Loading

Bismillah…

Aku tinggal di suatu desa yang bernama desa Margosari tepatnya Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Peringsewu, Provinsi Lampung. Margosari adalah desa terujung dari kabupaten, namun untuk menempuh jarak menuju  Kabupaten hanya di butuhkan 1 jam perjalanan dengan mengendarai sepeda motor, itu pun dengan jalan yang rusak, karena letak desa margosari di kaki pegunungan sebagian masyarakat disana berprofesi sebagai petani, berkebun, menggarap sawah, dan ada pula sebagian keluarga berternak, tak heran di lingkingan sekitar rumahku  terdapat sugai dan pemandangan perkebunan, karena letak desa kami di kaki gunung  dan kebun, udaranya masih sejuk dan asri, tak seperti halnya di Ibukota yang panas dan penuh dengan polusi hufft.

Kebanyan penduduk desa Margosari sebagian besar pendatang dari luar kota, mereka hanya berkebun dan bertempat tinngal sementara, jika mereka telah selesai memanen hasil atau membersihkan gulma pada kebun mereka, mereka kembali ke kota nya, dan saat panen atau saat pemberian pupuk mereka ke kebun.  tidak seperti halnya ayahku yang menetap di desa itu, namun sesekali  ayah pulang ke Malang(Jatim) , atau menengok sawah dan perumahan di Trans Mesuji Tulangbawang.  Peringsewu adalah Kabupaten yang baru berjalan 2 tahun ini, hasil pemekaran dari  kabupaten Tanggamus pada tahun 2010 sebelum nya, adapun sejarah desa Margosari sampai saat ini sedang dalam tahap pelepasan dari kawasan hutan lindung menjadi desa resmi, desa Margosari yang saat ini bersetatus kawasan hutan lindung, sedang berupaya untuk melepaskan diri, karena di ancam akan di gusur jika tidak menurut kepada kehutana, namun apakah pemerintah tidak memiliki kebijakan?, haruskah penduduk Margosari yang jumlahnya 1732 jiwa itu akan kehilangan tempat tinngal dan mata pencarian, dan apakah itu adil ? sedang desa yang bersebelahan dengan desa  Margosari telah dimargakan, tetapi desa tersebut masih dalam area hutan lindung dalam peta regester22 dan peta jaman belanda, alasan desa tersebut dapat dimargakan karena sudah banyaknya fasilitas umum dan padatnya penduduk, namun apakah desa Margosari akan di gusur, desa yang  luasnya 150 hektar , desa yang telah di penuhi fasilitas umum, seperti pasar, tempat sekolah, puskesmas dan dana  bantuan PNPM mandiri, yang perlu diketahui dari pegunungan margosari adalah pegunungan yang  lestari tidak ada cerita tentang penebangan liar dan penggundulan hutan saat ini, karena kawasan ini telah di jadikan kebun oleh kakek- kakek kami sejak puluhan tahun yang lalu, sehinnga tidak adanya penggundulan gunung lagi, karena semuanya telah menjadi kebun yang meng hasilkan diantaranya kebun kopi, lada, pala, pisang dan pohon- pohon besar seperti  pohon durian duku dan kemiri. Dan tak lupa pula di dalam gunung dan dibawah tanaman rempah rempah, terdapat tambang emas dan marmer yang telah diteliti yang jumlahnya mencapai  3 gunung besar tambang marmer dan 2 gunung besar yang berisikan tambang emas, sejarah tentang kawasn ini erat kaitannya dengan pemerintahan belanda di jaman dahulu, yang telah menjadikan pegunungan ini menjadi hutan lindung, karena belanda ingin menjadikan daerah ini  tambang emas milik nya, sunngguh mengesankan, ternyata terdapat harta karun yang terpendam di desaku. Masih banyak dan bermacam-macam  lagi potensi sumber daya alam di daerah ku seperti hasil perkebunan kelapa sawit, karet, persawahan, perikanan dan peternakan.

Bermacam-macam  kesenian seperti halnya seni tari, menyanyi khas adat lampung, dan masih banyak lagi kesenian khasnya, wiasta kuliner hinnga tempat wisata pun, bisa di temui disini.Seni tari bedana, tari sigekh penguteun dan bubalos pantun, makanan khas lampung ialah serwit ikan gurame.

Missalkan ada yang berminat ke tempat wisata grojogan sewu yang berada di kuncup dan arum jeram di sungai way waya, atau ingin menguji nyali di area trek motor cross di srirahayu, atau panjat tebing di umbul tengah, bisa anda kunjunngi langsung.

Pulang ke desaku ada setangkup haru dalam rindu,ya,meski aku terlahir di Mesuji tulang bawang, namun aku besar di Peringsewu,di kedua tempat itu aku mengalami suka dan duka, banyak cerita untuk ke dua tempat itu, banyak kenangan yang tak bisa aku lupakan,canda tawa, kebersamaan disekolah ataupun dirumah, banyak tinta yang telah terlukis dihatiku baik tinta  yang buruk atau yang baik, di kedua tempat itulah aku hidup dan di besarkan, disusui oleh ibu, di didik oleh ayah dan di nasehati mereka berdua,  di kedua tempat itulah aku pernah menangis, tertawa,dan sedih. aku takkan pernah  bisa untuk melupakan kenangan bersama ayah dan ibu, di tempat itu aku pernah berbuat salah kepada mereka, dan aku berjanji insya Allah aku ingin membalas kesalahan kesalahan ku di tempat itu, panjangkanlah umur mereka ya Allah agar aku di beri kesempatan untuk membahagiakanmereka kelak.

Jika aku telah menjadi seorang muslim yang kuat iman dan ketaqwanya dan kuat segalnya aku akan mendirikan panti asuhan dan mendidik mereka menjadi penerus generasi islam yang terpopular, mendakwahkan aqidah islam di kota saya dan saya akan berbicara lantang “ Allahu Akbar!Allahu Akbar! Allahu Akbar !Allahu Akbar! Mari jadikan khilafah pemimpin dunia !” ketika saya berceramah di depan mereka.

Lampung adalah provinsi yang memiliki sumberdaya alam yang  sangat beragam dan melimpah, keberagaman   itu bisa di jumpai di kabupaten peringsewu, kabupaten Peringsewu adalah kabupaten  yang mandiri , kabupaten yang terdepan daantara kabupaten-kabupaten yang lain.

Desa Margosari  desa yang menginginkan kemajuan, bebaskan desa Margosari, lepaskan desa margosari  dari hutan lindung,hentikan isu -isu pengusiran warga margosari, hentikan penanaman pohon hutan di area kebun kami, gunung kami tidak gundul, kebun kami kebun yang lestari, gunung kami gunung yang lestari, jangan biarkan kami terusir dan kehilangan mata pencarian!..

[Muhammad Yasin, santri kelas 1 SMA di Pesantren Media]

Catatan: tulisan ini adalah bagian dari tugas menulis di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media.

By Farid Ab

Farid Abdurrahman, santri angkatan ke-1 jenjang SMA (2011) | Blog pribadi: http://faridmedia.blogspot.com | Alumni Pesantren MEDIA, asal Sumenep, Jawa Timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *