Loading

“Vita aku lihat tugas matematikamu dong.”  Suara Nina terdengar samar-samar dari ujung kelas.

“Anto  bayar hutangmu.” Suara doni terdengar jelas dari depan pintu kelas.

“Ini penipuan” Meri menggerutu sendiri namun kedengaran

“ Gue beli pulsa dong Veb” Setiap hari Anto memang tak pernah absen membeli pulsa. Entah apa yang dilakukannya  tak ada yang tahu.

“Hallo ma, nanti aku gak bisa pulang cepat mau ke rumah teman.” Neni yang sedang berkacak pinggang terlihat serius di depan kelas.

“Sudahlah jangan menangis lagi doakan saja yang terbaik untuknya.” Salsa terus berusaha menenangkan hati sahabatnya yang sedang gundah di barisan belakang.

“Kalau kamu tidak mau mengembalikannya jangan meminjam.” Ita anak yang pendiam ini ternyata suaranya lantang juga jika marah.

Beginilah suasana kelas 12.A sebelum bel masuk berbunyi. Laki-laki dan perempuan bercampur dan menjadikan suasana kelas seperti suasana pasar. Anton, seorang murid yang kaya dan nakal tanpa basa basi langsung meminta uang kepada teman-temannya yang baru sampai ke kelas. Uang yang dipinta bukanlang uang pengganti karena pernah berhutang. Uang yang di maksud adalah uang keaman.

Katanya sih, uang keamanan ini seikhlasnya. Tapi kenyatannya bukan begitu. Anton meminta paksa uang teman-temannya. Satu orang dimintai uang sebesar lima ribu rupiah. Dan ia melakukan itu hampir setiap hari ketika masuk atau pulang sekolah.

Gak ada yang berani menolak permintaan Anton ini. Ya, tentu saja tidak ada yang berani. Bapaknya seorang jendral polisi dan dianya adalah salah satu anggota geng motor yang paling terkenal dan ditakuti di kota ini.

Semua murid di sekolahan  pada takut kepadanya. Bahkan beberapa guru yang mengajar di sekolahnya tidak berani menegur dan memarahi Anton jika melakukan kesalahan. Mungkin takut karena bapaknya adalah seorang jendral polisi. Hanya beberapa guru yang berani menegur bahkan sampai memberikan hukuman karena perilakunya.

Tapi Anton sangatlah jarang diberi hukuman oleh gurunya. Kerena ia sangatlah baik dan sopan di depan guru. Anton pintar banbget mendapatkan perhatian dari guru atau orang yang lebih tua dari dirinya (istilah kata pintar cari muka). Ditambah lagi, ruang kelas Anton sangat jarang dimasuki oleh guru selain jam pelajarannya.

Ini dikarenakan kelas Anton adalah kelas yang paling bandel, paling ribut dan letaknya paling ujung sekolah. Karena ini juga, ia masih dianggap murid yang baik oleh beberapa guru karena belum pernah ketahuan memalaki temannya.

Pernah suatu hari saat pulang sekolah seorang anak laki-laki yang tubuhnya lebih kecil dari Anton dimintai uang, tapi anak lelaki itu tidak memberikan uang yang diminta Anton.

“Heh Andre, sini kamu” Dengan lantangnya Anton memanggil Andre yang hendak pulang.

Dengan sopan Andre menjawab “Iya, ada perlu apa ya?”

“Udah deh, jangan sok lupa ingatan gini lo” Tapi, kesopanan Andre itu tidak mengurungkan niat Anton meminta uang kepadanya.

“Emangnya saya ada janji dengan kamu?”

“Ini bukan masalah janji, ini masalah kewajiban yang harus lo penuhi”

“Kewajiban apa?”

“Kewajiban bayar uang keamanan mas bro”

“Maaf Ton, aku ga bisa kasih uangnya sekarang. Uang ini mau ku jadikan penebus obat di apotik”

“Halah, banyak kali omongmu ini. Bulan lalau kamu bilang gak bisa karena adikmu sedang sakit, sekarang itu juga alasanmu. Rajin banget adik mu sakit” cetus Anton sambil menatap tajam mata Andre

“Tapi apa yang aku katakana ini benar kok, adikku memang sedang sakit. Ia sakit paru-paru.”

“Aku tidak percaya. Berikan uangnya atau kamu aku tonjok” Diancamannya Andre jika tidak memberikan uang yang ada di dalam saku.

“Tapi Ton” Andre berusaha membujuk Anton agar tidak mengambil uangnya.

“Sini, lama banget sih lo” dirampasnya uang yang ada di saku Andre.

“Uang itu buat nebus obat adikku. Jangan diambil, obat adikku sudah habis. Tolong kembalikan”

Namun Anton tidak menghiraukan perkataan Andre dan bergegas pulang dengan sepeda motornya. Andre hanya dapat diam tanpa melakukan perlawanan apapun. Ia tau jika melawan Anton nanti marah besar dan akan menghabisinya di perkebunan dekat sekolah sambil membawa anak-anak geng motornya.

Karena uang yang dititipkan oleh orang tuanya untuk membeli obat dirampas, maka ia tidak bisa membelikan obat yang diperlukan Adiknya. Ia hanya dapat pulang dengan tangan kosong. Tiba  di rumah ia beritahu ibu dan ayahnya apa yang telah terjadi.

“Assalamuallaikum” Raut wajah yang sedang BT terlihat jelas.

“Waalaikum salam, sudah pulang nak. Mana obat yang Ibu pesan tadi?”

“A..anu Bu, anu…” Andre berusaha memberitahu ibu dan ayahnya tapi tidak bisa.

Karena heran ibupun bertanya “Kamu kenapa anu-anu? Ibu kan Cuma minta obat adikmu kenap”

“Tadi, saat aku di sekolah. Uang yang Ibu beri untuk menebus obat dirampas Anton buk” Dicobanya untuk untuk mengatakan apa yang terjadi di sekolah.

“Anton anak Bapak Sudirman Bos ayah itu?” Tanya ibu penasaran.

“Iya Buk, benar” Jawab andre lesu

Kemudian ibupun bertanya kepada ayahnya “Gimana ini Pak? Bapak sudirman itukan galak sekali. Kalau kita bilang ke Pak Sudirman nanti bisa-bisa bapak diapa-apain seperti tahun kemarin.Obat Ayu sudah habis”

Dengan tenang ayahpun menjawab “Sudahlah bu, nanti ayah usahakan untuk cari uang lagi buat beli obatnya”

Andre merasa sangat bersalah. Ia langsung pergi meninggalkan Ayah dan Ibu untuk menenangkan dirinya yang sedang dihantui rasa bersalah itu. Di bayangkannya wajah ayah saat bekerja, bajunya basah karena keringat. Dan kemudian berbicara dalam hati, ‘ini semuah salahku, aku yang membuat uang itu jatuh ke tangan Anton’.

Karena masalah ini Andre diam-diiam membolos. Ia pergi dari rumah dengan seragam dan pulang dengan seragam. Andre membolos karena ia ingin membantu orang tuanya mencari uang untuk pengobatan adik yang sangat ia sayangi.

*****

Hari itu, dilangkahkan sepasang kakinya menuju pasar bukan sekolah. Di pasar ia berusaha mencari pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya dan uang yang dihasilkan lumayan besar. Dicobanya berbagai pekerjaan. Salah satunya adalah sebagai kuli pasar.

Tapi, pekerjaan pasar itu tidak lama dikerjakannya. Jam sepuluh pagi Andre sudah  meninggalkan pasar. Maklumlah pasar hanya ramai dan banyak pengunjungnya pada pagi hari. Dan Andre kembali melangkahkan kakinya sambil mencari pekerjaan.

Sungguh sulit mencari pekerjaan. Banyaknya lowongan pekerjaan yang dibuka tapi tidak menerima siswa SMA ini. Setelah lama berjalan kesana-kemari mencari pekerjaan akhirnya ada juga yang mau menerimanya. Sebuah salon mobil menerima jasa dirinya sebagai tukang cuci mobil.

Setidaknya pekerjaan ini menghasilkan uang tiga kali lebih banyak disbanding hasil dari pekerjaan pasar. Ia dibayar setiap hari. Baru beberapa hari saja andre dapat mengumpulkan 1/3 dari harga obat adiknya.

Belum saja terkumpul semua uangnya untuk membeli obat. Saat berada di rumah, ia mendengar percakapan Ayah dan Ibunya yang membicarakan kalau adiknya itu sangat membutuhkan obat secepatnya.

Tanpa berfikir panjang, Andrepun memberikan uang hasil kerjanya selama membolos. Ayah dan Ibu marah dan cukup kecewa karena ia membolos. Tapi apa boleh buat, semua ini sudah terjadi . Disamping itu, kedua orang tuanya juga sangat membutuhkan uang untuk membeli obat adiknya.

Uang hasil kerja Andre dan uang Hsil kerja Ayahnya digabung dan Alhamdulillah cukup untuk membeli obat. Tapi kerena sudah sangat malam, obat adiknya dibeli besok pagi.

*****

Sekitar jam 06:30 pagi Andre pergi ke apotik terdekat dengan menggunakan angkutan umum. Sesampainya di apotik Andre langsung saja memberikan resep obat yang akan ditebusnya kepada petugas. Tetapi ia mendapatkan jawaban yang tidak menyenangkan dari petugas.Petugas itu mengatakan kalau persediaan obat yang akan ditebus sudah habis dan akan datang satu minggu lagi.

Padahal adiknya sangat memerlukan obat tapi malah tidak ada. Tanpa berpikir panjang, Andre langsung pergi menuju Apotik yang ada di kota. Letaknya cukup jauh dari apotik yang pertama. Butuh waktu 3 atau 4 jam untuk sampai tempat tujuan.

Untungnya di apotik yang kedua ini persediaan obat-obatannya masih banyak dan lebih lengkap. Orang yang datang untuk menebus obat juga banyak semakin siang semakin banyak. Jadi Andre harus mengantri terlebih dahulu.

Setelah menunggu selama 30 menit akhirnya Andre mendapatkan obat adiknya. Ia langsung pulang kerumah dengan menggunakan angkutan unum. Ketika sampai di depan gang rumah, Andre melihat orang-orang berlalu lalang tidak seperti biasanya.

Baru beberapa langkah dari angkot yang ia naiki, Deni menghampiri Andre shabatnya dan langsung saja menarik tangan Andre menuju rumahnya. Andre hanya bisa terdiam saat tangannya ditarik Deni. Perasaannya sudah tidak enak, seperti ada beban berat yang menekan dengan sangat kuat hatinya. Tapi, ia tidak tahu apa yang sedang ia rasakan.

Perasaannya makin tidak karuan setelah melihat banyaknya orang yang berpakaian hitam-hitam menuju rumahnya. Dan Andre pun tidak dapat mengucapkan sepatah katapu setelah dilihatnya bendera kuning tertancap tepat di depan rumahnya. Ia hanya dapat menangis dan kemudian lari menuju rumah untuk mengetahui apa yang terjadi.

Di dalam rumah dilihatnya ibu dan ayah yang ia cintai menangis dan kemudian mencoba tegar saat melihat Andre. Melihat ibu dan ayahnya menangis Andrepun bertanya “Ada apa bu?? Siapa yang meninggal??” . pertanyaan andre tidak dijawab oleh ibu ataupun ayahnya.

Kemudian terdengar suara Deni sahabatnya “Kamu haru sabar dan harus dapat mengiklaskannya”.

“Apakah yang meninggal ini adikku Ayu?” tanyanya kepada Deni dan orang-orang yang berada diruangan itu.

Lalu semuanya mengangguk pelan. Setelah melihat anggukan semuanya dengan air mata yang masih mengalir dan membasahai pipinya Andre menanyakan “dimana adikku sekarang, aku ingin melihatnya”. Ayah yang semula diam akhirnya memberikan jawaban kepada anaknya Andre. “Adikmu ada di kamarnya baru saja selesai dimandikan dan akan dikuburkan setelah sholat ashar nanti”.

Mendengar ucapan ayahnya itu Andre langsung bergegas menuju kamar adiknya yang tersayang. Dengan air mata yang mengalir deras dilihatnya adik yang ia sayangi terbaring kaku di atas pembaringan. Dan kemudian Andre bertanya kepada adik yang telah meninggal “Ayu, kenapa kamu tinggalkan kakak?? Lihat ini lihat kakak sudah belikan kamu obat, tapi kenapa kamu tinggalkan kakak sebelum kamu minum obat. Susah payah kakak mendapatkannya”.

Setelah itu, Andre terdiam tidak ada satu kata keluar dari mulutnya. Saat adiknya selesai dikuburkan ia hanya diam dan mengurung diri di kamar semalaman.

*****

Hari ini Andre pergi ke sekolah lebih awal dari biasanya. Dengan muka sangar Andre berdiri di depan kelas. Sambil bertolak pinggang dengan mata sinis dilihatnya setiap sudut sekolah. Dua jam sepuluh menit menungu Andre masih pada posisi yang sama saat ia datang. Mukanya semakin merah, ini menunjukan bahwa dirinya sedang marah besar.

Setelah kurang lebih tiga puluh menit menungu akhirnya orang yang ia cari muncul dihadapannya. Anak yang dimaksud adalah Anton. Tanpa basa-basi Andre langsungsaja menyeret Anton kebawah pohon di depan kelas. Di pukulnya Anton dengan sekali pukulan yang sangat dahsyat di depan kerumunan siswa-siswi.

Lalu berkata “apa kah ini yang kamu inginkan? Membuat seseorang kehilangan orang yang sangat ia cintai? Jangan kamu pikir orang lemah itu selalu berada dibawah dan dapat seenaknya kamu tindas dan kamu peras. Ingatlah kamu itu sendiri sedangkan kami ada ratusan lebih. Kalau kami mau kami bisa bersatu untuk menghabisimu. Mulai sekarang jangan kau memaksa aku dan teman-teman untuk memberimu uang.”

Kemudian semuanya menatap sinis Anton sembari berbisik membenarkan apa yang telah dikatakan Andre. Sedangkan Anton, ia hanya terdiam dan sat ia hendak berdiri kring…kring…kring… semua murid termasuk Andre dan Anton masuk ke kelas masing-masing. [Nurmaila Sari, santriwati angkatan ke-2, jenjang 1 SMA, Pesantren Media]

Catatan: tulisan ini sebagai tugas menulis cerpen di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media

Gambar diambil dari sini

KOMENTAR: Nurmaila Sari menuliskan cerita imajinasinya melalui cerpen. Secara isi pesan bagus. Hanya saja dalam teknik penceritaan perlu terus belajar. Misalnya bagaiamana membuat judul yang menarik, dialog, konflik yang dibangun sampai klimaks. Setting cerita berupa waktu dan tempat harus juga menjadi perhatian. Untuk penulisan ejaan sudah mulai agak bagus. Terus berlatih dan tetap semangat menulis!

O. Solihin
Instruktur Kelas Menulis Kreatif

By Administrator

Pesantren MEDIA [Menyongsong Masa Depan Peradaban Islam Terdepan Melalui Media] Kp Tajur RT 05/04, Desa Pamegarsari, Kec. Parung, Kab. Bogor 16330 | Email: info@pesantrenmedia.com | Twitter @PesantrenMEDIA | IG @PesantrenMedia | Channel Youtube https://youtube.com/user/pesantrenmedia

One thought on “Hanya untuk Butiran Obat Kecil”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *