Loading

SEKIPAN HARI TERAKHIR

Minggu, 16 Oktober 2016

Aku terbangun dan menyadari ada yang berbeda malam ini. Setelah aku membuka mata, ternyata memang berbeda. Aku terbangun dan melihat aku terbungkus sleeping bag. Kemudian aku ingat bahwa kemarin, aku tidur bersama semua peserta dan panitia acara Temnas di dalam tenda di bukit Sekipan, Tawangmangu.

Aku tidak langsung duduk. Tetapi mengambil hp yang kusimpan di atas kepalaku. Ternyata masih jam 2 pagi. Akhirnya aku memutuskan untuk memasukkan diri lebih dalam ke sleeping bag dan menutup kepalaku dengan tudungnya. Aku malas sekali bangun. Karena hawanya dingin sekali. Memang sleeping bag membuatku sedikit merasa hangat. Tapi tetap saja kakiku merasa dingin di balik kaos kaki. Aku tertidur sambil menekuk kakiku dalam-dalam. Aku terbangun lagi ketika alarm hpku berbunyi. Namun orang lain belum ada yang bangun. Karenanya aku mematikan alarm dan tidur lagi. Yah..

Aku terbangun lagi ketika mendengar suara Adzan Shubuh. Saat aku bangun dan duduk, orang-orang juga mulai bangun. Aku belum melepas sleeping bag dari kakiku. Aku berpikir, bagaimana kami akan berwudhu? Pasti airnya dingin sekali.

Orang-orang mulai berdiri dan keluar dari tenda. Mereka juga melipat sleeping bag mereka. Akhirnya aku melakukan hal yang sama. Aku melipat sleeping bag dengan serapi mungkin, kemudian memasukkannya ke dalam kantongnya, memakai sepatu, dan  keluar dari tenda. Aku keluar berbarengan dengan Mbak Nadiah. Karenanya kami pergi ke toilet umum bersama.

Dan benar. Airnya dingiiiin sekali. Setelah berwudhu, aku menunggu sebentar di depan toilet. Menunggu orang lain yang akan kembali ke perkemahan juga. Dan aku kembali bersama Mbak Nadiah lagi. Kami sholat berjama’ah di tenda.

Kami turun lagi ke bawah untuk sarapan. Panitia telah memesankan kami soto ayam. Soto ayamnya enak sekali. Karena soto ayam dan tehnya hangat. Hawa di perkemahan ini dingin sekali, jadi rasanya nikmat sekali.

Setelah makan, aku melihat kandang burung merak bersama teman-teman dari HSG Khoiru Ummah Tanjungsari.

Kami berkumpul lagi di perkemahan untuk lomba masak. Peserta telah dibagi 3 kelompok. Satu kelompok berisi 5 orang. Kami diberikan kompor buatan dari kaleng, satu gelas spirtus, satu gelas minyak goreng, dan satu plastik tepung kanji. Panitia juga menyediakan garam dan kecap untuk bersama. Sekarang, tinggal perkelompok yang memikirkan dan membuat masakannya.

Aku sekelompok dengan Zadia dari Pesantren Media, Mbak Nadiah dari Nahdhatul Muslimah, Meli dari Khoiru Ummah Tanjungsari, dan Fira dari Khoiru Ummah Bantul. Kami merencanakan apa yang akan kami masak. Aku tidak terampil dalam memasak. Jadi, aku menawarkan diri untuk menjadi bagian yang mengambil bahan, mencuci barang, dan menyiapkannya. Pokoknya sebagai seksi lari-larilah.

Rencananya, kami akan membuat aci yang digoreng, yaitu cireng. Tapi, pada awalnya adonan kami sedikit gagal. Karena untuk adonannya terlalu banyak dan belum terlalu panas saat dimasak. Tetapi dengan bantuan dari panitia, akhirnya adonannya sedikit terlihat bisa diolah.

Kami memasukkan adonan ke dalam kocokan telur. Sehingga saat digoreng, cirengnya berubah menjadi aci telur atau disebut cilur. Api berkali-kali padam. Tapi kami berhasil menyalakannya lagi dibantu Mbak Ara. Aku menyebutnya sang penyulut. Hihi.. Karena Mbak Ara juga membantu menyalakan api dikelompok lain. Dikelompok kami juga ada sedikit insiden. Yaitu, spirtus yang dituangkan mengenai jilbab Meli dan membakarnya. Untungnya api langsung segera kami padamkan. Walau pun jilbab Meli jadi sobek, tapi banyak.

Cilur kami habis dengan cepat. Padahal kami membuatnya banyak sekali. Kata mereka Cilur kami rasanya enak. Alhamdulillah.

Setelah memasak, kami bermain game. Kami berbaris sesuai dengan kelompok masak tadi. Masing-masing peserta diberi satu kertas. Kami juga menyiapkan pulpen kami. Permainan yang akan kami mainkan namanya adalah tebak gambar. Kami berbaris menghadap ke belakang. Satu orang yang paling depan menghadap depan sendiri. Nanti ia akan diberi satu benda yang akan digambar. Kemudian orang dibaris pertama memberitahu gambarnya kepada orang dibaris kedua tanpa memberitahu gambar apa itu. Dan seterusnya. Orang yang terakhir menggambar akan ditanya gambar apa itu. Yang sulit adalah, ketika melihat gambar orang dibaris sebelumnya dan saat menggambarnya diberi waktu yang cepat.

Permainan kedua adalah tebak kata. Jadi satu kelompok akan mengucapkan satu atau dua kata yang berisi 5 suku kata secara bersamaan. Karena satu kelompok berisi 5 orang, maka setiap orang menyebutkan masing-masing suku kata secara bersamaan. Nah, kelompok lain harus menebak apa yang diucapkan kelompok itu. Misalnya, KE-RU-DUNG-ME-RAH. Setiap suku kata diucapkan bersama-sama. Sulit kalau menebaknya sendiri bukan?

Selanjutnya kami berkumpul bersama semua panitia dan peserta di dalam tenda. Mbak Diffa memberikan pendinginan dengan permainan konsentrasi. Setelah itu kami beristirahat. Aku duduk-duduk di pinggir tenda bersama teman SMPku, Cylpa. Kemudian aku turun ke bawah untuk membeli souvenir dan makanan. Aku membeli dua souvenir. Yaitu bangau kaca dan gelas mainan. Aku juga membeli jajanan. Aku tidak tahu apa namanya. Tapi itu adalah cilok yang dimasak dengan telur kocok. Bentuknya seperti bola. Rasanya memang biasa. Tapi aku menyukainya.

Saat Adzan Zhuhur terdengar, kami pergi ke toilet umum. Tapi tidak bersama-sama. Karena di bumi perkemahan ini tidak hanya disewa oleh kami saja, maka semua toilet banyak antriannya. Akhirnya kami mengantri dengan sabar dan pergi ke mushola.

Kami tidak sholat di musholanya. Melainkan sholat di tikar yang sudah digelar panitia di depan mushola. Setelah itu kami makan siang. Kami diinstruksikan untuk menyiapkan barang-barang kami. Setelah itu kami semua berbaris di depan tenda untuk acara penutupan. Para perserta diberikan hadiah dari sponsor. Kemudian kami berfoto bersama.

Kami menunggu bus yang akan menjemput kami sambil duduk-duduk dan berfoto. Oh iya. Sebelumnya, kami juga bertukar nama dan sosmed kami. Supaya kami bisa saling menghubungi setelah pulang ke daerah masing-masing.

Singkat cerita, bus datang dan akhirnya kami melalui perjalanan panjang menuju asrama Panatagama di Jogja.

JOGJA HARI TERAKHIR

Senin, 17 Oktober 2016

Aku terbangun oleh alarm hpku jam 3 pagi. Sebenarnya aku masih malas bangun. Tapi kemarin aku sudah bertekad untuk mandi dan keramas di pagi hari. Karena itu aku bangun dan pergi ke kamar mandi. Oh iya. Saat ini aku dan teman-teman Pesantren Media sedang menginap di salah satu asrama Pesantren Panatagama. Kami akan kembali ke Bogor sore ini dengan kereta api.

Selesai mandi, badanku terasa segar. Pagi hari di Jogja tidak sedingin di Tawangmangu. Karena itulah aku berani mengguyur kepalaku dengan air. Setelah aku keluar kamar mandi, barulah yang lain bangun dan bergantian ke kamar mandi. Aku sudah sejak SMP tinggal dikehidupan pesantren, jadi aku tahu betul. Agar tidak mengantri saat mandi, maka mandilah lebih awal. Hihi..

Sembari mengeringkan rambutku, aku mulai mengetik di hp. Setelah menyelesaikan satu laporan, aku mengobrol bersama teman-temanku. Rencananya, kami akan pergi ke Malioboro sampai sebelum Zhuhur. Rencana ini telah kami buat bahkan saat kami baru berangkat dari Bogor.

Jam 7 pagi, kami pergi ke luar asrama untuk mengantar baju kotor ke laundry dan mencari tempat untuk sarapan. Kami pergi diantar Wina. Wina adalah salah satu dari dua pemateri dari Panatagama yang menjadi favoritku. Aku kagum sekali padanya.

Karena sampai pasar toko laundry belum ada yang buka atau menyediakan laundry cepat, akhirnya kami memutuskan untuk sarapan dahulu. Kami sarapan di sebuah warung nasi dekat pasar. Saat kulihat daftar harga di menu, aku memilih untuk memesan nasi orak-arik dengan harga Rp. 7.000. Amilah menanyakan Wina apakah ia ingin memesan juga. Ternyata Wina sedang puasa. Aku semakin kagum kepadanya.

Selesai makan, Wina memberitahu kami tempat Laundry yang bisa menyelesaikan cucian kami siang hari ini. Akhirnya kami pergi ke sana. Aku benar-benar merasa aneh. Laundry di Jogja perkilonya hanya Rp. 3.500. Laundry di Bogor harganya bahkan 2 kali lipatnya. Kata penjaganya, kalau mau selesai cepat, biayanya 2 kali lipat. Maka cuciannya akan bisa diambil jam 2 siang, sebelum kami pergi. Wah.. Itu adalah hal yang sangat baik bagi kami. Karena harganya yang murah dan kerjanya yang cepat. Alhamdulillah.

Aku kembali ke asrama untuk mengambil beberapa tambahan uang. Aku tidak membawa tas atau dompet. Rompiku ini sudah sangat serbaguna. Aku tidak perlu membawa apa-apa. Hehe..

Kami pergi diantar Wina dan Ari. Kami berlima ditambah Wina dan Ari berangkat menuju halte Bus Trans Jogja Blok O. Malangnya bagi kami karena pagi ini, para supir Bus TJ, singkatan dari Trans Jakarta, sedang mogok kerja. Hufft.. Setelah menunggu dan berpikir sebentar, akhirnya kami memutuskan untuk memakai taksi saja. Taksi ini memang sudah saling kenal dan sering mengantar orang-orang Panatagama. Alhamdulillah.

Kami sampai di Malioboro yang sepi karena masih pagi. Tapi tak masalah. Aku membayarkan taksi seharga Rp. 45.000. Benar-benar membuatku semakin ingin tinggal di Jogja yang serba hemat ini dibanding Bogor.

Kami bertujuh berjalan di trotoar Malioboro. Terkadang kami berhenti untuk membeli atau hanya melihat saja. Aku mengeluarkan uangku sebanyak Rp. 10.000 untuk gantungan kunci dan gelang. Tak ada yang ingin kubeli sebenarnya. Karena sejujurnya, ini adalah kesekian kalinya aku pergi ke Malioboro ini. Oh iya. Aku juga membeli Brem Solo. Bagi yang ingin tahu, aku sangat menyukai Brem. Walau pun itu selalu membuatku batuk-batuk setelah memakannya.

Ari mengajak kami ke arah Beringharjo. Kemudian kami masuk ke sebuah toko bernama Bella. Bella ini adalah toko aksesoris. Yah, di sinilah kami sebagai perempuan terlena. Haha..

Yang aku ingat ketika berbelanja hari ini adalah, apa yang akan kubawakan untuk Muhammad dan Maryam? Muhammad telah member pesan yaitu sebuah surat agar aku membawakannya oleh-oleh. Sedangkan Maryam, dari umi, aku diberitahu bahwa ia sangat merindukanku hingga menangis. Huu.. Aku jadi terharu.

Akhirnya aku membelikan Maryam gantungan kunci boneka. Sebenarnya ada 6 buah. Maryam kuberi 1. Sisanya untukku. Hehe.. Aku sangat menyukai boneka, terutama yang kecil dan lucu. Muhammad kubelikan gasing bamboo. Mudah-mudahan ia suka.

Kami berfoto-foto di Malioboro. Kemudian kami masuk ke Bus Trans Jogja. Alhamdulillah, busnya sudah beroperasi lagi. Singkat cerita, kami sampai di asrama Panatagama dan bersantai setelah Sholat Zhuhur. Kami telah dipesankan Taksi untuk jam setengah tiga nanti. Temanku Cylpa juga akan datang dari asrama lain untuk berpamitan.

Taksi akhirnya datang dan kami berpamitan kepada semua orang termasuk Bu Aini. Oh iya. Sebelumnya kami juga berpamitan dengan teman-teman dari HSG Khoiru Ummah Tanjungsari. Cylpa mengantar kami sampai ke taksi di jalan depan asrama. Sampai berjumpa lagi, kawan-kawan!

Kami pergi menuju Stasiun Lempuyangan. Jadwal kereta Bengawan yang akan kami naiki adalah jam 15.30 WIB. Kami berlima tidak satu gerbong. Aku dan Amilah di gerbong 6. Zadia, Zulfa, dan Zuyyina di gerbong 5. Kami menunggu sebentar, mencetak tiket, dan masuk ke dalam kereta.

Aku tidak bisa bersantai di perjalanan ini. Alasannya adalah karena penumpang disebelahku adalah remaja laki-laki dan ayahnya. Hingga akhirnya aku tertidur sambil bersandar di jendela. Aku terbangun pada saat hari sudah gelap. Penumpang di depanku telah berganti. Yaitu Budenya remaja laki-laki tadi. Alhmadulillah, bisa lebih santai. Aku juga mengobrol sedikit dengan Bude itu dan ibu-ibu sebelahku. Oh iya, aku bertukar kursi dengan Amilah agar Amilah bisa tidur bersandar di jendela. Ternyata kedua ibu itu juga pergi ke Bogor. Walau pun dengan tujuan dan asal yang berbeda.

Kemudian aku tertidur lagi dan terbangun ketika kereta berhenti di Stasiun Bekasi. Alhamdulilah, sebentar lagi sampai. Sebelumnya aku telah diberitahu ustadz Oleh dan umi bahwa kami akan dijemput di Stasiun Pasar Senen. Setelah itu hpku mati karena kehabisan daya batere.

Kami sampai di Stasiun Pasar Senen dan bertemu umi dan ustadz Oleh keesokan harinya.

PULANG KE BOGOR

Selasa, 18 Oktober 2016

Kami bertemu Umi dan Ustadz Oleh sekitar jam 1.30. Kami dijemput dengan mobil Panther. Aku dan Zulfa duduk bersama tas-tas di belakang. Setelah mobil berada di jalan, aku sudah terlelap di atas tas-tas.

Aku dibangunkan untuk Sholat di Rest Area Cibubur Square. Begitu keluar dari mobil, kakiku langsung kesemutan sehingga jalanku terpincang-pincang. Mall Cibubur Square sudah gelap. Kalau aku datang sendirian, mungkin sudah kulafazkan Surat Al-Fiil sambil berjalan menuju Mushola di lantai 3. Setelah Sholat Maghrib dan Isya’ yang dijama’ mutakhir, kami kembali ke mobil. Dan aku langsung menyesuaikan diri untuk tidur lagi. Jangan salahkan aku. Aku sudah sangat lelah. Zzz..

Mungkin karena jalanan sepi kami sampai di Pesantren Media dengan cepat. Aku tidak tahu karena aku terbangun ketika mobil sudah berhenti. Aku dan Amilah masuk ke kamar kami jam … Aku membuka langsung membuka kerudung, rompi, jilbab dan kaos kaki. Tanpa menggelar kasur, aku langsung meletakkan kepalaku di bantal dan membaca do’a tidur.

Kami diperbolehkan berlibur sehari lagi yaitu hari ini. Karenanya setelah Sholat Shubuh, kuputuskan untuk berbaring lagi. Aku tidak tidur. Hanya berbaring saja. Tak lama Muhammad masuk ke kamar dan menyapaku. Wah.. Aku sangat merindukannya. Nantinya aku akan bertemu Maryam. Dan Muhammad mengatakan, “Kakak pulang dari Jogja jadi nggak kayak Kak Ros. Jadi baik.” Wah.. Mungkin aku harus sering-sering ke Jogja. Hihihi…

—Selesai–

 [Fathimah NJL, Kelas 2 SMA, Pesantren Media]

By Fathimah NJL

Santriwati Pesantren Media, angkatan ke-5 jenjang SMA. Sudah terdampar di dunia santri selama hampir 6 tahun. Moto : "Bahagia itu Kita yang Rasa" | Twitter: @FathimahNJL | Facebook: Fathimah Njl | Instagram: fathimahnjl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *