: 20)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam pernah bersabda, “Barangsiapa yang kehidupan akhirat menjadi tujuan utamanya, niscaya Allah akan meletakkan rasa cukup di dalam hatinya dan menghimpun semua urusan untuknya serta datanglah dunia kepadanya dengan hina. Tapi barangsiapa yang kehidupan dunia menjadi tujuan utamanya, niscaya Allah meletakkan kefakiran di hadapan kedua matanya dan mencerai-beraikan urusannya dan dunia tidak bakal datang kepadanya, kecuali sekedar yang telah ditetapkan untuknya.” (HR Tirmidzi)

Jadi, selain niat yang kuat, memang belajar itu harus suka terlebih dahulu. Jika tidak, agak sulit untuk mau berjuang keras mendapatkan ilmu dan keterampilannya. Hasil akhirnya, berkarya dari ilmu yang sudah didapat.

Salam,

@osolihin
Mudir Pesantren Media

By osolihin

O. Solihin adalah Guru Mapel Menulis Dasar, Pengenalan Blog dan Website, Penulisan Skenario, serta Problem Anak Muda di Pesantren Media | Menulis beberapa buku remaja | Narasumber Program Voice of Islam | Blog pribadi: www.osolihin.net | Twitter: @osolihin | Instagram: @osolihin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *