Loading

Namanya adalah paul. Sejak kecil dia sudah terkena penyakit autis ringan, entah apa yang membuat Paul terkena penyakit autis, orang tuanya juga terheran-heran melihat Paul tiba-tiba terkena penyakit autis mungkin karena udah takdir Allah SWT. Didalam sehari-harinya Paul hanya berada dirumah tidak pernah keluar rumah kecuali kalo ada rekreasi dengan keluarga atau pergi ke rumah saudara. Paul dikenal keluarga sebagai orang yang pintar, patuh kepada orang tua, sholatnya saja gak pernah bolong. Itu lah yang membuat Paul disayang sama orang tuanya mungkin juga karena Paul satu-satunya alias anak tunggal.

Triiiiiing alarm berbunyi tanda bahwa sekarang sudah jam empat pagi hari ini ujian nasional. Seperti biasa Paul langsung bangun dan bersiap untuk mandi setelah siap mandi paul melaksanakan shalat tahajjud sambil menunggu waktu shubuh mulai. Semua telah siap kecuali satu yaitu makan, pada saat makan ibunya paul merasa bangga mempunyai anak seperti Paul walaupun punya kekurangan.

“Nak?” ibunya bertanya sambil menuangkan susu ke gelas untuk Paul.

“Iya ada apa bu” Paul menjawab.

“Kamu mau gak kerumah kakek yang ada di Cicaheum itu loh! Masih inget gak?” kata ibu

“Oh, inget-inget, kakek yang suka bercanda sama Paul kan kalo gak salah namanya itu Kek Sobari kan” kata Paul sambil setengah penasaran setengah senang.

“Bukan sama kamu saja tapi sama semua cucunya dia kayak begitu” ibu menjawab.

“Kalau kayak gitu paul mau banget bu” kata paul sambil bersemangat.

“Tapi ada syaratnya, kamu mau gak?” kata ibu.

“Mau bu apapun itu syaratnya” kata paul tambah bersemangat lagi.

“Ok, karena kamu mau ujian nasional syaratnya adalah kamu harus lulus” kata ibu.

“Ok, siapa takut” kata Paul

“Yaudah sana cepat berangkat, lima belas menit lagi masuk nanti terlambat lagi, nih tasnya” kata ibu sambil memberi tas.

“Ya bu, pamit dulu ya Assalamu’alaikum” kata Paul sambil meninggalkan rumah

Paul pun pergi meninggalkan rumah untuk melaksanakan ujian nasional. Setelah menunggu dan menunggu selama sebulan akhirnya kepala sekolah menempelkan kertas pengumuman kelulusan. Tidak ada yang menyangka bahwa Paul menduduki peringkat pertama . Tanpa dipikir-pikir lagi Paul pun langsung pulang untuk memberi tahu ibunya bahwa dia lulus ujian nasional dan medapat peringkat pertama.

 

Bersambung……..  

[Difa Raihan H., santri jenjang SMP, Pesantren Media]

By Farid Ab

Farid Abdurrahman, santri angkatan ke-1 jenjang SMA (2011) | Blog pribadi: http://faridmedia.blogspot.com | Alumni Pesantren MEDIA, asal Sumenep, Jawa Timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *