Loading

“Kenapa sih, selalu aku yang salah?!” adalah sebuah pertanyaan yang biasanya banyak dipikirkan orang ketika mereka ngerasa selalu disalahkan. Ketika ada suatu masalah dan sejenisnya, kebanyakan—termasuk aku—akan mempertanyakan. “Kenapa sih, selalu aku yang salah?!”, “Kenapa dia ngga berpikir kalo dia yang salah?”, atau mungkin langsung menghardik: “Egois!” dan sejenisnya.

Dulu, seringkali aku berpikir begitu. Mempertanyakan yang seperti itu.

Tapi kian tumbuh aku—dan orang lainnya—kian masuk ilmu dalam qolbu sehingga pertanyaan lain juga muncul. Kenapa aku bisa berpikir seperti itu? Apakah aku merasa benar—paling benar? Apakah aku merasa seharusnya yang salah itu dia—bukan aku? Apakah aku merasa tidak adil—karena disalahkan?

Banyak pertanyaan yang mempertanyakan, kenapa aku berpikir: “Kenapa sih, selalu aku yang salah?!”

Dalam perjalanannya, pertanyaan-pertnyaan itu terjawab. Satu demi satu.

Bahwa ketika aku berpikir: “Kenapa sih, selalu aku yang salah?!” maka saat itu aku pastilah sangat sombong. Merasa benar. Sedih karena orang lain menyalahkanku, menganggap aku salah, padahal aku benar.

Inilah hakikatnya. Bahwa pemikiran itu membuktikan, seberapa sombongnya aku.

Beginilah iblis—setan—membisikkan dengan cara yang halus. Seolah kita benar. Orang lain terlalu egois dan salah karena menyalahkan kita. Beginilah cara mereka menjerumuskan manusia pada jurang neraka. Dengan dosa yang sama ketika iblis dikeluarkan dari surga oleh Allah: sombong.

Lalu apa yang harus dilakukan ketika sudah terlanjur berpikir seperti itu? Ketika orang lain sudah menyalahkan kita, seolah kita salah?

Pertama, beristigfarlah. Memohon ampun kepada Allah karena sudah berpikir: merasa benar. Padahal manusia adalah tempat salah dan dosa.

Kedua, renungkanlah. Ketika orang menyalahkan kita atas sesuatu, jangan langsung baper, tapi pikirkan dengan logika: Kenapa oraang ini menyalahkan saya? Apakah ada yang salah dari cara saya? Apakah ada bagian dari sikap/perbuatan saya yang salah? Apakah saya secara tidak sengaja menyakiti dia?

Ketiga, meminta maaf dan berubah. Ketika sudah menemukan apa/sesuatu yang kurang ‘pas’ maka meminta maaflah. Karena yang pertama meminta maaf lebih besar pahalanya. Lalu berubahlah. Ubah, buat agar diri kita lebih baik. Bukan untuk dia, tapi untuk diri kita sendiri. Karena menjadi lebih baik itu harus.

Ya, untuk melakukan ketiga langkah itu butuh pengorbanan yang besar. Butuh kerelaan yang besar. Butuh keikhlasan yang besar. Butuh kesabaran yang besar.Melawan gengsi, melawan tinggi hati, melawan ego diri.

Tapi insyaAllah ini adalah satu langkah kecil menuju hal besar. Hal besar dalam menggapai keridhaan Allah dan memasuki surga-Nya. Amiin…

IG: @willyaaziza

Santri Pesantren Media kelas 3 SMA

By Zadia Mardha

Santri Pesantren Media kunjungi lebih lanjut di IG: willyaaziza Penulis dan desainer grafis

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *