Loading

Pagi ini, hari Jum’at,  5 Oktober 2012, aku dibangunkan sekitar jam 3 pagi. Aku sholat tahajud sambil menunggu antrian mandi. Selesai sholat, kamar mandi sudah kosong dan bisa kupakai untuk mandi.

Kami sholat shubuh di Masjid. Tak seperti biasa, kami langsung pulang setelah sholat shubuh. Selain karena hari ini hari libur, hari ini, kami akan pergi menuju gunung salak. Lebih tepatnya ke Curug Luhur.

Barang-barang yang akan aku bawa sudah kupersiapkan sejak kemarin. Kami disuruh Ustadz Umar untuk membawa, pakaian ganti, handuk, minum, payung, hp, kamera, dan alat tulis. Semua barang itu, sudah kukemas dalam sebuah tas.

Oh iya. Semua santri diwajibkan untuk ikut ke curug ini. Namun, ada juga yang tidak ikut. Yaitu yang sakit dan tidak diizinkan oleh orang-tuanya.

Sebelum berangkat, kami sarapan pagi dahulu. Kami sarapan dengan lauk nughet dan tahu. Sambil sarapan, kami mendengarkan penjelasan Ustadz Umar.

Kami berangkat dalam bentuk 3 rombongan. Mobil Ustadz Umar dan 2 mobil angkot. Satu angkot untuk santri akhwat SMA,  yang satu lagi, untuk santri ikhwan dan santri akhwat SMP. Awalnya, aku dan teman-teman yang lain malu untuk masuk ke dalam angkot yang sudah diisi oleh santri ikhwan. Namun, karena sudah mau beerangkat dan tidak ada tempat lain, terpaksa naik.

Kami berangkat dari pesantren sekitar jam 7 pagi. Kami berangkat ke Gunung Salak melalui Ciomas. Perjalanan terasa sangat cepat. Di angkot, aku dan teman-teman SMP hanya diam. Bagaimana tidak diam. Kami berhadapan langsung dengan ikhwan.

Angkot yang kami naiki seperti mau mogok. Mobilnya bergoyang dengan dahsyat. Siti berteriak-teriak di angkot.

Bosan diam saja, aku yang ada di pojok angkot, melihat-lihat pemandangan. Aku tidak merasakan kalau sedang menaiki gunung. Jalannya memang naik turun dan berbelok-belok, tapi, lebih seru saat ke Curug Luhur beberapa bulan yang lalu.

Tak terasa, kami sudah sampai di gerbang Taman Wisata Alam Curug Luhur. Kami bergegas turun dari mobil angkot. Aku dapat melihat tempat parkir yang kosong. Santri akhwat yang lain langsung berfoto-foto di jembatan dekat parkir motor. Aku dan Teh Icha duduk-duduk di dekat loket. Ternyata, harga tiket masuknya sebesar Rp. 30.000, sedangkan kami, hanya membayar Rp. 25.000. akhirnya, sisanya disubsidi oleh Umi.

Kami mulai masuk. Ternyata, Taman Wisata Alam Curug Luhur adalah kolam renang. Aku dapat melihat banyak kolam renang dengan banyak fariasi. Ada yang dalam, perostan tinggi, ember tumpah, dan banyak yang lain. Namun, tempat ini sepi sekali. Hanya ada orang-orang yang berjualan tanpa pembeli.

Kami mulai menuruni sebuah tangga yang menurutku cukup panjang. Aku manggandeng tangan Adek Muhammad. Kami berjalan pelan-pelan. Takutnya terpeleset.

Awalnya, kami pergi ke Curugnya dahulu. Ternyata, curugnya itu ada di bawah jalan raya, lho. Curug ini keluar dari sebuah celah kecil. Dan sampai ke sebuah kolam. Airnya jernih dan banyak batu-batu kecil. Oh iya, jalan di sini, kicin sekali. Banyak sekali yang hampir terpeleset.

Setelah melihat dan sedikit memotret curug, kami berjalan menuju tempat duduk di dekat tempat bermain. Di sana, kami menyimpan barang-barang kami.

Setelah memastikan barang-barang kami sudah aman, beberapa dari santri akhwat mulai turun ke kolam yang paling dekat. Yaitu, kolam yang panjang perosotannya. Aku masuk ke dalam kolam bersama Adek Muhammad. Tapi, Adek Muhammad cepat naik dari kolam. Ia menggigil. Oh iya. Adek Muhammad juga naik perosotan kecil di kolam.

Teman-teman yang lain menaiki sebuah prosotan yang tinggi. Aku ingin sekali menikinya. Tapi aku tidak berani.

Kami bermain air. Berpindah-pindah kolam. Kami juga bermain air di curug. Di sana, Ustadz Umar banyak menggambil gambar kami di curug.

Setelah dari curug, kami bermain air lagi sebentar. Setelah puas bermain air, saatnya kami bergantian untuk mandi. Aku dan Siti terlambat mandi karena antri kamar mandi sambil bermain di tempat bermain.

Setelah mandi, aku dan Siti makan siang. Kami makan dengan nasi dan rendang. Rendang buatan Umi sangat enak.

Setelah makan siang, ada waktu untuk beristirahat. Aku dan Siti menggunakan waktu itu untuk mengerjakan tugas. Baik tugas fotografi, membaca fakta, atau pun menulis.

Aku meminjam kamera siti untuk memotret-motret pemandangan. Kami juga merekam video tentang Taman Wisata Curug Luhur.

Kemudian, aku dan Siti mewawancarai seorang penjaga loket kasir. Kami lupa menanyakan namanya.

Begini wawancara,

Fathimah & Siti :  Biasanya, hari yang ramai pengunjungnya itu hari apa aja, sih?

Penjaga               :  Bisasanya, hari libur dan hari Minggu. Kadang-kadang, hari Sabtu juga ramai.

Fathimah & Siti :  Kata Ibu, kalau hari Minggu itu ramai pengunjungnya. Kira-kira, berapa sih orang yang datang itu?

Penjaga               :  Maaf, ya. Kalau hari Minggu, bukan Mbak yang jaga. Ada lagi yang lain. Jadi Mbak enggak tahu.

Fathimah & Siti :  Hari ini kok pengunjungnya sepi. Apa karena sekarang hari Jum`at? Atau bagaimana?

Penjaga               :  Kalau hari biasa memang kurang ramai. Biasa aja yang masuk.

Fathimah & Siti :  Karcis masuk di sini berapa, Bu?

Penjaga               :  Satu orangnya Rp. 30.000. Itu sudah termasuk semua wahana yang ada di bawah.

Fathimah & Siti :  Biasanya, pengunjung yang datang itu, perorangan, keluarga, atau rombongan?

Penjaga               :  Kebanyakan perorangan dan keluarga.  Kadang-kadang ada juga yang rombongan. Tapi kadang-kadang. Kebanyakan perorangan. Mobil atau motor.

Fathimah & Siti :  Jarang ya ada bis?

Penjaga               :  biasanya mobil, motor. Jarang ada bis. Tapi suka ada juga. Tapi kadang-kadang. Namanya juga tempat wisata. Kadang ada kadang tidak ada pengunjungnya.

Nah, itu tadi adalah wawancaraku dan Siti kepada penjaga loket kasir.

Setelah berterima kasih kepada penjaga loket, aku dan Siti kembali memotret-motret. Kami juga merekam curug dari atas.

Ini adalah catatanku tentang Taman Wisata Curug Luhur.

Kita akan melihat tulisan Taman Wisata Alam Curug Luhur tepat di depan gerbang. Kalau kita melihat ke kiri, kita bisa melihat parkir motor. Saat itu, tempat parkir sangat sedikit. Hanya ada beberapa motor saja. Kalau kita berjalan lurus ke depan, kita akan melihat loket pembayaran di sebuah bangunan berwarna kuning. Di sebelah kanan gerbang, ada parkir mobil. Sekarang, parkir mobil sepi sekali. Hanya ada satu mobil milik Ustadz Umar. Parkir mobil terasa luas sekali.

Kami melewati lapangan parkir mobil yang luas. Saat masuk lapangan parkir, kita bisa melihat kolam di sebelah kiri. Di dekat kolam, ada pintu masuk ke kolam renang. Kami berjalan ke arah sana. Kami berjalan ke arah kanan. Di sana, ada tangga menuju ke bawah. Nah, di bawah, ada banyak sekali kolam renang.

Ada yang perosotan panjang, kolam renang dalam, kolam anak-anak, dal banyak lagi yang lainnya. Kami tidak boleh menaiki perosotan yang paling tinggi. Perosotan itu terbuat dari beton yang berlumut dan licin. Kami dilarang menaiki perosotan yang paling tinggi karena jika terpeleset akan terbentur beton.

Ada juga kolam renang khusus bayi. Ada mainannya di sana. Tapi kata Umi, di sana ada kotoran anjingnya.

Kami terus berkeliling kolam renang. Akhirnya, aku dan Siti berhenti di tempat kami menyimpan barang. Dan kami pun mengakhiri rekaman kami yang cukup panjang.

Sementara santri Ikhwan pergi ke Masjid untuk sholat Jum`at, aku dan sebagian santri Akhwat bermain di tempat bermain dekat kamar mandi tadi. Kami bermain putar-putaran. Kami bermainterlalu kencang. Aku puing dibuatnya. Teh Rani sampai muntah-muntah. Ckckck..

Akhrnya, kami sholat Zhuhur di Mushala dekat perosotan tinggi.

Setelah duduk-duduk di dekat Mushola, kami dipanggi Ustadz Umar untuk pulang. Santri-santri yang lain bercerita tentang jatuhnya mobil Ustadz Umar ke pemukiman warga.

Kami pulang. Kami pulang dengan mobil yang sama. Jalan yang sama, dan supir yang sama, tetap ugal-ugalan.

Di jalan, aku mengantuk. Tapi, aku sulit sekali tidur. Sampai akhirnya mau dekat Pesantren, aku baru tertidur. Yaa..

[Fathimah NJL, santriwati tingkat 1 SMP di Pesantren Media]

Catatan: tulisan ini adalah bagian dari tugas menulis reportase di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media

By Farid Ab

Farid Abdurrahman, santri angkatan ke-1 jenjang SMA (2011) | Blog pribadi: http://faridmedia.blogspot.com | Alumni Pesantren MEDIA, asal Sumenep, Jawa Timur

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *