Loading

Teman SMP

Mengenang masa SMP adalah hal yang paling mengesankan untukku. ‘Gank The Retax’ nama geng ini selalu mewarnai hari-hariku kala itu. Bukan sekadar nama tapi itu adalah wujud dari kasih sayang, kekompakan dan kebersamaan.

Entah mereka dapat dari mana nama geng itu, dibentuknya juga aku tak tahu sama sekali. Tiba-tiba aja orang-orang menjuluki kami seperti itu. “Eh ada geng retak tuh!“ Begitu kata orang-orang saat melihat kami.

Saking penasarannya aku bertanya pada salah seorang dari temanku, Avika namanya, “Vika, kenapa orang-orang menjuluki kita geng retak? Emang siapa yang bentuk geng itu?”

“Tuh si Enam Sekawan!” Maksudnya enam sekawan itu adalah Si kembar Ani Ina, Desi, Ira, Nisa dan Dian.

“Hah?! Sejak kapan? Aku kok nggak tahu?”

“Semenjak kita kenaikan kelas tiga, aku kira kamu tahu. Katanya sih supaya kita gak terpisah dan supaya kita nggak bingung nanti kalau udah lulus terus minta ketemuan.”

“Tapi kan nggak boleh buat geng-gengan, nanti orang-orang pada nggak mau deketin kita, akan segan. Nanti disangkanya kita nggak mau berbaur sama mereka.”

“Gak boleh berfikiran negatif, buktinya sampai sekarang tim rohis kita setiap bulannya selalu bertambah kan?”

“Berarti kamu setuju?”

“Mau gimana lagi, orang udah satu sekolaan pada tahu kok!”
Tadinya aku memang tak setuju dengan adanya geng. Tapi karena desakan dari teman-teman dan julukan yang sudah dikenal oleh warga sekolah, mulai dari guru, murid kelas satu dua dan tiga, satpam, ibu kantin, penjaga kopsis, penjaga perpustakaan, pedagang-pedagang di belakang sekolah dan tukang kebun, ya akhirnya aku terima.

Memang selama itu aku sering dengar tapi aku baru ngeh waktu kejadian ada orang bertanya kepadaku “Anak Retak ya?” Aku terperanjat kaget.
Di satu kesempatan, aku bertanya pada Ani tentang arti dari retak.

Ternyata RETAK itu kepanjangan dari Remaja Tanpa Kekasih dan jargonnya No Time For Love. Hahah.. ada-ada aja teman-temanku itu.
Setelah kelas tiga lulus, kami akhirnya terpisah. Semuanya beda sekolah. Aku tadinya sekolah di SMA Plus MALNU Pusat – Menes, hanya setahun karena kemudian aku pindah ke SMA At-Taufiqiyyah di Serang tapi bertahan hanya dua minggu. Setelah itu aku pindah ke sini, Pesantren Media.

Dari kedelapan itu, tiga orang sekolah di luar provinsi Banten yaitu aku, Avika dan Dian. Ani sekolah di SMAN 4 Pandeglang, Ina sekolah di Madrasah Aliyah Mathlaul Anwar Pusat, Desi sekolah di SMK Babunnajjah dan Nisa sekolah di SMA Mathlaul Anwar.

Sekarang kami hilang kontak, mungkin karena kesibukkan dari masing-masing dan lupa memberi tahu nomor yang baru. Hanya Ani yang masih berkomunikasi denganku. Saat ini dia sedang kuliah di Universitas Mathlaul Anwar.

Tapi beberapa hari yang lalu, Vika kirim pesan kepadaku lewat facebook. Aku senang bukan main. Kami cerita banyak tentang pengalaman kami selama terpisah dan tanpa kabar itu.

Ternyata sekarang Vika kuliah di Universitas Gajah Mada, Ina kuliah di Universitas Ageng Tirtayasa, Desi kuliah di Universitas Trisakti, Ira kuliah di Akademi Kebidanan, Dian kerja di Restoran milik kakeknya di Bandung dan Nisa bekerja di toko peralatan olahraga.
BERSAMBUNG…

[Neng Ilham Raudhatul Jannah, santriwati Pesantren Media, angkatan pertama, jenjang SMA]

By nilam

Ilham Raudhatul Jannah, biasa disapa Neng Ilham | Santriwati Pesantren MEDIA angkatanke-1, jenjang SMA | Alumni tahun 2014, asal Menes, Banten | Twitter: @senandungrindu1

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *