Loading

Di jaman modern seperti sekarang ini, di mana teknologi semakin canggih dan uang menjadi barang yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Di mana kebutuhan hidup manusia kian beragam.  Namun, semakin mahal pula. Berbagai profesi pun digeluti orang untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap orang tentu memiliki profesi yang berbeda-beda. Entah itu sebagai pengusaha, petani, seniman, guru dan lainnya. Namun, banyak juga orang yang harus memenuhi kebutuhan hidupnya dengan mengumpulkan barang-barang bekas, menjadi kuli, tukang becak, tukang parkir, pedagang kaki lima atau bahkan pengangguran dan pengemis.

Tak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup saja, setiap orang juga membutuhkan keamanan dan perlindungan agar bisa hidup tentram dan damai. Untuk menjaga keselamatan diri, keluarga, tempat tinggal dan harta yang dimiliki. Tentu yang utama adalah perlindungan dari Allah Swt. Ada juga orang yang berprofesi sebagai polisi, tentara, atau satpam. Nah, kali ini saya akan menceritakan tentang orang yang berprofesi sebagai satpam.

Satpam, tentu kita tidak asing lagi dengan profesi yang satu ini. Satpam atau dalam bahasa Inggris disebut Security adalah orang yang bertugas untuk menjaga keamanan di lingkungan kerjanya. Kita bisa lihat, misalnya di pusat perbelanjaan, kantor, bank bahkan di komplek. Tak terkecuali dengan Kompek Laladon Permai. Sedikit info, komplek ini adalah tempat di mana saya tinggal. Hehe.

Komplek Laladon Permai yang berada di Kabupaten Bogor ini memiliki beberapa satpam. Tapi saya akan menceritakan salah satunya. Kita panggil saja Pak Yoneh. Laki-laki bernama asli Yoneh Sumantri ini kurang lebih sudah delapan tahun menjalani profesi sebagai satpam di Komplek Laladon Permai. Usia 40 tahun bukanlah usia yang menghalanginya untuk setia menjadi satpam di komplek ini.

Pak Yoneh sudah tinggal di Bogor sejak tahun 1994. Awalnya beliau berdagang sembako di Komplek Laladon Permai. Namun, profesi itu tidak berlangsung lama. Pada tahun 2001, beliau sempat bekerja serabutan. Entah mengapa. Pak Yoneh tidak memberi alasannya. Hingga pada tahun 2005 beliau memutuskan untuk menjadi satpam.

Dalam sekali bertugas, Pak Yoneh menjaga komplek selama 10 jam. Mulai dari jam 07.00-12.00 WIB atau dari jam 00.00-07.00 WIB. Sebenarnya di komplek ini ada dua shift, yaitu shift pagi dan malam. Juga terdiri dari tiga grup yang satu grupnya ada dua orang satpam. Itu artinya, jika sedang bertugas, Pak Yoneh ditemani oleh satu orang satpam lain. Merekalah yang setiap satu jam sekali berkeliling komplek dengan mengayuh sepeda. Baik di siang hari atau pun malam.

Dengan gaji sebesar Rp 600.000/bulan, beliau menghidupi istri dan kedua anaknya. Gaji itu didapat dari kolektif warga yang dikumpulkan di RW. Tahun pertama beliau menjadi satpam, gajinya hanya sebesar Rp 200.000. Namun begitu, beliau tetap bersyukur. Rumah Pak Yoneh berada di Kota Madya tepatnya di Sindangbarang. Berbeda dengan Komplek Laladon Permai yang berada di Kabupaten. Namun jarak antara keduanya tidak begitu jauh. Untuk sampai di komplek, Pak Yoneh harus menyebrangi sungai. Hal ini dilakukannya dengan ikhlas. Tak hanya itu, karena menjadi satpam, Pak Yoneh juga rela membagi waktunya bersama keluarga.

Jika sedang tidak bertugas, Pak Yoneh biasanya istirahat di rumah. Atau jika ada warga komplek yang meminta bantuan misalnya membersihkan puing bangunan, maka ini menjadi pekerjaan tambahan untuknya. Oh iya, kedekatan beliau dan satpam lain dengan warga komplek sangat dekat. Bahkan beliau menyebut hingga 100%. Walhasil, semua satpam di komplek tahu bagaimana sifat warga-warga yang tinggal di komplek Laladon Permai ini.

Nah, itulah cerita tentang Pak Yoneh, satpam Laladon Permai. Semoga cerita tadi bisa memberikan sedikit gambaran tentang kehidupan seorang satpam seperti Pak Yoneh. Pesannya, apa pun profesi kita, tetaplah bersyukur dan terus berusaha.

[Siti Muhaira, santriwati angkatan ke-2, jenjang SMA, Pesantren Media]

By nilam

Ilham Raudhatul Jannah, biasa disapa Neng Ilham | Santriwati Pesantren MEDIA angkatanke-1, jenjang SMA | Alumni tahun 2014, asal Menes, Banten | Twitter: @senandungrindu1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *