Loading

Brak! Sebuah benda mengantam wajahku, aku berdecak kecil, segera kusingkirkan tangan sepupuku ke arah lain, kamar masih gelap tapi seberkas sinar muncul di sela tirai pintu dan dinding. Agak malas aku duduk kemudian meraba-meraba kasur, mencari hpku. Kulihat jam di hpku, sudah jam setengah 5, berarti sudah adzan shubuh. Aku menyenderkan kepalaku ke dinding, memejamkan mata.

“Ngantuk,” ujarku pelan lalu menguap.

Beberapa detik kemudian aku membuka mata lagi, ‘Ah, shalat shubuh,’ batinku dalam hati. Tak lama setelah mengumpulkan nyawa aku berdiri kemudian berjalan melewati sepupuku yang masih terlelap. Aku ambil jilbab dan kerudung yang kugantung di balik pintu, setelah memakai alar kadarnya, aku keluar, sambil menyipitkan mata aku menghindari cahaya dari lampu ruang tengah.

Kulihat nenekku sudah sibuk di dapur, entah memasak apa. Aku berjalan ke meja makan, mengambil gelas di meja kemudian minum, ‘Ah lega,’ batinku lagi lalu aku ke kamar mandi, cuci muka, gosok gigi kemudian berwudhu.

“Dingin banget,” gumamku sambil menutup pintu kamar mandi dan kembali ke kamar.

Kunyalakan lampu kamar, mengambil mukena kemudian shalat shubuh. Setelah salam, tiba-tiba sepupu laki-lakiku yang 3 tahun lebih tua dariku menongolkan kepalanya di balik tirai pintu, “Alya jangan lupa bangunin ya Fa,” ucapnya kalem kemudian menghilang, “Iyaaa,” balasku malas. Segera aku lipat mukena yang kugunakan kemudian membangunkan sepupuku, Alya, yang masih meringkuk dalam selimut.

“Alya.. bangun Ya, shalat dulu gih, kamu kan sekolah,” aku buka selimutnya. Dia bergeming.

“Ayo Ya, bangun! Udah telat nih, buruan!” kali ini aku tarik kedua tangannya hingga dia duduk.

“Apa sih teh?” balasnya pelan.

“Jeh, bangun sayang..  sekolah nak,” jawabku sambil memegang kedua pipinya.

Dia tersentak kaget, “Oh iya, sekolah!” serunya tiba-tiba. Dengan cepat dia mengambil baju dari lemari kemudian keluar kamar. Aku segara merapikan kasur lalu duduk di kursi ruang tengah, kulihat kotak martabak tadi malam, ‘Masih ada enggak ya?’ gumamku dalam hati.

Saat kubuka, masih tersisa 5 potong martabak manis tadi malam. Dengan cepat aku memakan semuanya lalu membawa kotaknya ke dapur.

“Makan teh,” ajak nenekku yang muncul dari dapur.

“Iya nek,” balasku singkat.

Setelah membuang kotaknya di tempat sampah, aku mengambil piring dan duduk di meja makan. Di rumah nenekku, sarapan itu habis shubuh, paling lambat jam 6 kalau makan siang sekitar jam 10 sampai jam 11 dan makan sore jam 3 sampai setengah 5.

Aneh ya? Awalnya aku belum terbiasa, tapi karena dari dulu aku sering main ke rumah nenekku, perutku bisa menyesesuaikan jadwal makan itu. Ya, walaupun akhirnya aku keseringan ngemil. Paling sering aku ngemil odading setiap pagi, aku kira odading itu sejenis minuman ternyata bukan. Tekstur tepungnya yang tidak terlalu padat dan rasa manis dari gula yang menempel di kulit luar tepung benar-benar bikin ketagihan apalagi kalo minum teh hangat.

Tapi sayangnya, pagi itu hujan jadi aku tidak bisa ngemil odading lagi. Jadi setelah makan pagi, aku kembali ke kamar dan menyalakan laptop, setelah menghapus file-file yang tidak aku pakai aku memilih nonton film. Sekitar jam 8, aku kelar dari kamar dan melihat keadaan luar. Nenekku sedang tidur di sofa ruang tengah, sementara sepupuku  mengurung diri di kamarnya.

Aku kembali menutup pintu dan memilih tidur. Siangnya selepas shalat dzuhur, kami bertiga di  jemput sama Tanteku yang tinggal tidak jauh dari rumah nenekku.

 

Bersambung…

 

Chbioka( Zulfa Aulia 2 SMA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *