Loading

Sungai Sindangbarang adalah aliran dari dua sungai. Sungai Cikoneng yang berasal dari sungai Ciapus, mengalir hingga akhirnya bertemu dengan sungai Cibanten. Kedua aliran sungai itu bersatu dan menjadi sungai Sindangbarang. Sungai yang terletak di belakang komplek Laladon Permai ini di manfaatkan warga Gg. Damai untuk mandi, mencuci baju, dan mencari nafkah. Ada sebagaian orang yang ngambil pasir di sungai untuk dijual. Ada juga yang sebagai pencari ikan.

Jam 15.00 warga mulai ke sungai untuk mandi dan mencuci baju. Ibu-ibu yang ke sungai membawa serta merta anaknya untuk mandi. Tidak ada rasa khawatir bagi para ibu. Anaknya di biarkan mandi sendiri di pinggir sungai. Sedangkan ibunya mencuci baju.  Airnya memang tidak terlalu deras. Tapi itu berbahaya bagi anak-anak.

CIMG1095 CIMG1096

Suatu hari saya pernah ke sungai SindangBarang bareng Kakak Dini. Tidak tau darimana asalnya, saya bisa melangkah sampai ke sungai ini. Tadinya saya dan Kakak Dini melihat sungainya hanya digunakan untuk mencuci baju saja. Ehhh ternyata, ada bapak-bapak yang lagi BAB (Buang Air Besar). Padahal di seberang sungai ada ibu-ibu yang lagi nyuci. Di dekat ibu-ibu yang lagi nyuci itu, ada ibu-ibu lagi, yang ini lebih parah. Ibu-ibunya lagi mandi. MasyaAllah, apa enggak malu yah mereka? Kalau mandi di sungai sih  ok ok aja, tapi kalau tidak ada penutupnya? Itu sih porno namanya!

Padahalkan Allah sudah berfirman dalam Al-Qur’an. Surat an-Nur:31 “Katakanlah kepada para wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.”

Sebenarnya ini salah siapa? Pemerintah apa memang warganya? Pemerintah yang tidak membuatkan MCK (Mandi Cuci Kakus) untuk warganya. Dan warganya pun tidak ada yang berinisiatif untuk membuat MCK sendiri.

 

[Holifah Tussadiah, santriwati angkatan ke-2, jenjang SMA, Pesantren Media]

24 Mei 2013

By novia

Novia Handayani, santriwati angkatan ke-1, jenjang SMA | Alumni tahun 2014, asal Cimanggis, Jawa Barat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *