Loading

Hari ini adalah hari libur sekolah , aku dan keluarga akan pergi ke vila yang ada dipuncak , vila itu milik keluarga kami dan hampir setiap liburan kami sekeluarga berlibur kesana.  Pagi  ini begitu cerah udaranya juga sangat segar sangat baik buat pernafasan, dipagi yang cerah ini kami sekeluarga telah bersiap-siap untuk otw kepuncak. Dengan mengendari sebuah mobil fortuner berwarna putih kami sekeluarga berangkat kepuncak.

Ditengah perjalan Handphone aku berdering terus tut,tut,tut. Ternyata itu telpon dari sahabatku yang ada di puncak, segera aku mengangkatnya.

“Halo, assalamu’alaikum  ada apa Fira??”                                                                                                              

   “Rin kamu lagi dimana? aku sudah ada di vila kamu nih.”                                                                                           

  “Oh iya aku lagi dijalan bentar lagi nyampe kok, kamu tunggu aja ya.”                                                                      

 “Okk, assalamu’alaikum?”                                                                                                                                    

     “Waalaikum’salam.”

Setelah 30 menit menempuh perjalanan kamipun sampai di vila, karna jarak dari rumah ke vila tidak begitu jauh dan untungnya pagi ini jalanan enggak macet karna masih pagi, aku telah memiliki janji kepada fira ketika sampai nanti kami berdua akan jalan, jadi sekarang Fira sudah terlebih dulu tiba di vila keluarka aku.

Akupun turun dari mobil, terlihat dari jauh fira yang telah menunggu aku duduk diteras vila dengan menggunakan baju kemeja berwarna biru yang sangat cocok untuk bodynya yang mungil, perlahan aku mendekat dan menyapanya.

“Assalamu’alaikum Fira.”                                                                                                                           

    “Waalaikum’salam, Arinda!”                                                                                                                                                   

 “Ia ini aku Arinda..”

Segera Fira bangkit dari tempat duduknya dan langsung menghampiriku, memelukku dengan erat layaknya seorang sahabat yang telah terpisah lama.

“Arinda sudah lama aku tak bertemu denganmu, aku kangen saat kita jalan bersama kayak dulu lagi.”                       

“Ia nih Fira, aku juga kangen sama kamu, gi mana kalau besok kita jalan!”                                                               

     “okk deh, besok ya aku jemput kamu, sekarang aku mau pulang dulu soalnya mama mau minta anterin pergi, sampai ketemu besok ya!”

Lalu Fira pulang kerumahnya, dan kami berdua telah membuat janji bahwa besok kami berdua akan jalan bersama. Hari sudah sore dari upuk barat terlihat mata hari yang mulai terbenam, dari balkon vila aku memandangi sunset yang mulai terlihat keindahannya.

Tiba-tiba terdengar ditelingaku teriakan kecil yang memanggil-manggil namaku, teriakan itu terdengar dari ruang tengah, Suara seorang wanita yang sedang duduk di sofa yaitu ibuku.

“Arinda, kamu sudah mandi?”                                                                                                                                   

   “ia bu, Arinda sudah mandi.”

Kulangkahkan kaki menuju ruang tengah menghampiri seorang wanita yang duduk di sofa itu, lalu aku  bertanya kepada ibu.

“Ada apa bu’ panggil Arinda?”                                                                                                                                

“besok kita sekeluarga akan pergi ketempat wisata yang enggak terlalu jauh dari sini!”                                     

“Tapi bu’ Arinda mau jalan sama teman dan arinda sudah buat janji sama temen.”                                                 

 “Ya sudah batalkan saja apa susahnya, kita disana akan bertemu dengan keluarga besar pasti mereka semua nanti  akan menanyakanmu kepada ibu!”                                                                                                                           

  “tapi, ibukan bisa jawab kalau Arinda lagi pergi sama temen!”                                                                                    

  “enggak’ pokoknya batalkan. Lain kalikan bisa jalan sama temen, ini pertemuan keluarga belum tentu setahun sekali akan bertemu lagi!”

Tanpa kata-kata aku langsung beranjak dari tempat itu langsung masuk ke kamar dan menguncinya. Membuang diri ke tempat tidur! Sambil mengoceh entah apa yang ku bicarakan, intinya aku sangat kesal dengan perkataan ibuku yang tadi. Segera aku memberi kabar kepada Fira, bahwa rencana jalan barengnya gagal, aku mengiriminya sebuah pesan singkat kepada Fira.

 “assalamu’alaikum, Fira jalan barengnya besok enggak jadi ya, soalnya aku ada acara keluarga besok dan ibu aku tidak mengizinkanku pergi!  sekali lagi maaf Fira.”

Handponeku berdering sepertinya balasan dari fira telah masuk segera aku membukanya karna penasaran dia marah atau tidak kepadaku.

“walaikum’salam, ia Rin enggak apa-apa, padahal sayang kalau enggak jadi, soalnya kita jarang-jarang bisa ngumpul bareng lagi.”

Setelah membaca balasan dari Fira aku mulai gelisa memikirkan kata-kata Fira, bener juga kita sangat jarang bertemu sayang sekali kalau gagal! tapi ini permintaan dari orang tua jadi sebagai anak yang baik aku harus mengikuti perintah orang tua. hari sudah larut malam, mataku sudah tinggal 5 watt lagi tak mampu  rasanya bertahan untuk memikirkan masalah ini, dan akupun tertidur dengan pulas.

Pagi ini udah hampir 5 kali alaramku berbunyi, krriiiiinggggggg…. dan lagi-lagi berbunyi, karna sudah enggak tahan mendengar suara yang sangat berisik akupun langsung mematikannya padahal aku masih malas untuk beranjak dari tempat tidurku yang sangat nyaman ini. Dalam keadaan terpaksa aku lansung bangun dan menuju kamar mandi, beberapa menit kemudian setelah selesai mandi akupun bersiap-siap.  Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, ternyata itu ibuku yang menyuruh aku untuk segera keluar dari kamar untuk sarapan pagi.

“Tok tok tok.. Arinda cepetan sarapan bentar lagi kita berangkat!”                                                                                

“ia bu’ bentar lagi.”

Akupun segera keluar dari kamar langsung menuju meja makan dan mengambil sebuah roti, yang telah disiapka oleh ibu, karna sudah tidak ada waktu lagi aku memutuskan untuk membawa roti itu masuk ke mobil. Keluargaku semua telah menungguku didalam mobil akupun segera berjalan menuju arah garasi mobil, lalu kami sekeluarga berangkat menuju tempat wisata.

Satu jam kemudian kami menempuh perjalan dan akhirnya sampai, keluarga besar telah menunggu kamipun sekeluarga langsung turun dari mobil dan berjalan menuju tempat yang telah disiapkan untuk keluarga kami berkumpul. Beberapa saat setelah bertemu dan sudah mengobrol panjang lebar aku memutuskan untuk jalan menyusuri tempat wisata ini bersama sepupuku yang bernama Tika.

“Tik, jalan yuk?”                                                                                                                                                            

  ” jalan kemana Rin?”                                                                                                                                                    

“keliling-keliling aja di tempat ini, siapa tau ada yang menarik dan bisa menambah wawasan kita di tempat ini.”                                                                                                                                                                          

  “ya udah yuk kita berangkat.”

Setelah izin kepada kedua orang tua kita masing-masing, kami berduapun mulai berjalan menyusri tempat wisata ini, tempat wisata ini bagus banyak wahana yang menarik tempatnyapun sejuk, sangat pas buat tempat piknik keluarga. Setelah 35 menitan kami berjalan, akhirnya kami menemukan sebuah rumah yang tak jauh dari tempat wisata tadi, menurut kami berdua rumah itu unik dan sangat menarik untuk dikunjungi.

“Tika kesana yuk!”                                                                                                                                                     

  “tapi rumah itu seperti kosong!”                                                                                                                                   

   “kita coba aja kesana kelihatannya tempat itu menarik, kamu penasaran enggak                                                          

     sama isi dalam rumah itu?”                                                                                                                                 

  “penasaran sih, yaudah deh kita kesana!”

Kami berduapun berjalan mendekati rumah itu, setelah kami sampai tepat depan pintu rumah ini, kami mencoba untuk mengetuk rumah ini beberapa kali sambil mengucapkan salam tapi tidak ada sama sekali jawabanya. Karna rasa penasaran itu sudah meluap-luap dalam fikiran kami berdua, dan akhirnya memutuskan untuk masuk. Perlahan kami tarik gagang pintu ini, tampaknya pintu ini lama sudah tidak tersentuh oleh tangan-tangan manusia, karna debunya sudah sangat tebal dan terasa lengket ditangan kami, pintu ini ternyata tidak dikunci kamipun mencoba masuk. Kelihatannya rumah ini sudah lama ditinggalkan pemiliknya sayang sekali padahal rumah ini bagus, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh.

“Rin itu suara apa?”                                                                                                                                                  

“enggak tahu suara apa, sepertinya suara itu dari dalam kamar mandi yang ada di sebelah kanan itu, mungkin itu suara gayung terkena angin lalu jatu.”

Aku berusaha menenangkan Tika agar ia tidak merasa takut, padahal aku sendiri sudah merinding. Tapi karna rasa ingin tahuku yang begitu besar aku tidak mau meninggalkan tempat ini sebelum aku tahu apa isi dalam rumah ini dan kira-kira siapa pemiliknya? Perlahan ku langkahkan kembali kaki menuju sebuah ruangan yang ada di belakng, sedangkan Tika berjalan mengendap-endap di belakangku, aku sangat penasara sekali dengan ruangan itu sepertinya rungan itu memiliki banyak arti. Aku telah berdiri di depan pintu ruangan belakang ini dan mencoba untuk masuk, langkah demi langkah kutelusuri ruangan ini terdapat beberapa pajagan foto seorang laki-laki paruh baya, tampaknya dia seorang pejuang yang telah  wafat beberapa tahun yang lalu, ruangan ini sepertinya tempat kerja beliau banyak dokumen-dokumen penting dilemari buku, dari arah kiri aku mendengar seperti ada suara kursi goyang, sekejap tika langsung mendekatiku dan bertanya tentang suara itu.

“Rin itu suara apa?”                                                                                                                                           

  “sepertinya itu suara kursi.”

Aku menoleh kearah kiri dan kulihat disana ada sebuah kursi goyang yang sangat kusam bergoyan-goyang layaknya seorang penari jaipong. Aku mulai merinding dan ketakutanku mulai muncul, terbesit di benakku bahwa pemilik rumah ini datang dan duduk di kursi itu mungkin ia marah karna kami berdua telah lancang masuk kedalam rumahnya. Akupun memutuskan untuk mengajak Tika sepupuku ini untuk meninggalkan “Rumah Kosog Takberpenghuni” ini.

“ Tik sebaiknya kita segera meninggalkan tempat ini!”      

 “emang ada apa Rin?”                                                                                                                                                 

 “udah kita pergi aja sekarang!

Kami berdua segera beranjak meninggalkan tempat itu, sekarang yang ada difikiranku bukan lagi rasa penasaran yang meluap-luap,tetapi rasa ketakutan yang begitu besar. Aku merasa bersalah telah memasuki rumah itu tanpa izin sehingga pemiliknya marah.

[Mila Astuti, angkatan ke-3, jenjang SMA, Pesantren Media]

 

 

By Chairunisa Bayu Parameswari

Chairunisa Bayu Parameswari | Santriwati Pesantren MEDIA, angkatan ke-2, kelas 3 SMA.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *