Loading

Assalamu’alaikum, guys! Cie, elah. Sekarang, kan, zamannya ngomong pake nyapa-nyapa guys-guys-an, gitu, ya. Iya, nggak? Nggak? Oh, ya sudah..

Jadi, guys, pada kesempatan kali ini, si santri ini, ingin bercurhat ria. Yang mau ikut mengheningkan cipta, sangat dianjurkan. Loh?

Lupakan! Nggak usah tanggepin dua paragraf nggak jelas di atas. Tapi buat kalian yang lagi baca ini, tetep stay tune, eaa. Karena kali ini aku akan menceritakan tentang suatu yang luar biasa. Nggak juga, sih. Tapi setidaknya bagiku.

Kali ini aku akan menbahas tema penting. Yaitu tentang kemauan. Wah, ini emang pembahasan yang umum banget. Ya, nggak?

Iya! Karena setiap orang yang ingin mencapai sesuatu, ia harus punya yang namanya kemauan. Kan, nggak fair, ya, rasanya kalau liat orang yang berhasil tapi cuma main-main. Misalnya kita tanya, “Kok kamu bisa, sih?”, nah, terus dia jawab, “Nggak tau, ya. Aku awalnya cuma asal doang, sih.”. Wah, rasanya pengen gebuk aja tuh bantal di rumah. Bener, nggak, bener, nggak?

Sebenernya nggak gitu juga, sih. Yah, walau pun awalnya dia itu cuma coba-coba doang, tapi selanjutnya, ia pasti berusaha, kan? Walau pun kita nggak liat. Masa, sih? Iya, dong. Coba aja tanya lagi gimana prosesnya.

Loh? Kita ngomong ini, sih? Iya! Sebenernya, di situ, tuh, poin pentingnya. Kalau kalian masih belum paham, baca lagi, deh, dari awal! Hehehe.. Enggak, deh.

Gini, guys. Kalau kita emang pengen banget jadi sukses terhadap sesuatu yang kita pengenin, kita harus sadar. Sadar, bro, sadar! Sadar apa? Sadar kalau kita bisa. Kalau kita mau. Nah, kan! Di situ, lah, poin utamanya. Kita bisa kalau kita mau. Salah, ding. AKU BISA KALAU AKU MAU! Nah! Itu dia!

Tapi, guys. Kita harus inget, juga. Yang mau-in itu, harus sesuai dengan berjalannya qadar dunia ini. Maksudnya apa, tuh? Kita harus ingat, bahwa ada yang namanya jalan yang lurus dan jalan yang menyimpang. Maksudnya apa lagi, tuh? Plis, deh, Fat, ngomongnya jangan belibet. Yee.. Ini, kan, nggak ngomong. Tapi ngetik. Hehe.. Sori, ya.

Fokus!

Inget aja, pokoknya. Hidup ini ada akhirnya. Dan akhirnya itu cuma dua pilihan. Yang buruk, atau yang baik. So, kalian mau pilih yang mana. Terinspirasi dari posting sebelumnya, ‘Don’t want to Jahannam’. Got it? Of course!

[Fathimah NJL, Kelas 3 SMA, Pesantren Media]

By Fathimah NJL

Santriwati Pesantren Media, angkatan ke-5 jenjang SMA. Sudah terdampar di dunia santri selama hampir 6 tahun. Moto : "Bahagia itu Kita yang Rasa" | Twitter: @FathimahNJL | Facebook: Fathimah Njl | Instagram: fathimahnjl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *