Loading

Setiap orang pasti ingin merasakan, betapa indah dan sejuknya berada di dekat air terjun yang tengah mengalir deras di atas bukit tinggi. Apalagi, jika kita sendiri belum pernah menjejakkan kaki kita disana, pasti kita bak seorang anak yang terus terkagum melihat keindahan yang Allah pancarkan dari sebuah air terjunnya. Sepeti halnya gunung, dalam sebuah hadist, Allah menciptakan gunung untuk menjadi penopang gempa agar bumi tidak goncang.

“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka…” (Al Qur’an, 21:31)

Ada pula tentang air, yakni Allah menciptakan air untuk alat berwudhu para kaum muslimin.

Dan dari Anas bin Malik, ia berkata: Saya pernah melihat Rasul saw,- ketika itu waktu shalat asahar telah tiba – kemudian orang-orang mencari air wudlu’, tetapi mereka tidak mendapatkan,lalu dibawalah kepada Rasul saw. Air wudlu”, kemudian Rasul saw.meletakkan tangannya ke dalam bejanan itu, dan memerintahkan orang-orang agar berwudlu’dari padanya. Lalu aku melihat air itu mengalir dari bawah jari-jarinya sehingga mereka berwudlu’sampai yang paling akhir dari mereka. (HR’Ahmad,Bukhari dan Muslim).

Dan seperti halnya aku, aku terkagum saat aku melihat Curug Luhur yang berada di lereng Gunung Salak.

 

Dengan tiga bagian air yang terus mengalir dengan sempurna, meski tidak secara bersamaan. Karena, dua dari aliran air yang berada di Air Terjun Curug Luhur itu hanya mengalir dengan aliran air yang kecil. Sedangkan satu dari tiga aliran tersebut membuat suara gaduh di sekililingnya akibat air yang mengalir sangat deras. Apalagi, dengan warna air yang hijau dan bersih, membuatku gemas untuk merasakan, bagaimana dinginnya air terjun tersebut. Tapi sayang, karena aku tidak pernah melakukan hal  itu, rasa takut mulai mencekamku saat aku berada di tengah air terjun yang semakin lama semakin dalam.

***

Sebenarnya, ada rasa kecewa yang aku simpan saat pertama kali aku berada di curug luhur. Kenapa tidak, saat aku berjalan-jalan ke Curug Cihurang 10 bulan yang lalu, aku merasakan betapa alaminya curug tersebut. Karena, objek yang berada disana hanyalah rerumputan kecil, pohon-pohon besar dan batu-batu yang menjadi tempat pijakkan para pengunjung untuk menguji adrenalin mereka. Sedangkan Curug Luhur, disana penuh dengan kolam renang dan perosotan meliuk-liuk seperti halnya waterpark dan jungle.

Tapi meskipun begitu, aku mulai memupuskan kekecewaanku itu dengan bermain dengan teman-temanku. Bahkan, saat aku dan Ira temanku tengah diberi tugas oleh Ustad Umar untuk menjaga tas Ikhwan. Kami langsung berlari karena teman-teman kami mengejar kami. Dan akhirnya, dari hasil pengejaran itu, Irapun terperangkap dan langsung di ceburkan ke kolam renang.  Beda halnya dengan aku, saat aku bersyukur bisa selamat dari pengejaran mereka, rasa licin yang berada di setiap sudut jalan membuatku jatuh terduduk. Alhasil, aku tidak bisa mengelak rasa sakit itu dan hanya bisa tertawa akibat ketidak hati-hatianku. Walaupun ujung-ujungnya, aku terjatuh juga akibat di dorong oleh Ira temanku. Karena pada saat itu, aku berniat turun ke kolam renang tanpa harus membasahi bajuku. Tapi ternyata, aku hanya bisa menghela nafas saat kutahu bajuku basah semua. Meskipun ujung-ujungnya aku ikut main. Karena setelah aku pikir-pikir, sayang jika aku tidak berenang sedangkan bajuku sudah basah semua.

***

Jam menunjukkan pukul 11 siang dan itu artinya seluruh santri Ikhwan dan Akhwat harus bergegas mengganti baju mereka untuk persiapan salat jum’at bagi ikhwan dan makan siang. Meskipun lauk kami saat itu hanyalah rendang buatan Bu Cucun. Tapi aku merasa bersyukur, karena aku masih diberi kesempatan untuk memakan makanan enak. Karena, tidak bisa setiap hari aku bisa merasakan betapa nikmat dan lezatnya, rendang buatan Bu Cucun itu. Barulah saat perut kami sudah terisi, kaum akhwat mulai melanjutkan kembali aktifitasnya untuk jalan-jalan sambil berfoto ria sedangkan ikhwan menuju masjid terdekat untuk Shalat Jum’at.

Dan ditengah jalan, aku dan Cylpa yakni santri SMP angkatan pertama memutuskan untuk mewawancarai seorang ibu muda, yang berjualan makanan disana.

“Assalamualaikum ibu. . boleh saya minta wawancaranya sebentar. . ?” tanyaku sambil tersenyum malu.

“Oh wawancara ya. . boleh-boleh. Tapi tunggu suami saya dulu yah. . “

Mendengar jawaban itu, aku dan Cylpa langsung saling menatap karena bingung. Saat itu kami berpikir, tujuan kami menghampiri ibu itu, karena kami ingin mewawancarai ibu itu. Bukan untuk mewawancarai suaminya. Sambil tersenyum, aku terkaget saat aku melihat seorang laki-laki masuk ke warung ibu itu. dan ternyata, itu adalah suaminya. Tanpa berpikir panjang, aku langsung  menghampiri ibu itu dan meminta ibu itu yang menjadi narasumbernya.

“Ibu. . kalau sama ibu saja bolehkan. Soalnya, kalau sama suami ibu, saya nggak bisa. . “ ucapku sambil tersenyum.

“Memangnya kenapa Mba. . ?” tanya ibu itu bingung.

Dan baru saja aku ingin menjawab, tiba-tiba saja suami dari ibu itu menjawabnya dengan santai.

“Bukan makhrom ya de. . “ balas bapak itu sambil tersneyum dan akupun langsung menundukkan pandanganku karena malu. Tapi meskipun begitu, aku tetap menjalankan wawancaraku bersama ibu itu.

Aku : “Kalau boleh tahu, nama ibu siapa yah. . ?”

Ibu Tina : “Tina. . “

Aku : “Sudah berapa lama ibu berjualan di tempat ini. . ?”

Ibu Tina : “Alhamdulillah, saya sudah 5 tahun berjualan disini. . “

Aku : “ owh. . oiya bu kan sekarang sepi banget yah, biasanya kalau rame itu hari apa saja. . ?”

Ibu Tina : “ biasanya, kalau rame itu dihari sabtu dan minggu, karena pada saat itu, banyak anak-anak dan remaja yang libur sekolah. . dan setelah saya perhatikan, lebih banyak remaja yang menjadi pengunjung disini, salah satunya yah gitu. . anak-anak pacaran. . “

Itulah hasil wawancara dari aku dan Cylpa. Lalu, sebelum kami menyudahi wawancara ini, aku meminta Ibu Tina untuk foto dan sambil tersenyum malu, Ibu Tinapun akhirnya mau.

Balik ke Pondokkan

Adzan dzuhur mulai terdengar jelas di kupingku, sambil membawa bawaanku, aku langsung menuju mushola yang berada di atas curug. Mushola yang unik dan menarik, karena mushola itu terbuat dari bambu yang diberi cat berwarna hijau dan kuning. Belum lagi, dengan air wudhu yang yang mengalir dari bambu itu, membuat sejuk mushola tersebut.

Barulah, saat kami selesai shalat, aku menghampiri temenku yang berada di sebuah saung. Dan seperti biasa, kami foto-foto bersama sambil melihat pemandangan indah yang ada di bawah saung itu. Air terjun yang tadinya kulihat besar, kini berubah menjadi kecil saat aku berada di atas saung itu. Begitupun dengan kolam renang dan pengunjung yang datang kesana.

Tapi sayang, kami tidak bisa lama berada disana. Karena kami sudah diminta oleh Ustad Umar untuk kembali ke mobil. Sambil menghela napas, aku langsung menuju mobil dan masuk ke dalam mobil.

Sampai akhirnya, saat kami sudah masuk ke dalam mobil, kami terkaget saat kami mendengar bahwa Ustad Umar terkena musibah, yakni mobil yang dikendarai Ustad Umar merusak pipa air milik warga. Dengan perasaan yang teramat sangat penasaran, kami langsung mengikuti mobil Ustad Umar paling bekalang dan berhenti di sebuah rumah yang ada di samping jalan. Rumah yang disampingnya itu ada turunan jalan setapak yang hanya bisa dilewati oleh orang yang berjalan.

Dan sebenarnya, tidak hanya itu saja membuatku kaget. Ada satu hal yang menurutku sangat mengerikan, saat Ustad Umar turun dari mobil, salah satu supir angkot turun sambil mengatakan bahwa Ustad Umar sempat nyungsep ke turunan jalan setapak yang dibelakang nya itu jurang. Dan untungnya, Ustad Umar mampu mengerem mobilnya, sampai akhirnya mobil Ustad Umar tidak jatuh ke jurang tersebut.[Novia Handayani, santriwati Pesantren Media, angkatan 1 jenjang SMA]

Catatan: tulisan ini sebagai bagian dari tugas menulis reportase di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media

By novia

Novia Handayani, santriwati angkatan ke-1, jenjang SMA | Alumni tahun 2014, asal Cimanggis, Jawa Barat

2 thoughts on “Liburan Extreme Curug Luhur”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *