Loading

Setelah beberapa kali aku melewati pintu ini, aku putuskan untuk memberanikan diri untuk masuk ke sebuah rumah yang mempunyai banyak misteri, hantu dan kejutan. Aku lumayan bergetar di langkah pertama. Aku menginjak teras yang terbuat dari kayu-kayu yang rapuh, dengan kursi goyang yang bergoyang sedikit karena tiupan anginnya yang sangat kencang.

Lalu kuberanikan diri untuk membuka pintu sangat besar yang mempunyai tinggi dan lebar 2 x 1 meter. 7 langkah ku berjalan kedalam rumah yang disebut-sebut rumah yang paling anker di daerah itu. Kata orang-orang, bila kita sudah berjalan sejauh 7 langkah dari depan pintu besar itu, kita akan ditakuti oleh sebuah boneka jelangkung. “Shinggg” tiba-tiba ada sebuah boneka jelangkung yang hampir menyambar wajahku. Seperti di film “Matrix” dengan slow motionnya yang khas.  Ya sebenarnya boneka itu menyambar sekitar 3 meter dari depan wajahku sih. Tapi dengan spontan aku berlari kearah pintu masuk. Tapi ketika aku hampir keluar dari rumah itu, aku memberanikan diri untuk melawan rasa takutku.

Aku berjalan selangkah demi selangkah, tiba-tiba ada sesosok bayangan putih melintas di hadapanku. Aku merinding dan aku terkejut. Spontan aku berlari dan aku mencari jalan keluar. Ketika aku berlari, dan secara tiba-tiba lagi, ada sepotong tangan yang berada di bawah lantai memegang kakiku dan akhirnya aku terjatuh.

Aku ketakutan. Aku merangkak kebelakang tanpa melihat apa yang ada di belakangku. Dan terhentilah jalan merangkakku karena aku menyentuh sesuatu seperti manusia namun dia dibalut oleh kain putih yang berlumuran dengan darah dan tanah. Spontan aku berlari dan bersembunyi sementara didalam lemari agar tidak ketahuan oleh hantu-hantu itu.

Karena di dalam lemari itu gelap sekali, dan kebetulan juga aku mempunyai sebuah korek api, akupun menyalakan korek api itu untuk menerangiku di dalam lemari. “Huh, untung saja ada korek api” kata ku. Tiba-tiba ada yang berkata “ya” di sampingku. Dengan muka yang penuh dengan ketakutan akupun melihat ke sampingku. Dan terlihatlah sesosok hantu tanpa kepala di sampingku. Aku teriak dan berlari keluar dari lemari. Tiba-tiba langkahku terhenti ketika aku melihat sekerumunan hantu penghuni rumah ini mengepung ku.

Dengan gagah berani akupun melewati mereka semua, ku tabrak mereka semua seperti melewati para pemain Rugby. Dan akhirnya akupun touch down karena telah melewati mereka semua. Karena sudah terlalu banyak hantu yang telah kuhadapi, akupun berniat untuk kembali ke tempat aku masuk tadi. Tapi aku tidak bisa kembali, karena mereka mengejarku dari arah pintu masuk. “Aku harus mencari jalan keluar dari tempat ini” kataku dalam hati.

Aku mencari dan terus mencari walau ada banyak hal yang menghadangku. Walau rintangan menerjang tak henti-henti, aku tetap bertekad kuat untuk keluar dari tempat ini. Akhirnya aku menemukan jalan keluar dari tempat ini. Aku melihat cahaya dari arah pintu keluar.

Ketika aku keluar dari rumah angker itu, teman-temanku pun telah siap menyambutku dengan meriah karena aku sudah berani menguji nyali ku di Wahana Rumah Hantu. Dan akhirnya aku tidak harus tidur ditemenin dengan papa lagi karena aku sudah menjadi pemberani.

[Rizki Yannur Tanjung, santri angkatan ke 3, jenjang SMA, Pesantren Media]

By anam

Ahmad Khoirul Anam, santri angkatan ke-2, jenjang SMA di Pesantren Media | Blog pribadi: http://anamshare.wordpress.com | Twitter: @anam_tujuh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *