Loading

NGAJI-3dJudul               :     Ngaji, Sampai Nanti Sampai Mati

Penulis           :     Oleh Solihin

Penerbit        :     Gema Insani Press

Halaman        :     128 Halaman

Sinopsis         :     Hare gene… belum ikutan ngaji? Please, deh. Kok jadi ketinggalam zaman gitu? Memang ngaji itu ngapain aja? Jangan salah. Ngaji itu enggak cuma baca Al-Qur’an, enggak cuma belajar sejarah nabi. Ngaji itu bisa sambil traveling, sambil lihat air terjun, sambil makan, dll.

Ngaji nggak Cuma untuk orang tua, tapi juga untuk kawula muda. So, setiap oeang perlu ngaji.

Ngaji, Sampai Nanti Sampai Mati adalah kalimat yang pas untuk menggambarkan bahwa ngaji itu enggak sia-sia dan berlaku seumur hidup.

Yuk, bedah manfaat ngaji dari tulisan Kang Oleh ini, penulis buku remaja Best Seller!

Resensi saya:

Penerbit Gema Insani Press pada Februari 2011 kembali menerbitkan buku menarik untuk remaja. Buku ini memiliki sampul depan bertuliskan; Ngaji, Sampai Nanti Sampai Mati {Karena Cinta, Kita Mengaji}. Sang penulis yang sudah banyak menerbitkan buku-buku remaja best seller ini seperti biasa mengemas tulisannya dengan bahasa remaja yang gaul, ringan, dan sesuai dengan cara pandang remaja saat ini.

Oleh Solihin menuliskan tulisan inspiratif menjadi lebih komunikatif. Menggunakan kata “kita” sebagai sudut pandang. Misalnya:

“Aku Harus Bisa”

Memang harus merusaha untuk bisa. Jika kita bisa melakukan perbuatan buruk mestinya awalnya ragu, kenapa tidak bisa mencoba sekuat tenaga untuk melakukan perbuaan baik meski awalnya berat? Iya enggak sih? (Hal 23)

Oleh Solihin juga memberikan pencerahan untuk beberapa masalah yang terpapar sebelumnya dalam buku. Misalnya:

“Kan Kuraih Bintang-Bintang”

Sebagai orang yang sudah ‘menjerumuskan’ dirinya di jalan dakwah, tentu kita punya banyak keinginan. Termasuk “kak kuraih bintang-binang”. Itu wajar saja. Sangat boleh. Tak masalah selama itu halal. Setiap orang punya cita-cita. Punya tujuan hidup yang mungkin aja sama, tetapi cara menempuh dan menikmati perjalanan menuju tujuan akhir itu sedikit berbeda. Mungkin juga banyak berbeda. Tak mengapa. Selama itu mubah silakan, apalagi halal. (Hal 59)

Tidak lupa, untuk memperkuat penjelasan, Oleh Solihin juga menyisipkan beberapa dalil berupa Al-Qur’an atau Hadits. Misalnya:

Sabar, Bro. Semua ada hikmahnya. Bukankah Allah SWT sudah berfirman (yang artinya):

“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?” (Al-‘Ankabuut: 2) (Hal 54)

“Siapa saja yang menyeru manusia pada hidayah, maka ia mendepatkan pahala sebesar yang diperoleh orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka.” (HR Muslim) (Hal 75)

Untuk bonus dari penulis, Oleh Solihin menyelipkan lirik lagu, tips, serta puisi yang berkaitan dengan pembahasan.

Peresensi : Fathimah NJL

[Fathimah NJL, Santriwati Angkatan ke-1 Jenjang SMP, Pesantren Media]

By Fathimah NJL

Santriwati Pesantren Media, angkatan ke-5 jenjang SMA. Sudah terdampar di dunia santri selama hampir 6 tahun. Moto : "Bahagia itu Kita yang Rasa" | Twitter: @FathimahNJL | Facebook: Fathimah Njl | Instagram: fathimahnjl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *