Loading

Semua orang pasti pernah mengalami fase dimana semangat sedang rendah-rendahnya. Semangat dalam apa saja, bisa semangat bekerja, semangat belajar, semangat beraktifitas, dan yang sedang saya alami adalah semangat menulis yang turun. Tidak seperti dulu, saya yang sekarang adalah orang yang sangat pemalas jika disuruh menulis. Selalu saja ada alasan untuk tidak menulis, entah alasan itu logis atau tidak. Setiap kali mau nulis, semangatnya sudah hilang dulu tak tahu kemana.

Ternyata nih, bukan cuma saya saja yang mengalami masa malas menulis. Saya perhatikan, hampir semua santri (kecuali beberapa orang saja) di kelas menulis lanjutan, sudah kendor semangatnya untuk menulis. Apa yang terjadi? Inilah yang sedang saya coba untuk teliti. Mengapa sekarang kami seperti tidak punya semangat menulis, padahal dulu waktu awal-awal sekolah di Pesantren Media, menulis merupakan pekerjaan yang sangat menyenangkan karena kala itu kami masih sangat semangat.

Apa ya yang terjadi?

Kalau yang saya perhatikan, sepertinya kami mulai menurun semangat dan motivasi menulisnya. Memang, kebanyakan dari kami masih sangat tergantung pada mood dalam menulis atau mengerjakan tugas yang berhubungan dengan menulis. Tapi, masa sih mood buruk bisa sampai berkepanjangan begini? Ya bisa lah, buktinya lihat saja semangat saya dan beberapa teman saya dalam menulis. Seperti mesin yang nganggur beberapa bulan ini. Tugas di kelas menulis lanjutan jadi tersendat-sendat, berhasil menulis sebuah buku pun hanya sekedar angan-angan.

Lalu, apa yang harus kita lakukan dalam memperbaiki keterpurukan ini?

Pertama, coba lihat apa yang salah. Mengapa kita begitu malas dalam menulis, itu bisa disebabkan oleh berbagai penyebab. Bisa jadi, kita menulis sesuatu yang kurang kita minati, atau mungkin kita tidak memiliki ilmu yang cukup dalam menulis. Mungkin juga kita kekurangan ide? Atau karena penyebab lain? Nah, cobalah cari tahu apa penyebab sebenarnya. Ketika masalah itu sudah diketahui, maka kita bisa dengan mudah mencari solusi yang tepat.

Kedua, bakar kembali motivasi. Ingatlah lagi apa tujuan kita belajar di Pesantren Media. Menjadi da’i di bidang media, itu visi utamanya. Lalu disusul motivasi-motivasi lain, yakni untuk bisa mahir menulis, ada yang ingin membanggakan orangtua, ada yang ingin berbakti pada orangtua, ada yang ingin menjadi penulis mahir dan terkenal, dan masih banyak lagi. Saat semangat itu sedang turun, cobalah untuk mengingat-ingat kembali motivasi-motivasi itu. Tulislah motivasi-motivasi itu di dinding kamar kalian, di buku yang sering dibaca, di sticky notes, di smartphone, dan di tempat-tempat yang mudah dilihat. Jangan kehilangan motivasi! Pikirkan apa yang bisa kita capai dalam menulis, pikirkan kelebihan apa yang kita dapatkan dari mahir menulis dan bisa menerbitkan buku. Terus semangati diri setiap hari, maka insya Allah kita tidak akan kehilangan motivasi.

Ketiga, jangan berhenti menulis. Ingat, ketika kita sudah terbiasa menulis, dan kita merasa sangat mudah dan fleksibel dalam melakukannya, maka jangan berhenti. Boleh berhenti, tapi berhenti yang sebentar saja. Jika kita sudah kelamaan tidak menulis, syaraf-syaraf menulis kita akan kaku, berkarat, dan lumutan, sehingga saat kita mencoba menulis lagi, yang terjadi adalah kebuntuan dan kita menjadi semakin malas untuk menulis. Sebagai contoh, mungkin inilah yang terjadi pada saya dan beberapa teman saya. Ketika SMP dulu, saya menulis setiap hari. Kegiatan menulis tidak pernah saya tinggalkan barang sehari, sehingga saya menjadi sangat terbiasa dalam menulis. Namun setelah setahun di Pesantren Media, saya mulai malas menulis. Kegiatan menulis harian mulai saya tinggalkan, hingga berhenti sama sekali. Dan lihatlah apa yang terjadi. Saya kini harus memulai membiasakan diri untuk menulis lagi, supaya kembali dapat menulis dengan mudah dan fleksibel. Kini, di PM sudah dibuat peraturan untuk meng-upload tulisan seminggu sekali. Nah, manfaatkanlah tugas ini dengan sebaik-baiknya. Mulailah menulis dengan sungguh-sungguh. Tapi, jangan lupa untuk terus menulis setiap hari ya!

Keempat, ciptakan suasana. Seberkas api yang menyala sendiri dengan api yang menyala bersama-sama di satu tempat tentu akan lebih terang sinarnya dan lebih panas suhunya. Bangkitkan diri sendiri, dan ajak pula teman kita untuk bangkit. Ciptakanlah kondisi yang sangat kondisif untuk menulis, buat dimana-mana dan di segala waktu menjadi tempat untuk menulis. Semakin banyak teman yang menulis, maka kita akan semakin tergerak untuk menulis. Atau, kita bisa melakukan hal ini untuk membangkitkan semangat teman kita yang masih malas untuk menulis.

Dan yang terakhir, selalulah berdoa kepada Allah agar selalu diberi kemudahan dalam menulis dan tulisan kita bermanfaat nantinya. Jika kita mengalami kesusahan, maka ingatlah Allah akan selalu mau memberi kita kemudahan asalkan kita selalu berdoa dan berusaha.

Itu tadi beberapa tips dari saya. Kalau ada yang ingin menambahkan atau berdiskusi, silahkan komentar di bawah ini ya. Akhir kata; jangan berhenti menulis, tetap berusaha!

[Hawari, santri angkatan kedua tingkat SMA di Pesantren Media]

By Hawari

Hawari, santri angkatan ke-2 jenjang SMA di Pesantren Media | Blog pribadi: http://downfromdream.tumblr.com | Twitter: @hawari88

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *