Loading

Hari ini (Kamis, 24 Oktober 2019) aku akan bercerita tentang rihlah tadi pagi. Aku rihlahnya berenang di Telaga Sindur. Aku senang bisa renang lagi setelah setengah tahun tidak berenang. Aku ke sana hanya bersama Teh Fathimah (Wali Asrama Akhwat), Kak Faziera (kakel), Gisel, Khonsa, dan Aisyah. Aku dan mereka berangkat jam 7 (kalau nggak salah) dengan taksi online yang dipesankan sama Teh Fathim.

Di dalam mobil, aku hanya melihat-lihat jalan yang dilewati sambil sekali-kali mengobrol dengan Gisel. Sesampainya di kolam renang, aku turun dari mobil dan duduk di tempat duduk sambil menunggu Teh Fathim beli tiket masuk kolam renang. Tiba-tiba Kak Faziera minta kresek ke Teh Fathim. Setelah mendapatkan yang dia cari, Kak Faziera langsung mengeluarkan isi perutnya. Aku yang melihatnya langsung mengambil tas dan Hp-nya (takut kena muntahannya). Selesai muntah, kak Faziera mengelap mulutnya dan mengikat kresek yang berisi muntahannya (tentunya akan dibuang di tempat sampah, ya). Lalu, aku jalan dan masuk ke tempat renang sambil membawa tasku dan tas Kak Faziera.

Saat aku melihat kolam terhampar luas (tapi nggak luas-luas banget), aku ingin cepat-cepat nyebur dan merasakan dinginnya air kolam. Tapi nggak bisa. Karena sebelum renang harus pemanasan dulu. Kalau nggak pemanasan, bisa-bisa kram di tengah kolam renang. Lalu aku pun menaruh barang-barang dan langsung pemanasan bareng Teh Fathim, Gisel, dan Aisyah.

Setelah pemanasan sebentar dan lari-lari kecil mengelilingi kolam renang, aku langsung turun ke kolam renang. Aku berenang dengan gaya bebas dan gaya kodok (Tapi nggak ada suaranya ya!). Kadang aku juga ngajarin adik-adik kelasku. Beberapa menit kemudian, Khonsa loncat dari atas dan mendarat dengan air yang muncrat ke atas karena loncatannya. Karena Khonsa loncat, yang lain pada ikutan selain aku. Karena aku takut. Nggak tau kenapa ya, dari dulu aku takut loncat ke kolam renang walaupun kata teman-temanku itu seru. Yang lain pada bilang seru dan ikutan loncat, aku hanya diam melihat mereka yang sedang bergantian loncat dengan pandangan takut. Kenapa aku takut? Aku ada pengalaman yang membuat aku trauma walaupun nggak nyambung sama traumaku itu.

Jadi begini, dulu pas aku masih jadi santri di Jogja, aku ada ekskul renang dan semua santri wajib mengikuti ekskul itu, otomatis aku ikut. Pas aku sudah sampai di sana dan sudah renang, aku ajak salah satu temanku renang dari ujung ke ujung. Dia mengiyakan ajakanku. Saat di tengah jalan, tiba-tiba dia berhenti karena tidak kuat nafasnya. Aku di depannya, otomatis dia menarik kerudungku. Aku yang nggak siap dengan tarikannya langsung ke bawah. Aku langsung menjulurkan tanganku ke atas sambil melambaikan tanganku. Salah satu temanku yang melihat lambaian tanganku langsung melemparkan pelampung. Aku berhasil menangkap pelampung itu. Langsung saja aku dorong temanku yang tadi menarikku dengan pelampung dan aku langsung lanjutin renang. Sesampainya di pinggir kolam, aku hanya duduk sambil berusaha mengatur nafasku yang ngos-ngosan karena kejadian tadi.

Oke, balik lagi ke cerita sebelumnya. Setelah 2 jam berenang, aku langsung naik ke atas dan mandi. Setelah mandi, aku makan bekal yang dibawa sama Teh Fathim. Setelah 4 jam kita di sana, kita pulang dan sampai di asrama ba’da dzuhur. [Shafira Azzahra, kelas 3 SMP]

By Administrator

Pesantren MEDIA [Menyongsong Masa Depan Peradaban Islam Terdepan Melalui Media] Kp Tajur RT 05/04, Desa Pamegarsari, Kec. Parung, Kab. Bogor 16330 | Email: info@pesantrenmedia.com | Twitter @PesantrenMEDIA | IG @PesantrenMedia | Channel Youtube https://youtube.com/user/pesantrenmedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *