Loading

Setelah sebelumnya membuka simpul yang pertama tentang penciptaan, maka tidak akan sulit untuk membuka simpul-simpul selanjutnya. Ketika menemukan jawaban yang tepat dalam menjawab pertanyaan pertama, maka jalan hidup setelahnya bisa dipastikan adalah jalan hidup yang benar. Simpul pertama yang harus diselesaikan akhirnya terbuka dan terlihat jawabannya. Dari mana manusia, alam semesta, dan kehidupan ini berasal?

“Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: “Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. Al-Qasas: 30)

Kemudian saatnya membuka simpul kedua. Untuk apa kita hidup? Setelah kita mempercayai bahwa Allah adalah Sang Pencipta, maka kita harus meyakini secara sempurna. Kita meyakini Allah sebagai Pemilik seluruh kehidupan kita. Maka jawabannya juga harus sesuai dengan tujuan Sang Pemilik hidup.

Jawaban untuk membuka simpul kedua ini tergantung dari siapakah yang memiliki hidup kita. Karena hidup kita ini adalah milik Allah, dan kita pasti akan dikembalikan kepada-Nya, maka hidup kita haruslah dijalani dengan tuntunan-Nya. Dalam hal ini Allah SWT telah menjelaskan dalam Kalam-Nya yang suci.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Mengabdi di dalam ayat ini maksudnya adalah menyembah. Allah menciptakan jin manusia untuk menyembah kepada-Nya. Beribadah. Sehingga jawaban untuk menjawab untuk apa kita hidup? Atau untuk apa Allah menciptakan kita? Jawabannya adalah untuk beribadah kepada-Nya.

Namun jangan kita berpikiran sempit. Beribadah itu luas maknanya. Selain ibadah wajib yang menjadi penghubung antara manusia dengan Tuhan, menjalani hidup sesuai dengan tuntunannya juga bisa jadi termasuk ibadah. Misalnya, ketika kita pergi untuk makan. Tujuannya adalah untuk memperkuat tubuh agar kuat dalam menjalani hidup. Atau pergi menuntut ilmu atau bekerja untuk menjalankan kewajiban. Hal-hal seperti itu juga bisa disebut sebagai ibadah.

Dengan mengetahui jawaban dari pertanyaan terbesar kedua, maka kita akan bisa menjalankan hidup kita sesuai dengan hakikatnya. Yaitu beribadah kepada Allah SWT.

 

[Fathimah NJL, Kelas 3 SMA, Pesantren Media]

By Fathimah NJL

Santriwati Pesantren Media, angkatan ke-5 jenjang SMA. Sudah terdampar di dunia santri selama hampir 6 tahun. Moto : "Bahagia itu Kita yang Rasa" | Twitter: @FathimahNJL | Facebook: Fathimah Njl | Instagram: fathimahnjl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *