Loading


Ya, Hari ini kami akan melakukan agenda yang telah di rencanakan oleh pihak Pesantren. Tentunya perjalan ini akan menyanangkan dan asik. Acara ini telah di rencanakan sejak sebelum lebaran Idul Fitri kemarin, namun baru terlaksana hari ini, tepatnya Jum’at 5 Oktober 2012.

Sebelum kami berangkat kami garus mempersiapkan barang barang yang harus di bawa ketika perjalanan nanti. Kami di suruh Ustad Umar membawa handuk, pakaian ganti, Payung, jaket, Uang untuk jaga-jaga, air minum, alat tulis untuk mencatat hal-hal yang menurut kami penting, dan kamera.

Kami berangkat dari Pesantren pukul 07:00 menggunakan dua Angkot, dan satu mobil milik Ustad Umar. Dua angkot itu nyewa, bukan minjem. Kalo minjem, mau minjem sama siapa? Sama Yodhoyono? Sudahlah, gak usah dipikir pemimpin yang gak bisa ngurus rakyatnya. Mendingan kita ngurus cerita perjalanan ini. Hehehe.

Apa ya? Oh iya. Rombongan kami di bagi menjadi dua regu, Regu ikhwan dan akhwat. Regu ikhwan di pimpin Hawari, sedangkan regu akhwat di pimpin Via. Sedangkan aku di lantik untuk menjadi pemimpin rombongan. Jangan di kira kalau menjadi pemimpin itu enak, bisa nyuruh-nyuruh anggotanya seenaknya. Aku jelasin ya? Jadi pemimpin itu sulit, susah dan tidak mudah. Aku di amanahi uang gede banget. Kalo tau berapa coba? Rp 525.000. Itu bukan uang ku, itu uangnya yang ikut Piknik. Yang ikut piknik jumlahnya ada dua puluh dua plus Abdullah dan Taqi. Dua anak ini adalah anak ke dua dan ketiga Ustad umar. Sebenarnya seluruh santri di Pesantren Media Bukan Cuma segitu, Karena ada yang tidak ikut, jadinya jumlahnya Cuma segitu.

Dari dua puluh dua anak ini ada juga yang tidak ikut. Karena tidak boleh sama orang tua mereka. Yang tidak ikut ada tiga orang. Yasin, Ulvia, dan Wigati. Karena jumlahnya ada dua puluh dua, setiap angkot di isi 11 orang.

Angot nomer 1 di sopiri sama Pak wawan, sedangkan angkot yang nomer 2 di sopiri sama Pak Ujang. Kebetulan Aku dan teman-teman ikhwan naik di angkot nomer 2, sekalian aja wawancara sama pak ujang. Lumayan buat tugas wawancara.

Pak Ujang sudah bisa nyopir ankot sejak umur 10 tahun. Dia mulai rutin di dunia perangkotan, sejak kelas enam SD. Pak ujang sudah mulai menyopir sejak tahun 1982. Berarti Pak Ujang sudah menyopir 30 tahun lamanya dan sudah mempunyai 4 anak. Tempat tinggal Pak Ujang di sekitar curug luhur, tidak jauh-jauh dari sana.kalu Pak Ujang nyopir, agak gak aturan. Setiap ada polisi tidur, Pak Ujang jarang memelankan mobilnya. Jadinya yang di dalam mobil terpental-pental. Apalagi kalau yang badnnya kecil, pasti terpentalnya lebih tinggi.

Setelah perjalanan hampir sampai tujuan, kami mulai memandang pemandangan di alam sekitar. Subhanallah, terlihat Gunung Salak yang tampak indah. Padahal kami melihat pemandangan ini dari lerengnya saja. Apalagi kalu di puncak, pasti lebih indah.

Setelah aku merenungi keindahan Gunung Salak, Aku teringat sebuah ayat A-Qur’an yang artinya:” Dan gunung-gunung sebagi pasak” (Qs. An-naba’ Ayat 07). Coba kita bayangkan kalau di Bumi kita ini tidak ada gunung, pasti sudah tidak berdiri sejak dulu.

 

Curug Luhur sepertinya hampir sampai, aku harus mengecek barang-barang ku supaya tidak ada yang ketinggalan di angkot. Terutama uang Rp 525.000, kalau keinggalan/hilang, mau tidak mau aku harus ngganti uang itu. Bisa-bisa aku gak dapet uang saku selama tiga bulan lebih.

Alhamdulilah kami sudah sampai di lokasi Curug luhur. Kami menempuh perjalanan ini selama 50 menit. Kami sampai di lokasi tersebut kami langsung mengamera objek-objek yang menarik. Tapi kalau yang gak punya kamera pinjem ke temennya. Contohnya aku yang gak punya kamera. Karena belum punya uang untuk beli kamera, baru proses nabung.

Kami hanya main-main sambil nunggu Ustad Umar nawar harga tiket masuk ke curug luhur. Kami kira Curug luhur itu masih alami. Ternyata setelah kami masuk sudah ada kolam renang yang lebar banget dan juga ada curug nya. Tapi Curugnya tidak seindah yang di promosikan. Tapi kami tetap enjoy  saja sambil menikmati dinginnya air dari curahan Curug tersebut. Kami mencoba masuk ke air terjun, ternyata airnya lebih dingin. Kami tidak berlama-lama di tempat tersebut, kami langsung bergegas mentas dan segera mencari lokasi yang lain. Kami memutuskan untuk pindah di kolam renang. Kolam renang di lokasi ini luas banget. Kolam renangnya saja lebih dari 10 macam jenis. Da yang khusus untuk anak-anak, dan juga ada yang untuk dewasa. Kalau kami mencoba semua macam kolam renang yang telah di sediakan. Kolam renang khusu anak-anak pun juga kami coba.Papan seluncurpun juga kami coba, mulai yang untuk anak-anak sampai yang untuk dewasa

“Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan[1] air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[2], padahal kamu mengetahui”.(Qs.Al-Baqarah ayat 22)

Setelah semua kolam kami coba, kami segera bilas badan dan juga ganti baju, kemidian makan.  Karena waktu kami sangat terbatas, kami harus mengambil foto untuk tugas fotografi, kemudian wawancara. Tapi kalau wawancara, aku sudah sama Pak Ujang. Jadi, aku sudah lumayan ringan tugasnya.

Jam sudah menunjuk ke angka 11:30, kami harus bergegas solat jum’at, karena pikiniknya juga hari jum’at. Kami mulai bersiap-siap mencari Masjid di sekitar sini. Karena kalau solat di kolam renang nanti basah, dan di lokasi wisatanya tidak ada masjid.

Kami segera naik mobil dan pergi mencari masjid. Kami sudah mendapat masjid, tapi letak masjidnya berada dibawah. Jadi, mobilnya harus turun. Tapi kalau di lihat-lihat dari posisi jalan masuk ke parkiran mobil, sepertinya sulit untuk masuk. Kemudian Ustad Umar menyuruh aku mengecek, apakah mobil bisa masuk atau tidak. Aku langsung turun dan mengecek . Aku jawab ke Ustad Umar “bisa”. Ustad umar langsung memposisikan mobil supaya bisa masuk dengan lancar. Tapi tidak di sangka-sangka, mobil yang di kendarai terperosok ke bawah dan hampir menabrak aku. Karena waktu mau memasukkan mobil, aku berada di luar. Aku di suruh ngabani mobil supaya tepat ketika masuk ke tempat parkiran. Sebenarnya aku sudah ngabani dengan teliti. Tapi ketika mobil di masukkan ternyata kurang pas, kemudian saya suruh mundur. Tiba-tiba mobil malah maju. Aku langsung reflek untuk menahan mobil supaya tidak terperosok, karena aku jelas tidak kuat menahan mobil yang berisi Sembilan orang, aku langsung lari menghindar dari mobil tersebut. Kalau tidak menghindar, aku belum menulis cerita ini.

Setelah mobil berhenti dalam posisi miring, akulangsung membantu teman-teman yang ada di dalam mobil supaya bisa keluar dengan mudah. Aku bisa membayangkan bagaimana rasanya di dalam mobil. Karena dulu ketika aku masih SD kelas 5 aku juga pernah kejadian seperti ini. Kejadian yang dulu pernah aku rasakan malah lebih ngeri dari ini. Mau di ceritain gak? Kalau mau di lanjut bacanya.

Kejadian kami berawal ketika sore hari dalam keadaan hujan. Kakak ku, aku, dan ketiga adik ku pergi jalan-jalan makek mobil. Karena yang nyopir kakak ku, dan kebetulan dia baru saja bisa nyopir mobil, dia ngebut membawa mobil Pik-up bersama kami. Tiba-tiba mobil yang kami naiki oleng, karena kakak ku tidak bisa mengendalikan, mobil langsung masuk ke sawah yang akan di tanam padi. Setelah sampai rumah kami kenak marah sama Bapak plus di sabet pakek hanger baju. Sakit rek. Sudahlah itu sedikit kisah masa lampau.

Kembali lagi ke cerita tadi.

Setelah mobil terperosok ke bawah, jamaah solat jum’at beduyun-duyun keluar untuk melihat kondisi kami. Dan Alhamdulilah solatnya belum di mulai. Warga menyuruh kami solat dulu, nanti menaikkan mobilnya mau di bantu sama mereka.

Setelah usai solat, mereka langsung membantu menaikkan mobil. Beberapa menit kemudian mobil bisa di naikkan kembali ke jalan. Alhamdulilah. Kami sangat berterima kasih sama mereka.

Setelah semuanya beres, kami menjemput santri akhwat di Curug Luhur. Sampai di Sana, ternyata Pak Wawan dan Pak Ujang sudah datang untuk menjemput kami. Kami langsung masuk Angkot masing-masing, dan bersiap-siap pulang ke pesantren.

Dalam perjalanan, sudah mulai terlihat betapa capeknya teman-teman setelah piknik ke Curug Luhur. Teman-teman ada yang tertidur.

Setelah sampai pesantren aku langsung memberikan uang transport kepada Pak Wawan dan Pak Ujang. Jumlah uangnya Rp 440.000. Jadi, dari uang tadi di bagi menjadi dua. Setengah untuk Pak Wawan, setengahnya lagi untuk Pak Ujang. Coba berapa? Hitung seniri ya?

Alhamdulilah amanah yang di beriakan ke aku sudah selesai. [Dihya Musa AR, santri angkatan ke-2, jenjang SMA, Pesantren Media]

Catatan: tulisan ini adalah bagian dari tugas menulis di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media

By Hawari

Hawari, santri angkatan ke-2 jenjang SMA di Pesantren Media | Blog pribadi: http://downfromdream.tumblr.com | Twitter: @hawari88

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *