Loading

Oleh Umar Abdullah

Ke Islamic Book Fair (IBF) merupakan agenda wajib bagi kami. Apalagi ke IBF yang diselenggarakan IKAPI Jakarta. IBFnya merupakan pameran buku Islam terbesar di Indonesia. Kami memandang santri Pesantren Media harus mendatangi ajang ini. Karena merekalah yang akan mewarnai samudra buku Islam di Indonesia masa depan.

Dua Rombongan

Berangkatlah kami pada hari Ahad pagi tanggal 10 Maret 2013 jam 09.30. Rombongan dibagi dua. Sebagian naik Kereta Api Commuter sampai Stasiun Cawang lalu dilanjutkan naik Bus Trans Jakarta ke Senayan. Sebagian lagi naik mobil Avanza milik Ketua Yayasan Mutiara Ummat, Yayasan yang menaungi Pesantren Media. Mobil dipakai untuk membawa makanan dan minuman, juga untuk mengangkut santri yang diperkirakan staminanya kurang kuat untuk aktivitas dari pagi hingga petang. Mobil juga berfungsi sebagai base camp bagi rombongan Pesantren Media di Senayan nanti.

Adapun dipilih naik kereta api karena sebagian santri, khususnya yang dari Kalimantan, ingin mencoba rasa naik kereta. Kata mereka, di Kalimantan tidak ada kereta!

Kurang Toilet

Sampai di Senayan menjelang Zhuhur. Agak gerah juga, karena Jakarta hari itu terasa panas. Baru sampai Istora, adzan Zhuhur berkumandang. Tapi mushalla tenda yang disediakan panitia sudah sangat sesak. Begitu juga tempat mengambil air wudhu.

Kami ke toilet dulu, karena sudah kebelet pipis. Tapi alamak toiletnya kurang banget. Para kebeleters itu harus mengantri panjang. Mungkin panitia kurang mengantisipasi lonjakan pengunjung yang datang di hari terakhir pameran itu. Kasihan banget para akhwat yang mengantri panjang mengular. Untungnya kami dapat informasi bahwa di dalam Istora ada juga toilet. Alhamdulillah tidak terlalu mengantri. Tahu kan sebabnya? Yup, betul, karena harus bayar dua ribu sekali pipis.

Sambil menunggu tempat wudhu dan mushalla agak longgar, kami makan siang dulu. Menunya: nasi putih, telur mata sapi, dan air mineral. Alhamdulillah bisa menjinakkan perut yang mulai memainkan orchestra keroncong.

Masuk ke Arena Pameran

Arena Islamic Book Fair di Gedung Istora Senayan Jakarta. Istora bentuknya segiempat. Gedung lama di komplek olah raga Senayan. Nampaknya Istora sudah tidak mampu menampung jumlah stand yang ada. Ada tambahan tenda putih untuk menampung stand-stand tambahan. Musholla yang tahun lalu ada di salah satu sisi Istora sekarang diletakkan di tempat parkir. Sangat wajar, karena perkembangan penerbit buku Islam melonjak tajam sepuluh tahun terakhir. Di toko-toko buku pun koleksi buku Islam cukup mendominasi.

Kami membagi santri menjadi 3 kelompok: Kelompok Santri Ikhwan, Kelompok Santriwati SMA, dan Kelompok Santriwati SMP. Mereka harus tetap dalam kelompoknya di tengah ribuan pengunjung lainnya. Perhitungannya, jika tersesat tidak sendirian.

Selain berbelanja dan menambah wawasan tentang produk media Islam, para santri punya tugas membuat semacam laporan kunjungannya ke IBF Senayan. Sepertinya mereka akan membuat karya audio visual, satu skill yang mereka pelajari di semester genap ini. Kita tunggu saja hasil karyanya.

Saya sendiri harus mengantar tiga anak saya yang juga ikut. Mereka masih kecil-kecil: 10 tahun, 8 tahun, dan 3 tahun. Sejak dari rumah mereka sudah merencanakan membeli VCD dengan uang tabungan mereka sendiri. Sebentar saja mereka sudah mantengin stand VCD. Usai membeli dua VCD, mereka minta ke mobil. Bagi mereka, target sudah teraih.

Laris Manis Tanjung Kimpul

Sebersit bahagia menggelayut melihat antusiasme pengunjung terhadap media Islam. Ada buku dan VCD. Sekarang juga ditambah produk herbal dan pakaian. Kata salah seorang penjaga stand, baru Sabtu dan Ahad ini mereka kewalahan melayani pengunjung. Hari-hari sebelumnya sepi. Mungkin orang Jabodetabek ada kesempatan ke Senayang baru Sabtu dan Ahad. Hari lainnya kerja dan sekolah. Tapi mungkin juga mereka menunggu hari terakhir pameran. Karena biasanya ada diskon gede-gedean. Ada stand yang menjual buku apa saja dengan harga lima ribu rupiah.

Para penjaga stand tampak kewalahan. Pengunjung berjubel dari pagi tadi hingga sore, mungkin juga sampai malam. Tak apa, kelelahan berbalas keuntungan. ”Laris manis tanjung kimpul, barang abis duit ngumpul,” begitu kata orang Jakarte.

Aneh, Umrah bersama Limbad

Ada hal yang aneh di tengah Islamic Book Fair kali ini. Tertempel poster ”Umrah bersama Master Limbad”. Pertanyaan sederhananya, apa untungnya umrah bersama dia? Keterkenalan seseorang, entah terkenal kebaikannya atau terkenal keburukannya, dijadikan iming-iming untuk berumrah.Nampaknya jasa-jasa umrah mulai ada yang ”aneh” dalam menjalankan usahanya. Lebih mengkhawatirkan lagi jika niat orang berumrah ketambahan niat yang lain selain niat semata-mata beribadah. Bertaubatlah!

Halalkah Beli Emas ’Secara Kredit’?

Hal yang juga aneh adalah penawaran BNI Syariah. ”Dengan 20ribuan per hari anda dapat memiliki 50 gram emas logam mulia”, ”Proses cepat jangka waktu 2 s/d 5 tahun”. Berarti batangan emas tersebut tidak berpindah ke tangan pembeli sejak pembayaran pertama, alias masih di tangan bank. Baru diberikan setelah 2 atau 5 tahun kemudian. Glek! Berarti si pembeli hanya dicatat sebagai ’pembeli’. Walah! Jual beli emas yang tidak cash saja sudah dipertanyakan kehalalannya, apalagi jual beli tanpa berpindah tangan barang yang diperjualbelikan. Seharusnya Panitia IBF lebih selektif menerima stand-stand dari bank yang seolah-olah syar’i ini.

Ensiklopedi Hadits Kitab Sembilan Imam

Ini dia CD Software hadits yang sudah lama ingin saya miliki. Setahun yang lalu CD tersebut sudah beredar. Isinya sangat membantu penambahan khazanah pengetahuan al-Hadits. Waktu itu saya ingin membelinya. Seingat saya dulu harganya Rp 225.000 (setelah didiskon). Sayang, waktu itu sedang tidak punya uang. Sekarang harganya sudah naik jadi Rp 389.000. Setelah didiskon jadi Rp 360.000. Sayang, kali ini pun belum bisa terbeli. Uang tinggal Rp 100.000 di kantong. Insya Allah pada kesempatan yang lain Allah akan memudahkan saya untuk membelinya. Soalnya CD ini penting banget! Al-Hadits, bro!

Saatnya Pulang

Jam 16.30 sudah ada empat santri yang kelelahan. Itulah sinyal kami harus memutuskan untuk segera pulang sebelum lelah meradang. Agar ada bahan bakar tambahan, kami makan sore dulu. Tak disangka sesi ini sudah ditunggu-tunggu oleh para santri. Ternyata mereka sudah kelaparan berat. Mungkin tenaganya terkuras untuk keliling-keliling di pameran.

Kali ini menunya: nasi putih, rendang daging, dan air mineral. Semuanya bersemangat menyantapnya. Rata-rata santri ikhwan sampai nambah dua bungkus[]

 

[GALERI FOTO JALAN-JALAN KE IBF SENAYAN JAKARTA]

By Administrator

Pesantren MEDIA [Menyongsong Masa Depan Peradaban Islam Terdepan Melalui Media] Kp Tajur RT 05/04, Desa Pamegarsari, Kec. Parung, Kab. Bogor 16330 | Email: info@pesantrenmedia.com | Twitter @PesantrenMEDIA | IG @PesantrenMedia | Channel Youtube https://youtube.com/user/pesantrenmedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *