Loading

“dulu, ia adalah orang yang mengerti tentang diriku. Ia selalu ada untukku, ia tak pernah lelah menyakan diriku. Bahkan, ia selalu mengantarkan makanan siang ke kantor tempatku berkerja. Namun, aku selalu merasa bahwa ia adalah penghalang diriku untuk melakukan sesuatu. Walaupun sahabatku selalu menasehatiku, aku selalu meremehkan.” Andra memulai menceritakan kepada lelaki tua tersebut.

“pernah suatu saa—.” Ucapan Andra terpotong .

“kenapa kau selalu begitu kepadanya? Bukankah itu adalah hal yang sangat baik, bahkan banyak orang yang diluar sana yang mengingingkan.” Lelaki tua tersebut memotong perkataan Andra. Andra hanya memaklumi.

“dengarkan dulu ceritaku pak tua. Kau memotong ceritaku.” Ucap Andra.

“Hei anak muda, kau jangan memanggilku pak tua, itu membuatku semakin tua.” Ujar lelaki tua tersebut. Andra menggeleng. Ia memutar bola matanya. “kalau begitu, kau mau dipanggil apa? Dan siapa kau sebenarnya?” tanya Andra. Lelaki tua itu tampak bingung.

“lanjutkan ceritamu.” Perintah lelaki tua tersebut. “Tua aneh.” Umpat andra dalam hati. Lelaki tua tersebut menoleh ke arah Andra dengan muka sinis.

“kau sangat tidak sopan kepada yang lebih tua, anak muda.” Ujar lelaki tua itu kembali. Andra diam, apa ia bisa membca pikiranku? Kalau tidak, kenapa ia mengetahui bahwa aku mengumpat? Pikiran itu datang lagi di otak Andra.

“jangan memikirkan hal yang tidak penting. Ayo lanjutkan ceritamu.” Ujar lelaki tua tersebut. Andra menghela nafas dan menghembuskannya ia mulai menceritakan. Lelaki tua itu kembali ke posisi semula, begitu pula dengan Andra itu juga kembali ke posisi semula.

“pernah suatu saat, saat itu aku sedang sibuk dengan kerja kantorku. Karena itu, aku harus lembur tetapi tidak mengabarinya, aku malas kar–.”

“kau salah anak muda, seharusnya kau mengabarinya dulu.” Ujar lelaki tua tersebut, ia kembali memotong cerita Andra. Dan Andra pun mulai geram dengan lelaki tua, ia selalu memotong ucapan Andra.

“Pak tua, kau jangan memotong ucapanku. Sekali lagi kau memotong ucapanku, aku takkan menceritakannya lagi. Okay? .” ujar Andra mulai geram dengan lelaki tua tersebut. Lelaki tua tersebut hanya mengangguk dan kembali lagi ke posisi awal.

“Aku malas karena pekerjaan ku tidak bisa ditinggal. Lagi pula, jika aku mengabarinya aku harus mendengarkan ceramah yang panjang lebar tetapi intinya hanya jangan terlalu begadang dan jangan lupa–.”

“Anak yang aneh, seharusnya kau men–. Ayo lanjutkan ceritamu anak muda.” Lagi-lagi lelaki tua lupa dengan janjinya yang tidak boleh memotong ucapak Andra. Andra yang hampir saja marah dan meninggalkan tempat tersebut kembali bercerita.

By Alifa Nurul Fajrika

Alifa Nurul Fajrika | jenjang SMP, kelas 2 | Asal Kabupaten Agam, Sumatera Barat

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *