Loading

Tatkala-Leukimia-Meretas-Cinta - CopyJudul buku: TATKALA LEUKIMIA MERETAS CINTA |Penulis: DR. Dr. Hj. Siti Fadilah Supari, SP.JP |Peyunting: kurnia Effendi | Penyelaras Aksara: Ananta |Desain Sampul: Windu Budi | Penerbit: PT Mizan Publika| Cetakan I: Juli 2010| Halaman: 262

Menurut saya, buku ini sangat layak untuk dibaca. Penggunaan dan pemilihan katanya sangat tepat dan mudah dimengerti. Buku yang berisi catatan harian Ibu Siti Fadilah Supari (mantan mentri kesehatan priode 2004-2009).

Dengan prolog yang letaknya di halaman belakang buku, menyempurnakan semua catatan harian yang sudah diulas dari halaman pertama. Dari prolog tersebut pembaca mendapatkan gambaran perjalanan hidup Ibu Siti Fadilah Supari dari awal menikah dengan suaminya sampai dengan suaminya meninggal (1973-2009).

Beberapa hari setelah menikah, Ibu Siti Fadilah Supari diboyong suaminya ke Yogya. Dirumah kecil yang sudah disiapkan suaminya, ia tinggal bersama suami danadik-adiknya. Dihari-hari pertama, Ibu Siti Fadilah Supari merasakan kebahagiaan nggak bisa dilukiskan. Ia selalu dihampiri rasa aman, tentram dan terlindung.

Setelah tiga bulan usia pernikahan mereka, terungkaplah semua perbedaan itu. Karena sering berbeda persepsi dan pendapat, segalanya mereka pertengkarkan. Dan mereka sempat pergi ke KUA untuk mengurus perceraian, tetapi sebelum bercerai mereka harus dibina terlebih dahulu oleh BP4. Dan setelah dibina mereka tidak jadi melanjutkan perceraian karena mereka sadar bahwa mereka masih saling mencintai.

Suaminya yang sibuk dengan dunia pekerjaaannya sendiri, membuat Siti Fadilah Supari harus memutar otaknya sendiri untuk menjaga dan mengurus pendidikan anaknya. Dan akhirnya dipilihnya sekolah Al Azhar yang mahal untuk menyekolahkan anaknya.

Ibu Siti Fadilah Supari mulai bosan dengan pekerjaannya yang ahanya mengurus keluarga dan bekerja di Puskesmas saja. Untuk mengisi waktu luangnya, ia menempuh pendidikan informal. Mulai dari masak kue, masak masakan barat, cina serta lauk pauk jawa, sampai sekolah bahasa Prancis diikutinya. Namun itu semua, tidak mampu mengusir kekosongan hatinya. Dan akhirnya Ibu Siti Fadilah Supari memutuskan untuk melanjutkan sekolah kembali.

Setelah dua tahun Ibu Siti Fadilah Supari menempuh pendidikan, tiba-tiba suaminya berhenti bekerja sebagai direktur di perusahaan yang dipimpinnya. Alasannya karena suaminya tidak sejalan dengan kebijakan perusahaan yang menyensarakan penduduk asli.

Ibu Siti Fadilah Supari sangat shock. Ia bertanya kepada suaminya yang telah memutuskan untuk tidak mau bekerja dan hidup dengan tabungan tanah yang mereka miliki. Sampai Ibu Sitidilah Supari menyelesaikan sekolahnya.

Setelah lulus, Ibu Siti Fadilah Supari di RS Jantung Harapan Kita sebgai staf pengajar dan juga praktik di RS Islam. Kemudian Ibu Siti Fadilah Supari meminta kepada teman-temannya untuk member suaminya pekerjaan sebagai arsitek dan suaminyapun kembali sibuk dengan dunianya. Dan komunikasi semakin memburuk, Ibu Siti Fadilah Supari hanya dapat berharap bisa berkomunikasi dengan suaminya layaknya suami-istri.

Dan ketika menjadi mentri kesehatan, Ibu Siti Fadilah Supari lebih banyak meninggalkan tugasnya sebagai ummu warobatul bait (ibu rumah tangga). Ibu Siti Fadilah Supari lebih sering berada di luar rumah karena tugas yang ditanggungnya.

Sampai akhirnya suami yang selama ini menemaninya difonis penyakit leukemia. Konsentrasi Ibu Siti Fadilah Supari terbagi. Yang tadinya fokus ngurusin negara sekarang, setelah suaminya sakit dan diperkirakan waktunya tinggal 3 bulan lagi.

Ibu Siti Fadilah Supari baru tersadar ternyata ia mencintai suaminya dan suaminya juga mencintainya. Walaupun tidak ditunjukkan dengan kemesraan.

[Nurmaila Sari, santriwati kelas 2 jenjang SMA, Pesantren Media]

By Cylpa Nur Fitriani

Cylpa Nur Fitriani | Santriwati Pesantren Media angkatan ke-2, jenjang SMP, kelas 3

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *