Loading

Oleh Fathimah NJL

Tugas Tafsir di Pesantren Media

 

PENGERTIAN JADALUL QUR’AN

Jadal dalam arti bahasa adalah “Kusut”. Sedangkan menurut istilah berarti “Perdebatan dalam suatu masalah dan berargumen untuk memenangkan perdebatan (menemui kebenaran).” Dalam Bahasa Indonesia, Jadal dapat disamakan dengan debat. Debat adalah pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling member alas an untuk mempertahankan pendapat masing-masing. Jadal atau Jidal dalam Bahasa Arab dapat dipahami sebagai pembantahan dalam suatu permusuhan yang sengit dan berusaha untuk memenangkannya.

Sebagai suatu istilah, Jadal adalah saling bertukar pikiran atau pendapat dengan jalan masing-masing berusaha berargumen dalam rangka untuk memenangkan pikiran atau pendapatnya dalam suatu perdebaan yang sengit. Berbagai batasan pengertian tentang Jadal dirumuskan para ulama. Namun pada dasarnya mengacu pada perdebatan serta usaha menunjukkan kebenaran atau membela kebenaran yang ditujunya dengan berbagai macam argumentasi. Dari definisi-definisi yang ada bila hendak dibuatkan rambu-rambu, maka itu antara lain adalah;

(1) Hendaknya dengan jalan yang dapat diterima atau terpuji,

(2) Diniati untuk mendapat dalil argumen yang lebih kuat,

(3) Untuk menunjukkan aliranan/ mazhab serta kebenarannya.

Dengan rambu yang demikian itu, para pihak yang terlibat dalam jadal memang tidak harus saling membenci, walaupun pada dasarnya sulit menghidari suasana saling bermusuhan. Sebab, sebagian dari watak dasar manusia adalah memang suka membantah atau berbantah-bantahan, bahkan Tuhannya pun dibantah. (Q.S al Kahfi/18 : 54).

Artinya:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia dalam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah.”

Kenapa demikian? Sebab manusia memang memiliki potensi kebebasan untuk itu, yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lainnya . untungnya kita punya pedoman yaitu al-Qur’an yang menganjurkan jika hendak berbantahan maka berbantahanlah dengan cara yang terbaik.

 

 

 

 

BENTUK-BENTUK JADAL DALAM AL-QUR’AN

Menurut Manna’ al-Qathan dalam bukunya “Mabahits fii Ulumi al-Qur’an”, beliau menyebutkan pembagian argumentasi dalam dua bentuk yaitu :

Penyebutan Alam semesta untuk memperkuat dalil-dalil yang mengarah kepada Aqidah yang benar dalam kepercayaan, Iman kepada Allah SWT, Malaikatnya Kitab-kitab Suci, Rasul-rasulnya, dan Hari Akhir. Contoh Firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqoroh ayat 2l-22:

Artinya : “21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, 22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”

  1. Menolak argumen-argumen yang salah dari para penyeleweng. Dalam hal ini terbagi atas beberapa bagian yaitu:

 

Menyebutkan orang yang diajak berbicara itu dengan kata-kata pertanyaan, sehingga terbebas dari permusuhan dan terselamatkan dari permainan akal, sehingga mereka mengakui kesalahan yang mereka perbuat. Dalam hal ini Allah SWT berfrman dalam Surat At-Tur ayat 35:

Artinya : ”Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?”

Menurut Imam Syuyuti, untuk menyelamatkan dari perselisihan tidak harus memakai kata-kata pertanyaan saja namun bisa dengan manfu ( kata peniadaan ), atau syarat denga huruf-huruf Imtina (larangan).[12] Disebutkan Allah SWT dalam Surat Al-Mu’minun ayat 91 yaitu:

Artinya : “Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu,”

Menunjukkan dalil-dalil yang berkenaan dengan permulaan dan tempat kembali. Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an Surat Qaf ayat l5:

Artinya : ”Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru.”

Surat Fusshilat ayat 39:

Artinya : “Dan di antara tanda-tanda-Nya (Ialah) bahwa kau lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan Yang menghidupkannya, Pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Begitu juga dalam Surat Al-Qiyamah ayat36-40, At-Thoriq ayat 5-8, dimana ayat-ayat ini menunjukkan kehidupan awal didunia dengan segala isinya yang takkan habis, dan juga kehidupan setelah mati.

Artinya : “36. Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?37. Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim),38. kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya,39. lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.40. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?

Artinya : “5. Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?6. Dia diciptakan dari air yang dipancarkan,7. yang keluar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan.8. Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati).

  •  

    Memutus langsung perdebatan dengan menyebut kesalahan- kesalahan lawan. contoh dalam Surat Al-An’am ayat 91, di dalam ayat tersebut Allah swr menolak pengaduan orang-orang yahudi dengan perkataannya :

    Artinya : “Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, di kala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia”. Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya) ?” Katakanlah: “Allah-lah (yang menurunkannya)”, kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.”

    Membatasi dan membagi sesuai dengan sifat dan menolak untuk membagi salah satunya sebagai dasar hukum seperti dalam Surat Al- An’am ayat 143: :

    Artinya : “(yaitu) delapan binatang yang berpasangan, sepasang domba, sepasang dari kambing. Katakanlah: “Apakah dua yang jantan yang diharamkan Allah ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya?” Terangkanlah kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang orang-orang yang benar,”

    Kemudian Allah berfirman dalam ayat yang ke 144 :

    Artinya : “dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu. Katakanlah: “Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua betinanya? Apakah kamu menyaksikan di waktu Allah menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang membuat-buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa pengetahuan ?” Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”

    Mengunci lawan dengan penjelasan lebih banyak, dimana seolah- olah perselisihan tersebut tidak akan diakui oleh siapapun. Seperti dalam firman Allah Surat Al-An’am ayat 100 :

    Artinya : “Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan mengatakan): “Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan”, tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan[495]. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan.”

    Di sini Allah SWT menafikan dirinya dari tawallud (beranak-pinak) disebabkan keesaan-Nya, karena beranak-pinak itu menurut kita adalah harus melalui dua mahluq, dan Allah SWT tiada sekutu bagi-Nya. Contoh lainnya adalah pengakuan atas Risalah kenabian yang mana Nabi merupakan orang-orang pilihan, hal ini dicontohkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Ibrahim ayat 11.

    Artinya : “Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: “Kami tidak lain hanyalah manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.”

    Didalam kitab Al-Itqon fii Ulumil Qur’an, lmam syuyuti menyebutkan beberapa hal yang termasuk dalam bentuk Jadal diantaranya:

    1. Al-Isyjal yaitu meletakkan kata yang menunjuk kepada lawan bicara dan juga apa yang dibicarakan. Contohnya dalam firman Allah dalam Surat Ali Imron ayat194.

    Artinya : “Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji.”

    Al-Intiqol yaitu memindahkan argument yang dijadikan dalil kearah argument yang tidak dapat diikuti sehingga didalam perdebatan kadang argument tidak dimengerti maksudnya oleh lawan. contoh dalam surat Al-Baqoroh ayat 258, memaknai istilah menghidupkan dengan membebasknry disisnilah kekeliruan tersebut sehingga Allah SWT merubah argument dengan yang lainnya yaitu menerbitkan matahari dari barat.

    Artinya : “Apakah kamu tidak memperhatikan orang[163] yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berkata: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan”.[164]Ibrahim berkata: “Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.”

    Munaqodhoh, yaitu menggantungkan sesuatu dengan hal yang mustahil, yang mengisyaratkan kemungkinan terjadi. Contoh dalam Al-qur’an Surat Al-A’raf ayat 40.

    Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan.

     

     

    TUJUAN JADAL

    Jadal al-Qur’an memiliki berbagai tujuan, yang dapat ditangkap dari ayat-ayat al-Qur’anyang mengandung atau yang benuansa Jadal, di antararrya adalah :

    Sebagai jawaban atau untuk mengungkapkan kehendak Allah dalam rangka penetapan dan pembenaran aqidah dan qaidah syari’ah dari persoalan-persoalan yang dibawa dan dihadapi para Rasul, Nabi dan orang-orang shaleh. Sekaligus sebagai bukti-bukti dan dalil-dalil yang dapat mematahkan dakwaan dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kalangan umat manusi4 sehingga menjadi jelas jalan dan petunjuk ke arah yang benar. Jadal dengan tujuan seperti ini dapat dicermati contohnya mengenai dialog Nabi Musa a.s. dengan Fir’aun (Q.,s. al- Syu’ara’/26: 10-51).

    Artinya : “sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman”

    Sebagai layanan dialog bagi kalangan yang memang benar-benar ingin tahu, ingin mengkaji sesuatu persoalan secara nalar yang rasional , atau melalui ibarat maupun melalui do’a. Dari dialog-dialog tersebut, kemudian hasilnya dapat dijadikan pegangan, nasehat dan semacamnya. Untuk tujuan seperti ini dapat dijadikan contohnya adalah penjelasan Allah SWT. atas persoalan kegelisahan Nabin Ibrahim a.s. yang ingin menambah keyakinannya dan ketenangannya dengan mengetahui bagaimana Allah menghidupkan makhluk-Nya yang telah mati (Q.,S. al Baqarah/2 :260, juga dapat dilihat pada ayat 30 surat yang sama sebagai contoh lainnya.

    Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang mati.” Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu ?” Ibrahim menjawab: “Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku) Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah[165] semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

    • Untuk menangkis dan melemahkan argumentasi-argumentasi orang kafir yang sering mengajukan pertanyaan atau permasalahan dengan jalan menyembunyikan kebenaran yang memang disinyalir dalam al-Qur’an Wajaadiluu bi al Baathil liyudhiduu bihi al haq (Q.,S al Mukmin/40 : 5).

    Artinya : “Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan (rasul) dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya dan mereka membantah dengan (alasan) yang batil untuk melenyapkan kebenaran dengan yang batil itu; karena itu Aku azab mereka. Maka betapa (pedihnya) azab-Ku?”
    Sebagai contoh Jadal dengan tujuan seperti ini bisa dilihat dalam Q.,s. al Mukminun/23 : 81-83 dan Q.,s. Qaafl50 : 12-15 serta Q.,s. Yaasiin/36 : 78-79.[13]

    Artinya : “81. Sebenarnya mereka mengucapkan perkataan yang serupa dengan perkataan yang diucapkan oleh orang-orang dahulu kala.82. Mereka berkata: “Apakah betul, apabila kami telah mati dan kami telah menjadi tanah dan tulang belulang, apakah sesungguhnya kami benar-benar akan dibangkitkan ?83. Sesungguhnya kami dan bapak-bapak kami telah diberi ancaman (dengan) ini dahulu, ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu kala!”. (Al Mukminun:81-83)

    Artinya : “12. Sebelum mereka telah mendustakan (pula) kaum Nuh dan penduduk Rass dan Tsamud,13. dan kaum Aad, kaum Fir’aun dan kaum Luth,14. dan penduduk Aikah serta kaum Tubba’ semuanya telah mendustakan rasul- rasul maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah diancamkan.15. Maka apakah Kami letih dengan penciptaan yang pertama? Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu-ragu tentang penciptaan yang baru.” (Qaf:12-15)

    Artinya : “78. Dan ia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?”79. Katakanlah: “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk.” (QS. Yasin: 78-79)

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

    KESIMPULAN

    1. Jadal adalah debat, dialog antar dua pihak dengan kehendak untuk menang melalui alasan dan argumentasi. Jadal al-Qur’an ialah pengungkapan bukti-bukti dan dalil-dalil dengan tujuan untuk mengalahkan orang kafir dan para penantang sekaligus untuk menegakkan aqidah dan syari’ah, melalui pembuktian atas kebenaran yang dapat diterima oleh nurani manusia.
    2. Tujuan dari Jadal al-Qur’an antara lain untuk menetapkan aqidah tentang wujud dan wahdaniyah Allah serta petunjuk dan syari’ah bagi yang membutuhkan. Menjelaskan permasalahan secara argumantatif bagi kalangan yang memang sungguh-sungguh ingin mendapat kejelasan.
    3. Jadal al-Qur’an, dengan memahaminya dapat membantu menghampiri kebenaran kandungan, khususnya ayat-ayat yang bermuatan Jadal,yang pernah terjadi di antara berbagai kalangan yang terekam di dalam al-Qur’an. Dengan memahami Jadal al-Qur’an, akan lebih memudahkan dalam menafsirkan ayat- ayat al-Qur’an. Bagi pendidikan, jelas Jadal memiliki pengaruh kuat. sebab, di samping manusia sebagai makhluk yang thabi’iyah, juga rational dan emosional sekaligus. sehingga dengan Jadal manusia akan lebih mudah dapat diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan,mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, membina manusia yang beriman dan bertaqwa serta berakhlak mulia.

     

     

    [Fathimah NJL, Santriwati angkatan ke-1 Jenjang SMP, Pesantren Media]

    By Fathimah NJL

    Santriwati Pesantren Media, angkatan ke-5 jenjang SMA. Sudah terdampar di dunia santri selama hampir 6 tahun. Moto : "Bahagia itu Kita yang Rasa" | Twitter: @FathimahNJL | Facebook: Fathimah Njl | Instagram: fathimahnjl

    2 thoughts on “Jadalul Qur’an”

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *