Loading

Santri-santri yang asyik berfoto di bawah air terjun Curug Luhur

Pagi ini aku dan rombongan Pesantren Media akan berekreasi ke Curug Luhur yang berada di kaki Gunungu Salak. Setelah sholat subuh aku dan teman yang lainya bergegas untuk siap-siap. Barang-barang yang di bawa tidak banyak. Hanya baju ganti, makanan ringan, buku, HP dan uang. Hari ini sarapan lebih awal dari biasanya. Angkot sudah ada di depan asrama. Barang-barang yang akan di bawa segera di naikan ke dalam angkot. 06.53 angkot mulai melaju, tak lupa aku dan yang lainnya membaca doa. Sebelumnya ustadz Umar memberi araha dulu, bagaimana nanti di sana. Dulu Pembina pramuka pernah bilang, bahwa alam lebih sadis dari pada manusia. Jadi di sana harus hati-hati dan tidak boleh berbicara kasar atau sembarangan.

Dalam Al-Qur’an pun telah di jelaskan dalam firmannya :

Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak? (An Naba’, 78: 6-7)

Di perjalanan kami mulai merasakan dinginnya pagi hari. Gunung Salak tidak terlihat karena terhalang kabut. Jalanan yang berkelok-kelok dan naik turun membuat aku pusing, ternyata yang lain pun sama seperti aku. Namun itu semua terbayarkan dengan hijaunya alam sekitar. Mobil pertama yakni mobil akhwat SMA, melaju dengan santainya. Di susul dengen mobil ke dua, mobil ustadz Umar. Dan mobil yang ke tiga mobil akhwat SMP di gabung dengan ikhwan.

Kurang lebih setengah jam berjalanan, akhirnya aku dan rombongan sampai di Curug Luhur. Sesampainya di sana aku, Noviani, Meila, ka Dini, teh Ira, dan beberapa akhwat lainnya langsung foto-foto. Tak lama kami di panggil ustad Umar untuk mencari tempat singgah. Dari ketinggian curug tidak terlihat, yang terlihat hanya pegawai yang membersihkan kolam-kolam dari lumut. Kolam renag, perosotan yang tinggi-tinggi terlihat indah dari krtinggian.

Dulu aku pernah ke curug ini. Dulu tempatnya alami banget tapi sekarang sudah banyak perubahan. Air curugnya juga tidak sedingin dulu. Kami berangkat memang bukan hari libur, tapi dulu tuh ramai. Sekarang, pengunjung nya bisa dihitung dengan jari.

Bahkan dalam hadist dan al-Qur’an pun telah di jelaskan:

“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.” (QS Al Mu’minuun : 18)

 

Menurut Riwayat Imam Bukhari, “Janganlah sekali-kali seseorang di antara kamu kencing dalam air tergenang yang tidak mengalir kemudian dia mandi di dalamnya.”

Tadinya aku tidak mau masuk kolam renang, tapi akhinya aku masuk juga :D. Di kolam renang aku mengajak Ica mencoba naik perosotan. Tidak ada rasa takut sedikit pun yang aku dan Ica rasakan tapi saat meluncur aku merasa di banting dari atas ke bawah. Awalnya syok dan takut tapi akhirnya aku mencoba ke dua kalinya. Kali ini ka Dini juga ikut. Wajah ka Dini menggambarkan dengan jelas bahwa dia merasa takut untuk meluncur. Aku dan Ica menunggu ka Dini meluncung begitu lamanya, dan akhirnya ka Dini meluncur setelah itu dia bilang “syok, aku ga mau lagi kapok” dengan wajah yang masih ketakutan.

Setelah merasa puas bermain ari. Aku dan Ica langsung ke kamar mandi untuk membilas. Setelah selesai aku dan yang lainnya makan siang. Setelah makan aku jalan-jalan sekitar curug itu. Di sanah aku bertemu ibu-ibu yang bernama ibu Ani,beliau penjuan makanan dan minuman. Sudah tiga tahun ibu Ani jualan. Pendapatan perhari nya tidak menentu, 2-3 ratus ribu bisa ia kantongi perharinya. Gunung malang, di sana lah rumahnya, untuk sampai ke Curug Luhur atau tempat jualannya ibu Ani menyewa ojek. Ongkos sekali naik ojek lima ribu rupiah. Wah !! cukup mahal juga yah ? pasti jaraknya cukup jauh.

Setelah wawancara dengan ibu Ani, semua santri kumpul. Untuk diberi pengarahan. Ikhwannya sholat jum’at di mesjid terdekat  dan akhwatnya sholat di musolah yang berada di Curug Luhur. Setelah seluruh santri sholat, semuah nya bersiap untuk pulang.

Setelah naik angkot, ustadz Umar bilang ke supirnya angkotnya “tadi ada kecelakaan kecil, mobil saya terperosok. Jadi saya jalan duluan baru bapak di belakang saya, nanti saya mau gantiin dulu paralon yang pecah ke warga setempat”. Supirpun segera menancap gas nya dan pulanglah kita. Dengan rasa senang dan puas bermain air hari ini, menikmati hijaunya alam sekitar.[Holifah Tussadiah, santriwati angkatan ke-2, tingkat SMA di Pesantren Media]

Catatan: tulisan ini adalah bagian dari tugas menulis reportase di Kelas Menulis Kreatif, Pesantren Media

By Administrator

Pesantren MEDIA [Menyongsong Masa Depan Peradaban Islam Terdepan Melalui Media] Kp Tajur RT 05/04, Desa Pamegarsari, Kec. Parung, Kab. Bogor 16330 | Email: info@pesantrenmedia.com | Twitter @PesantrenMEDIA | IG @PesantrenMedia | Channel Youtube https://youtube.com/user/pesantrenmedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *