Loading

26

First Day First Class

Sampailah di sekolah. Aku mengikuti teman-teman yang masuk ke sekolah yang bernuansa rumah ini dengan sedikit debaran.

“Good Morning, Teacher.” Ucap murid-murid yang masuk melewati Cikgu yang sedang menjaga pintu masuk. Aih, apa pula ini? Kemarin disuruhnya aku memanggil dia ‘Cikgu’. Sekarang ‘Teacher’.

Walau dalam keadaan tak mengerti, kuikuti sajalah.

“Good Morning, Teacher.”

“Good Morning, Natasha. Have a nice day for your fisrt class.” Ujarnya sambil mengepalkan tangannya dengan ramah sekali.

Aku tak paham apa yang barusan dia katakan. Namun kutaksir dari gerakannya barusan, aku yakin kalau dia sedang menyemangatiku. Kubalaslah dengan anggukan dan senyum tertahan.

Aku dimasukkan ke kelas tiga yang mana kalau di sini kami menyebutnya, Kinder Three, karena umurku kini sudah menginjak enam tahun.

Di sini, hanya aku yang berkebangsaan Indonesia. Sedangkan di sini semuanya—kecuali aku—berkebangsaan Cina dan India. Aku baru tahu kalau di sini harus berbicara dengan Bahasa Inggris. Dilarang memakai bahasa yang selain Bahasa Inggris.

Tak begitu sulit bagiku. Tinggal ikuti saja apa yang dikatakan. Tak hanya Bahasa Inggris yang diajarkan di sini. Bahasa Cina, Bahasa India, dan Bahasa Malaysia diajarkan di sini. Sangat disayangkan tak ada Bahasa Jawa yang diajarkan di sini. Kalau tak ada yang bisa mengajar, biar aku yang mengajarkan. Itupun kalau mau. Dan sepertinya tidak ada yang mau. Sudah pusing dengan pelajaran bahasa yang ada.

Makan siang yang disediakan sebelum pulang di sini sangat mengasyikkan. Bubur sup dan nasi sup. Nikmat sekali. Aku selalu kekurangan. Padahal kami sudah belajar selama setengah hari. Ya, di sini kami sekolah mulai jam delapan pagi sampai dengan jam dua belas siang. Padahal di tadikaku dulu aku hanya sekolah dua jam! Lebih banyak main daripada belajar. Sedangkan di sini, lebih banyak belajar daripada bermain.

Apa yang dikatakan Mak e tadi pagi benar adanya bahwa buku yang akan kubawa bukanlah buku yang berukuran buku tabungan, melainkan buku-buku tebal macam anak sekolah menengah. Buku Bahasa Cina, Buku Bahasa Inggris, dengan total semuanya enam jenis, dan paling tebal di antara yang lain. Itu saja sudah berat. Belum lagi buku tulis dan buku-buku pelajaran lain macam Matematika, Bahasa Melayu, buku gambar, dan semacamnya menumpuk beban di bahuku.

Karena tak kuat dengan beratnya, kuseretlah tasku ini. Tak hanya aku, teman-teman yang lain pun melakukan hal yang sama.

Ketika jam dua belas lewat tiga puluh menit, kami bersiap untuk pulang. Ada sebagian murid yang tidur siang di sini. Sebelumnya mereka dimandikan dulu oleh para guru di sini, lalu dibuatkan susu, dan tidur siang bersama. Ini diperuntukkan untuk murid-murid yang orangtuanya sibuk, belum pulang kerja, jadi akan dijemput nanti sore setelah jadwal tidur siang selesai.

Uh! Semakin takjub saja aku dengan sekolah baruku ini.

Segala puji bagi-Mu, Ya Allah, Tuhan semesta alam.

By natasha

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *