Loading

32

Ujian Keseharian Bahasa Asing

Syukurku tak terbendung tatkala Allah memberiku kesempatan untuk bersekolah di Lucky Star Kindergarden ini. Kau tahu, Kawan, satu-satunya hal yang membuat Mak e, dan Ayah bangga adalah: anaknya yang bungsu ini lihai berbahasa asing khususnya Bahasa Inggris yang sedang menjadi tren sekaligus menjadi kebutuhan dunia dalam perkomunikasian saat ini.

Pernah suatu kali, atau mungkin berkali-kali, bahkan setiap kali menunggu Teacher Karina menjemput untuk berangkat ke sekolah, Istri Pak Cik Subuh, Mak e, dan Mak Cik Tini akan memintaku menerjemahkan buku cerita anak yang tak banyak halamannya. Buku itu dibelikan oleh Istri Pak Cik Subuh yang senantiasa berbaik hati padaku dan keluargaku.

Kebetulan, saat itu salah satu buku yang disodorkan padaku adalah buku yang bertema sekolah. Buku yang sangat ringan kosa katanya untuk dibaca oleh anak yang baru belajar Bahasa Inggris macam diriku. Sontak, setelah aku berhasil menerjemahkan buku tersebut, mereka yang dari tadi memperhatikanku membaca sambil menjelaskan pada mereka maksud dari buku itu ke dalam Bahasa Melayu, tak henti-henti berdecak kagum. Pujian demi pujian terlontar padaku.

Jujur saja, Kawan, kau pasti pernah berada di posisi macam aku. Dibangga-banggakan orang secara berlebih, padahal diri ini tak sehebat yang dikira. Sejujurnya, aku ini tak lihai-lihai sangat dalam menerjemahkan Bahasa Inggris. Di buku itu, ada banyak kosa kata yang belum kuketahui dan begitu asing bagiku. Namun, rasa gengsi menelan semua keraguan akan ketidaktahuan. Untung saja, buku itu disertakan gambar, sehingga diriku, yang tadinya berdebar tak tahu hendak menjelaskan apa, langsung menyimpulkan alur cerita dari ilustrasi tersebut dengan rasa percaya diri.

Setiap kali ada kata-kata yang tak kuketahui, selalu kutanyakan pada Teacher Romla. Guru yang paling baik di antara yang lain. Sifatnya sangat berlawanan dengan Teacher Kirana yang tak kenal iba itu.

Jika Bahasa Inggrisku diuji dengan membaca buku cerita, lain halnya dengan Ayah yang menguji Bahasa India-ku dengan lagu kesukaan Mak e, Lagu Bollywood, khusunya Shahrukh Khan. Perlu kutegaskan padamu, Kawan. Di antara semua bahasa yang aku pelajari di sekolah, hanya Bahasa Inggris-lah yang bisa kukuasai dengan baik. Kenapa? Karena setiap hari kugunakan. Everytime, everywhere in school. Bahkan Neng Sus yang tak kalah lihainya dalam berbahasa Inggris pun mulai berbicara Inggris denganku. Dan itu benar-benar meringankanku dalam belajar.

Lah, Ayah ini malah coba-coba mengetesku dengan Bahasa India. Disuruhnya aku menerjemahkan lagu yang dinyanyikan oleh Shahrukh Khan. Aduh, pening kepalaku. Biasanya aku menggaruk-garuk kepala dulu, lalu menjawab sebisaku. Aih, kurasa lagu yang dinyanyikan Shahruk Khan itu penuh dengan kosa kata dewasa. Aku hanya memahami kata penghubungnya saja. Payah!

Sungguh demikian buruknya Bahasa India-ku sampai aku tak diikutkan kelas menulis Aksara Tamil. Kata temanku yang asli India,

“Kami yang asli India saja tak reti tulisan macam, ni. Susah.”

Tengok. Mereka saja mengeluh, apalagi aku.

Tapi kalau hendak berterus terang tentang kelemahan Bahasa India-ku, gengsi-lah pula. Entah cemooh jenis apa yang akan Ayah lontarkan nantinya.

Eih, jangan kira Mak e dan Ayah tak sering ejek anak sendiri. Mak e, kalau Matematiku buruk nilainya, dihina habis-habisanlah aku. Ayah, kalau aku tak menghasilkan apa-apa dari apa yang sudah kulakukan, dihinanya lebih buruk lagi.

Macam mana aku boleh tahan?!

Kalau Bahasa Cina, beruntung sedikit. Paling aku hanya disuruh menerjemahkan aksaranya saja. Maklumlah, di tempat yang kita tinggal ini banyak sekali aksara-aksara Cina yang tak ada terjemahnya.

Ah, pasal mimpiku yang hendak bersekolah di SJK Cina Boon Beng, kutaksir akan aku dapatkan, walau belum diberi tahu oleh Allah macam mana caranya. Namun dengan tempat tinggalku yang ternyata sekolah kuno SJK Boon Beng, aku yakin ini tanda-tanda yang baik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *