Loading

Pertama kali penulis mendengar istilah ‘Thanksgiving’ adalah ketika halaqoh awal Desember lalu. Secara bahasa halaqoh artinya lingkaran. Sedangkan secara istilah berarti pengajian di mana orang-orang yang ikut dalam pengajian itu duduk melingkar. Dalam bahasa lain bisa juga disebut majelis taklim atau forum yang bersifat ilmiyah. Penulis biasa mengikuti kegiatan ini setiap hari Jum’at pukul 05.30 WIB.

Saat itu, Ustadzah WD yang menjadi pembina halaqoh berbagi info tentang ‘Thanksgiving’ yang dirayakan oleh warga Amerika. Dalam perayaan itu mereka memasak olahan dari kalkun. Ada yang tahu kalkun? Penulis kira para pembaca sudah mengetahuinya. Ya, menurut wikipedia, kalkun atau ayam kalkun itu adalah sebutan untuk dua spesies burung yang berukuran besar dari ordo Galliformes genus Meleagris. Kalau mau tahu rupanya seperti apa, silahkan search aja di Om Google ya (Hehe).

Perayaan Thanksgiving bagi warga Amerika adalah sebagai rasa syukur mereka atas nikmat dari Tuhan. Namun, menurut Ustadzah WD, perayaan Thanksgiving itu seolah-olah seperti ibadah qurban yang dilaksanakan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Dari maknanya, Thanksgiving dan qurban memang hampir sama, yaitu sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat dari Tuhan. Tapi kalau qurban rasa syukurnya ya hanya kepada Allah Swt.

Mendengar tentang Thanksgiving, penulis merasa ketinggalan info (Aduh, agak kudet nih, hehe).Ustadzah WD juga mengatakan bahwa perayaan Thaksgiving itu memang sudah lama dirayakan oleh umat kristen di Amerika. Wahh… penulis semakin penasaran. Apa sih latar belakang dirayakannya Thanksgiving? Apakah hanya warga kristen Amerika yang merayakannya? Bagaimana dengan orang kristen di Indonesia? Lalu apakah benar, Thanksgiving itu seolah-olah ingin menyaingi ibadah qurban? Apakah Thanksgiving itu qurbannya warga Amerika? Penulis semakin penasaran nih.

Pelaksanaan Qurban dalam Islam

Pertama-tama penulis mau bahas tentang qurban dulu nih. Jadi, qurban adalah saat di mana umat Muslim melakukan sembelih hewan qurban. Qurban dalam bahasa Arab berakar kata dari kata qaruba. Akar kata ini membentuk kata qurb (dekat), taqarrub (mendekatkan diri) dan aqriba’ (kerabat). Menurut para pakar bahasa Arab, qurban bermakna suatu sarana untuk mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah (lihat: Ma’ani l-Qur’an).

Penyembelihan hewan qurban dilaksanakan pada tanggal 10 Dzulhijjah seusai sholat Idul Adha. Berqurban merupakan bagian dari syariat Islam sejak manusia hadir di dunia ini. Seperti qurbannya Habil dan Qabil, anak-anaknya Nabi Adam a.s. Dan qurban Habil adalah qurban yang diterima oleh Allah karena qurban Habil adalah qurban yang baik. Ada lagi qurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s beserta anaknya, Ismail a.s. Nabi Ibrahim a.s pernah bermimpi. Dalam mimpinya itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim a.s untuk menyembelih Ismail a.s. namun ketika Ismail mau disembelih, Allah menggantikan dengan seekor domba. Akhirnya Ismail tidak jadi disembelih.

Disyariatkannya qurban adalah sebagai simbol pengorbanan hamba kepada Allah Swt, bentuk ketaatan kepada-Nya dan rasa syukur atas nikmat kehidupan yang diberikan Allah Swt kepada hamba-Nya.

Berqurban merupakan ibadah yang paling dicintai Allah Swt di hari Nahr, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat At-Tirmidzi dari ‘Aisyah RA, bahwa Nabi Saw bersabda:

“Tidaklah anak Adam beramal di hari Nahr yang paling dicintai Allah melebihi menumpahkan darah (berqurban). Qurban itu akan datang di hari Kiamat dengan tanduk, bulu dan kukunya. Dan sesungguhnya darah akan cepat sampai di suatu tempat sebelum darah tersebut menetes ke bumi. Maka perbaikilah jiwa dengan berqurban”.

Hewan yang bisa disembelih adalah kambing, sapi dan kerbau. Sedangkan orang Arab biasa menyembelih unta atau domba (Kalau di Indonesia kan tidak ada unta, Hehe.) Hewan yang diqurbankan hendaknya yang paling baik, cukup umur dan tidak boleh cacat. Rasulullah Saw bersabda:

“Empat macam binatang yang tidak sah dijadikan qurban: 1. Cacat matanya, 2. sakit, 3. pincang dan 4. kurus yang tidak berlemak lagi.” (HR Bukhari dan Muslim).

Hukum merayakan qurban bagi sebagian besar pendapat ulama adalah sunnah muakkad (sangat dianjurkan). Dalam Al-Qur’an surat Al-Kautsar : 2, Allah berfirman:

108:2

Artinya : “Maka dirikanlah sholat karena Allah dan berqurbanlah.”

Bagi seorang Muslim atau keluarga Muslim yang mampu dan memiliki kemudahan, dia sangat dianjurkan untuk berqurban. Jika tidak melakukannya, menurut pendapat Abu Hanifah, ia berdosa. Dan menurut pendapat jumhur ulama dia tidak mendapatkan keutamaan pahala sunnah.

Nah, itu tadi mengenai qurban. Lalu bagaimana dengan perayaan Thanksgiving?

Apa itu Thanksgiving?

Setelah penulis searching di internet, pengertian Thanksgiving menurut Wikipedia adalah hari libur  di Amerika Utara yang jatuh pada hari Kamis ke-empat di bulan November untuk mengucapkan terima kasih dan rasa bersyukur di akhir musim panen. Sedangkan di Kanada dirayakan pada hari Senin kedua di bulan Oktober.

(Owalah… ternyata rasa syukur karena hasil panen toh, tapi ternyata udah lewat.)

Thanksgiving memang tidak sepopuler Valentine’s day. Mengenai sejarahnya, berdasarkan Histori.com, Thanksgiving itu berasal dari Plymouth yang saat ini tergabung dalam negara bagian Massachussets di Amerika Serikat. Pada tahun 1621, para koloni dan suku Indian Wampanoag mengadakan syukuran untuk panenan musim gugur mereka. Selama lebih dari dua abad, hari Thanksgiving dirayakan oleh koloni dan negara bagian secara terpisah, baru di tahun 1863 di tengah Perang Sipil, Presiden Abraham Lincoln mengumumkan supaya hari Thanksgiving diadakan setiap bulan Nopember.

Bagi warga Amerika Utara perayaan ini merupakan kesempatan untuk berkumpul dengan keluarga. Sedangkan di Amerika Serikat ada tradisi makan malam bersama keluarga dengan menu hidangan kalkun. Sekitar 91% orang Amerika makan kalkun pada hari Thanksgiving. Kalkun adalah hidangan tradisional untuk pesta Thanksgiving. Di AS, sekitar 280 juta kalkun dijual untuk perayaan ini. The ‘wishbone’ atau ‘Tulang Permohonan’ dari kalkun mereka gunakan dalam ritual keberuntungan pada Hari Thanksgiving. Mengenai hal ini penulis geleng kepala (emang ada ya tulang permohonan?)

Oya, karena masak olahan dari kalkun jadi Thanksgiving disebut juga hari kalkun. (What? Hari kalkun? Kalau hari ayam kate ada nggak? Hehe)

Thanksgiving hanya dilakukan oleh orang-orang kristen di Amerika. Dari sejarahnya pun emang udah jadi tradisi orang Amerika. Bagaimana dengan orang kristen di belahan dunia lain misal di Indonesia?

Jangan salah ya para pembaca sekalian. Ternyata Thanksgiving udah menyebar ke negara-negara lain. Di Indonesia juga ada. Penulis ambil contoh di Yogyakarta. Pada Jumat (24/11), American Corner mengadakan perayaan Thanksgiving di American Corner Perpustakaan Pusat UGM. Udah setahun lalu sih. Acara ini mendatangkan enam warga Amerika yang merupakan pengajar Bahasa Inggris di beberapa kota di Indonesia. Malahan ya, acara ini merupakan acara tahunan yang menarik dan mendapat antusiasme yang sangat besar dari para pelajar Yogjakarta khususnya yang tertarik dengan budaya Amerika. Waduh!

Ya, hal ini tak lain karena pengaruh budaya yang dibawa oleh orang luar yang datang ke Indonesia. Di Indonesia arus perkembangan budaya wiihh mengalir deras. Maksudnya nggak ada filter-nya. Budaya baru gampang masuk ke negeri khatulistiwa ini. Harus hati-hati nih!

Perayaan rasa syukur semacam Thanksgiving tidak hanya ada di Amerika. Tetapi juga di beberapa negara termasuk Indonesia. Meski dengan tujuan yang sama yaitu mengharap berkah dari Tuhan, perayaan ini memiliki nama berbeda-beda di setiap negara. Di Indonesia ada Pacu Jawi, Grebeg Syawal dan Sekaten di Yogyakarta, Seren Taun di Jawa Barat, dan Festival Dewi Sri di Bali. (Kompas.com)

Tidak hanya di Indonesia di Jepang, Thanksgiving disebut Honen Matsuri sedangkan di Korea ada Chuseok.

Thanksgiving Budaya Kafir

Memang bener kalau Thanksgiving adalah budaya kafir. Mayoritas warga Amerika kafir. Betul? Dari sejarahnya, acaranya sampe ada kalkun dan tulang permohonannya itu udah jelas dari negeri Paman Sam yang nggak ada dalam Islam. Yang ada dalam Islam itu adalah pelaksaan qurban. Walaupun Thanksgiving maknanya hampir sama dengan qurban, tapi kita harus bisa membedakannya. Umat Muslim haram ikut-ikutan acara Thanksgiving yang dilakukan oleh orang kafir.  Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

Dari Ibnu Umar Radiyallahu’anhuma ia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda: “Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.” (HR. Abu Daud, Hadits ini dinilai shahih oleh Ibnu Hibban.)

Nah, udah jelas kalau ikut-ikutan maka kita termasuk orang kafir. Naudzubillah! Jangan sampai deh! Orang kafir masuk neraka. Emang mau ikut mereka masuk neraka juga? No way! Thanksgiving itu budaya kafir!

Kita juga jangan asal ikut-ikutan tanpa tahu hukumnya. Makanya harus nyari tahu. Setelah tahu, ya nggak boleh mengikutinya. Sebagaimana firman Allah Swt:

17:36

“(Dan) janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai ilmu tentangnya.” (QS. Al-Isra [17] : 36)

Oya, ada yang aneh lagi loh tentang perayaan Thanksgiving. Coba bayangkan, di hari Kamis mereka merayakan Thanksgiving yang katanya sebagai rasa syukur, tetapi di hari Jum’atnya mereka justru belanja membeli barang-barang yang diobral secara besar-besaran. Bagi mereka hari Jum’at itu disebut ‘Jum’at Hitam’ yang menandai dimulainya musim belanja Natal. Disebut Jumat Hitam karena pada hari itu biasanya neraca pembukuan mereka berubah dari warna merah (merugi) menjadi hitam (untung). Waduh! Sehari bersyukur, besoknya ngeborong barang. Owalah….

Menurut penulis, Thanksgiving dan qurban memang hampir sama maknanya. Thanksgiving seolah seperti qurbannya orang kafir Amerika. Meskipun begitu, Thanksgiving dan qurban itu berbeda. Jika dalam pelaksanaan qurban yang disembelih adalah kambing, sapi, kerbau atau unta, maka  Thanksgiving hewan yang disembelih adalah kalkun (haha).

Wallahu ‘alam bish showwab

[Siti Muhaira, santriwati kelas 2 jenjang SMA, Pesantren Media]

By Siti Muhaira

Santriwati Pesantren Media, angkatan kedua jenjang SMA. Blog : http://santrilucu.wordpress.com/ Twitter : @az_muhaira email : iraazzahra28@ymail.com Facebook : Muhaira az-Zahra. Lahir di Bogor pada bulan Muharram.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *