Loading

#Lanjutan Keputusan

“Ada apa Kak Rheva? Kenapa memanggilku kesini malam-malam? Apa tak bisa kita bicarakan besok di sekolah?” Ucap Mona dengan sedikit rasa cemas yang tak dapat ditutupinya.

“Aduh maaf ya Mona, ini penting banget untuk aku. Kamu tidak memberitahu siapa pun tentang pertemuan kita ini kan?” jawabku dengan berpura-pura khawatir.

“Tenang aja Kak Rheva, nggak ada yang tau kok.” Ujar Mona.

“Beneran?” Balasku ragu.

“Beneran Kak, kalo Kakak takut aku hapus deh sekarang log callnya. Nih.. liat Kak! Udah Mona hapuskan?”Jawab Mona menyodorkan ponselnya sambil tersenyum.

Aku membalas tersenyum. Huh, dasar ular berbisa! Sekarang kamu akan merasakan pembalasanku, Ucapku dalam hati. Aku mendekatinya dan memeluknya. Tiba-tiba…

Bruk!

Badan mona terjatuh, ia kaget. Berusaha bangkit tapi sia-sia. Ia memandangku tak percaya.

“A..pa..? yang… ka..kak laku..kan? ke..na..pa ba..dan Mona lemas Kak?”Ucapnya dengan lemah dan pelan. Aku tertawa. Aku menunjukkan stun gun yang melumpuhkan tubuh Mona.Aku tersenyum. Aku mengambil pisau lipat yang kusimpan di kaos kakiku. Aku memandang Mona dengan dingin.

“Selamat tinggal,Mona.” Kataku sebelum membunuhnya.Aku berjanji akan membuatnya seperti ‘Kuchisake-Onna’(wanita bermulut robek). Urban legend Jepang yang kubaca, sebelum menemui Mona. Setelah melakukan itu, aku tersadar.

“Apa yang telah ku lakukan?” Ucapku lirih. Aku memandang kedua tanganku yang berlumur darah. Bajuku pun tak luput dari cipratan darah Mona. Lalu aku tertawa. Ada perasaan aneh yang meliputiku. Aku merasa puas, senang dan sangat bahagia. Aku tinggalkan Mona dalam keadaan yang mengenaskan, di kegelapan malam yang pekat.

*Bersambung..

By Ela Fajar Wati Putri

Ela Fajar Wati Putri | santriwati angkatan ke-3 jenjang SMA, kelas 2 | Asal Pekanbaru, Riau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *