Loading

Pada hari yang sangat cerah aku berjalan bersama sahabatku, mengitari kota Bogor menggunakan sepeda. Sudah 10 kilometer sudah kami tempuh. Kami pun istirahat di warung pinggir jalan, dengan uang seadanya kami membeli air putih dan roti. Dua roti dan juga dua aqua gelas. Saat kita sedang makan roti ada seorang kakek-kakek tua yang menghampiri kami berdua. Saat kakek tua itu menghampiri kami aku merasa sangat takut. Namun setelah kakek tua itu dekat dengan kami, kakek tua itu mengajak ngobrol kami dengan ramah.

“Cu, kakek boleh tidak minta rotinya? Kakek sangat lapar belum makan dari kemarin.” Kata kakek tua itu dengan sangat kelaparan.

“Boleh, nanti saya beliin roti dan aqua gelasnya ya? Kakek tunggu di sini sebentar.” Kataku dengan rasa kasihan.

“Faisal, kenapa kamu beliin kakek tua itu makanan? Mungkin saja dia cuman pura-pura nggak makan. Mending nggak usah aja.” Kata sahabatku sambil menarik lenganku yang hendak menuju warung.

“Eh, nggak boleh begitu, kita harus berbagi sesama muslim, nggak boleh pelit. Lagian juga memberi makan kepada orang kelaparan itu adalah kebaikan dan kita akan mendapat pahala dan surga di akhirat kelak. Kamu mau ikut nyumbang nggak?” Kataku seperti seorang ustadz.

“Ya sudah, tapi aku cuman punya Rp. 2000 saja?” kata sahabatku yang bawel itu.

“Nggak papah, berapapun yang kamu berikan itu juga kebaikan.” Kataku.

“Bu, beli dua roti dan satu aqua gelas ya? Buat kakek tua ini. Ini bu uangnya.” Kataku dengan penuh rasa tulus dan ikhlas. Akhirnya kakek tua itu makan roti untuk menganjal perutnya yang lapar. Dan aku dan sahabtku berlanjut berkeliling kota Bogor lagi.

By Muhammad Qais

M Qais Abdul Qowiy, santri angkatan ke-2 jenjang SMP dan angkatan ke-6 jenjang SMA | Asal Bogor, Jawa Barat | Facebook : Muhammad Qais | Instagram : @mhmmdqais

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *